Begitu abi selesai sholat, dia manggil dan menarik tangan abi. Seperti biasa, Umar selalu meminta abi tutup mata kalau ada yang akan dilihatkan.
Abi kurang merespon dan fokus mengambil gawainya. Umi memberi tahu kalau sopir angkot yang membawa paket kerupuk kulit sudah menelepon. Sopirnya sudah sanpai di daerah VI Suku.
Abi bersiap menghidupkan motor. Namun sebelumnya, dia mengikuti maunya Umar yang masih setia memegang tangan abi. Abi memejamkan matanya dan mengikuti Umar menggiringnya ke pintu keluar.
"Abi, sini ikut Umar. Tutup matanya ya, Bi", ujar Umar.
Abi mematuhi aturan mainya Umar. Saat mata abi diminta Umar untuk dibuka, Umar memberikan kejutan yang menyenngkan hati abi.
"Buka matanya ya, bi. Taraaa...bersihkan, Bi", kata Umar merentangkan tangan menunjukkan pekerjaannya.
"Masyaallah...soleh abi hebat. Terima kasih ya, nak. Bersih dan rapi. Pokoknya top markotooop deh", kata abi memuji sambil mencium Umar.
Abi berangkat menjemput paket setelah ditelepon sopir angkot. Umar bermain di luar setelah minta izin pada umi. Rasyid juga ikut bermin di depan rumah.
Tak lama kemudian, abi datang membawa paket besar berisi lima karung kerupuk kulit. Abi memasukkan ke kamar kecil.
Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Tinggal 30 menit lagi berburu takjil. Abi, Umar, dan Rasyid berpamitan dan berangkat menggunakan motor.
Tinggallah umi sendirian di rumah. Air, buah jeruk, buah rambutan, dan kurma serta teh manis sudah tersedia di meja. Beduk pun berbunyi. Umi menunggu para lelakinya, tapi tak kunjung datang.