Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan Bersama Umar (Part 15 Berburu Takjil dan Berbalas Surat)

27 April 2021   13:38 Diperbarui: 27 April 2021   15:10 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dopri/proses pengemasan hadiah

Oleh : Vera Syukriana, S.Pd.

Surat yang diberikan Devon untuk Umar sudah dibaca berulang kali oleh Umar. Dia melipat baik-baik dan mengenggam surat itu sembari melihat abi menonton vidio youtube tentang memperbaiki vespa.

Abi memiliki vespa. Dia menggunakan untuk jualan. Vespa ini dimilikinya sejak awal kuliah. Pemberian  dari Pak De, adek Eyang Umar.

Abi suka belajar otodidak. Dia belajar melalui youtube dapat memperbaiki motor. Yang penting ilmu dasarnya sudah ada diajarkan Eyang Umar.

Oleh sebab itu, Umar memperhatikan youtube yang dilihat abi. Setelah melihat beberapa menit, akhirnya Umar tertidur dalam keadaan menggenggam surat dari sahabat terbaiknya.

Waktu Ashar masuk, Umar terbangun dan langsung mandi. Hari ini sejak pagi di belum mandi. Selesai mandi dan berpakaian, dia langsung ambil sajadah dan melaksankan sholat.

Hari ini, umi tidak memasak takjil. Umar berencana berburu takjil ke "Pasar Pabukoan". Abi menjanjikan pergi setelah paket kerupuk kulit datang.

Kerupuk kulit jualan abi dikirim melalui mobil angkot oleh kakaknya. Pengiriman dari Kota Bukittinggi ke Simpang Rumbio Kota Solok.

Menunggu kabar dan telepon dari sopir angkot, abi sholat Ashar. Sedangkan Umar membantu umi bersih-bersih rumah.

Dia ambil tugas bagian teras. Umar menyusun sendal dan sepatu. Kemudian Umar menyapu teras. Dia ambil sapu lidi dan menyapu halaman. 

Subhanallah...Umar benar-benar yang terbaik. Anak seumuran dia, sudah pandai membantu umi. Bahkan dia kasihan melihat umi yang selalu sibuk sepulang sekolah.

Begitu abi selesai sholat, dia manggil dan menarik tangan abi. Seperti biasa, Umar selalu meminta abi tutup mata kalau ada yang akan dilihatkan.

Abi kurang merespon dan fokus mengambil gawainya. Umi memberi tahu kalau sopir angkot yang membawa paket kerupuk kulit sudah menelepon. Sopirnya sudah sanpai di daerah VI Suku.

Abi bersiap menghidupkan motor. Namun sebelumnya, dia mengikuti maunya Umar yang masih setia memegang tangan abi. Abi memejamkan matanya dan mengikuti Umar menggiringnya ke pintu keluar.

"Abi, sini ikut Umar. Tutup matanya ya, Bi", ujar Umar.

Abi mematuhi aturan mainya Umar. Saat mata abi diminta Umar untuk dibuka, Umar memberikan kejutan yang menyenngkan hati abi.

"Buka matanya ya, bi. Taraaa...bersihkan, Bi", kata Umar merentangkan tangan menunjukkan pekerjaannya.

"Masyaallah...soleh abi hebat. Terima kasih ya, nak. Bersih dan rapi. Pokoknya top markotooop deh", kata abi memuji sambil mencium Umar.

Abi berangkat menjemput paket setelah ditelepon sopir angkot. Umar bermain di luar setelah minta izin pada umi. Rasyid juga ikut bermin di depan rumah.

Tak lama kemudian, abi datang membawa paket besar berisi lima karung kerupuk kulit. Abi memasukkan ke kamar kecil.

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Tinggal 30 menit lagi berburu takjil. Abi, Umar, dan Rasyid berpamitan dan berangkat menggunakan motor.

Tinggallah umi sendirian di rumah. Air, buah jeruk, buah rambutan, dan kurma serta teh manis sudah tersedia di meja. Beduk pun berbunyi. Umi menunggu para lelakinya, tapi tak kunjung datang.

Umi melanjutkan berbuka. Umi mengambil udhuk untuk melaksanakan sholat Magrib. Mungkin anak-anak masih perjalanan menuju rumah.

Selesai berudhuk, terdengar kendaraan berhenti di depan rmah. Rupanya abi dan anak-anak.

"Assalammualaikum, mi. Lihat ni, mi. Umar bawa takjil untuk kits. Ada es campur, es dawet, es cendol, dan gorengan",kata Umar mengeluarkan satu persatu hasil pencarian mereka.

Umi mengambil belanjaan Umar dan memasukkan ke mangkok yang sedari tadi disiapkan umi. Semua sudah mendapatkan semangkok takjil. Umi melanjutkan sholat Magrib.

Takjil yang dibeli sudah dimakan mereka. Tinggal punya umi yang masih utuh. Umi memakan gorengan yang sudah melanjung di piring. Umi dan anak-anak rebutan colek kuah cabe gorengan.

Abi segera berudhuk dan Umar menyusul. Sholat magrib telah dilaksanakan secara berjamaah oleh abi dan anak-anak. Lalu, kami makan bersama.

Ada menu sambal dendeng ikan tuna dan tempe. Tempenya dipotong tipis oleh umi. Umar sangat menyukainya. Ditemani sayur toge, buncis, sosis, dan wortel. Sayur  yang jika  dilihat dari bentuk, perpaduan warnanya sungguh menggiurkan. Apalagi setelah dimakan. Mmmm....nyammi.

Semua juga habis. Perut Umar besar hampir mengalahkan abi. Umar dan Rasyid saling mengadu perut. Mereka membanding perutnya dengan abi. Sepertinya mereka puas dan kekenyangan.

Umar tidak mau istirahat. Dia mengambil Alquran dan murajaah hafalannya. Selesai murajaah, umi lanjut tadarus dan Umar mengambil buku gambar. Dia membuat gambar bertemakan alam. Dia membuat untuk orang spesial, yaitu sahabat terbaiknya.

Dia menggambar gunung, matahari, laut yang ada kapal tenggelam, jalan, rumah, dan 5 orang anak bermain di halaman.

Umar menggambar seindah mungkin. Dia membuat gambar sahabatnya Uni, Devon,Hanum, dan Dek Rasyid. Umar membuat gambar orang yang saling berpegangan tangan.

Inilah gambaran isi hati Umar. Dia merasa persahabatan mereka yang sangat erat dan tak bisa dipisahkan.

Selesai mewarnai, Umar memotong hasil karyanya. Sebelumnya dia menulis di bagian langit kata-kata yang indah "Untuk Sahabat Terbaik Uni dan Devon".

Umi terharu melihat persahatan mereka. jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Umar masih sibuk mempesiapkan hadiah untuk sahabatnya.

Abi tersenyum-senyum sambil menggelengkan kepala melihat Umar yang sibuk dari tadi. Umi ikut membalas senyum abi yang sedang melipat kain.

Selembar kertas gambarnya berhasil dipotong Umar. Umar menggulung dan mengikat dengan karet.

"Alhamdulillah selesai. Tolong kasih sama Umi Devon ya, Mi. Ini hasil karya Umar. Tapi bagusnya kita kasih pita untuk mengikatnya ya,mi", kata Umar mencari-cari pita.

Karena tidak ketemu, Umar memberikan gulungan hadiah yang diikat dengan karet. Umar mengingatkan umi agar tidak lupa membawa hadiah untuk Devon.

Umi meletakkan di atas televisi. Umi berjanji tidak akan melupakan titipan Umar.

Umar merasa lega, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Hadiah sudah siap, meja belajar, dan alat tulis dirapikan dengan baik.

Umar mengajak umi tidur. Rasyid mengikuti kami ke ranjang. Mereka rebutan posisi dengan umi. Ini sudah kebiasaan mereka saat akan tidur. Pelukan umi menidurkan mereka. Mereka tertidur nyenyak dan pulas.

Solok, 26 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun