Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

My Mom is Super Tough (Part 2)

10 Desember 2020   07:20 Diperbarui: 10 Desember 2020   14:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menuju Baitullah, adalah impian Mamaku dari dulu. Mama sering membayangkan keindahannya, suka menonton siaran TV di tanah suci. Mendengarkan cerita Papa tentang perjalanannya di tanah suci menambah kerinduan Mama.

Saat ini, Mama tetap berusaha dan tabah atas semua ini. Penyakit Gloukoma yang dialaminya tidak menyurutkan niat baiknya.

Doa, usaha, dan iktiar adalah kunci Mama untuk berus betobat. Dia selalu berhusnuzon kepada Allah SWT Sang Maha Penyayang dan menyembuhkan segala penyakit hamba-Nya.

Perjalananku menuju Kota pengabdian terasa sunyi. Posisi dudukku menambah kesedihanku saat itu.

Duduk di kursi belakang dengan cahaya remang-remang dari lampu jalan yang memancar. Aku sangat menyesali diriku yang sibuk bekerja di rantau.

Setiap hari aku menelepon Mama, yang paling seringku tanya adalah keadaan Papa. Karena setauku, Papa sering kambuh sakitnya. Panyakit jantung Papa membuat kami anak-anaknya lebih banyak perhatian pada Papa.

Ketegaran Mama membuatku melupakan bahwa dia juga butuh perhatianku, butuh aku untuk mengingatkannya akan kesehatannya. Sungguh tidak adilnya aku sebagi anaknya.

Padahal, Mama selalu adil kepada kami. Perhatian dan kasih sayangnya tidak pernah dibedakan antar anak-anaknya.

Baktinya sebagai istri sangat patut aku tauladani. Dia selalu tabah menghadapi Papa.

Papa yang hampir setiap hari mengeluh sakit. Sering terbaring dan kadangkala sering mengatakan kalau dia akan meninggal.

Diumur Papa yang sudah senja, 77 tahun, Mamaku super tabah menghadapinya. Harus pandai menghadapi tingkah Papa yang makin hari makin banyak lupanya dan pendengaran Papa pun sudah mulai kurang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun