Bab 2
Keanehan di Balik Sebuah Mainan
“Apa yang kamu cari?”
Seseorang menginjakkan kaki di dekat anak perempuan yang sedang bermain gundu sendirian. “Ini?” tanyanya lagi.
Gadis cilik itu menengadah hingga jangkauan matanya menggapai matahari. Diraihnya sebuah gundu kaca yang semula ia buru kemana-mana dari tangan seorang pria baik hati yang menemukan mainannya.
“Ya, Tuan. Terima kasih,” ungkapnya sopan.
Terkesima dengan tutur kata makhluk kecil di depannya, Ramshad berlutut, mengamati permainan bola-bola kaca yang dijentikkan oleh jemari mungil anak itu. Seperti dugaannya, bocah usia delapan tahunan itu tentu belum mahir memainkan benda yang biasa digunakan anak laki-laki. Beberapa kali hasil bidikannya gagal membuat gundu lainnya bergerak melebar.
“Menurutku, kau masih harus banyak berlatih.” Ramshad tersenyum saat anak itu menatapnya.
“Baik, Tuan. Aku tidak ingin membuat ayahku kecewa.”
Alis Ramshad naik. “Maksudmu, kau ingin ikut lomba?” Ia menebak sekenanya.