"Ah, andai Bali atau Yogyakarta bisa menggelar MotoGP"
Sebuah harapan yang tiba-tiba muncul dalam benak ketika menyaksikan secara langsung gelaran MotoGP Sepang bersama Kompasiana tahun 2015 lalu.
Ribuan orang dari berbagai belahan dunia datang demi menyaksikan dari dekat pembalap idola mereka bertarung. Termasuk para penggila MotoGP tanah air yang jumlahnya tidak sedikit.
Sebagai informasi, gelaran MotoGP Malaysia tahun 2019 saja mampu mendatangkan 170.778 Â penonton mulai dari free practice 1 sampai race day. Memang sih masih kalah jika dibandingkan MotoGP Thailand yang menyentuh angka 226.665 penonton di tahun yang sama. (data: McLaren)
Sejak diperkenalkan tahun 1999, Sirkuit Sepang langsung menjadi salah satu magnet pariwisata negeri jiran kita itu. MotoGP Malaysia selalu masuk dalam kalender tahunan. Tidak sebatas balapan roda dua, dalam perjalanannya Sepang International Circuit sukses menyelenggarakan balapan Formula 1.
Mengapa saya bermimpi Bali atau Yogyakarta mampu menyelenggarakan MotoGP? Bali dan Yogyakarta adalah ikon pariwisata Indonesia yang sudah mendunia. Bisa dibayangkan bukan seberapa besar daya tarik dan impact yang dihasilkan.
Penulis betul-betul melihat langsung bagaimana dampak positif dari penyelenggarakan event tersebut bagi Malaysia. Stand-stand di Sirkuit Sepang yang menjual makanan-minuman dan pernak-pernik yang berhubungan dengan otomotif laris luar biasa. Antrian mengular panjang walau tersedia cukup banyak penjual makanan.
Industri pariwisata Malaysia sudah dapat dipastikan memperoleh dampak yang signifikan. Tingkat hunian hotel-hotel di Kuala Lumpur dan sekitarnya dipastikan melonjak. Travel Tour akan membawa wisatawan yang merupakan penonton MotoGP ke destinasi wisata seperti Batu Caves, Menara Kembar Petronas, Bukit Bintang, atau Central Market di mana kita bisa membeli berbagai souvenir khas Malaysia.
Oh ya, jangan dilupakan bahwa sektor transportasi dan telekomunikasi Malaysia dipastikan ikut mendapatkan keuntungan dari kehadiran wisatawan. Saya masih ingat ketika harus mengganti simcard handphone sesampainya di sana agar bisa menggunakan mobile internet.
Malaysia sendiri tentu mendapatkan pemasukan devisa yang besar dari kunjungan wisatawan MotoGP dimana bisa dikatakan sebagian besar berasal dari tanah air.
Pembangunan sebuah sirkuit bertaraf internasional Lombok sebuah langkah berani dan brilian. Sebuah sirkuit tepi pantai yang memiliki panorama alam luar biasa. Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam hal ini Lombok memang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Sebut saja Pantai Senggigi, Pantai Pink, Gili Sudak dan Kuta Mandalika yang menjadi bagian dari 25 destinasi wisata di Pulau Lombok.
Presiden Jokowi bahkan memberi instruksi langsung yang menjadikan Mandalika sebagai salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP). Tidak berhenti di situ saja, Mandalika memiliki status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan segala privilege-nya.
Apakah sebuah sirkuit baru bertaraf internasional itu akan menjadi memberi efek berganda (multiplier effect) seperti yang dirasakan Malaysia lewat Sepang International Circuit-nya?
Terdapat 7 poin penting jika ingin Mandalika mendulang sukses seperti Sepang atau bukan tidak mungkin melebihi jumlah penonton MotoGP Thailand.
1. Integrasi
Konkretnya ialah mengintegrasikan semua rencana yang di miliki para pemangku kepentingan. Seperti Rencana Tata Ruang  dalam hal ini pihak Pemda NTB, rencana pengembangan transportasi dan infrastruktur (Kementerian dan PUPR), rencana pengembangan hutan menjadi kawasan pariwisata (Kementerian KLHK dan BUMN), Rencana Kawasan Pesisir dan Laut (Kementerian KKP), Rencana pengembangan UMKM pariwisata (Kementerian Koperasi UMKM), rencana pengembangan kawasan cagar budaya (Kemendikbud), rencana daerah rawan bencana (BNPB), pihak perbankan, dan tentu saja Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif.
Pembangunan Sirkuit Mandalika yang disertai akses dan infrastruktur menuju sirkuit Mandalika merupakan bagian dari integrasi pariwisata Lombok. Termasuk akses dari dan menuju destinasi wisata lain yang ada di Lombok. Dimulai dari Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid dan 3 pelabuhan laut sebagai pintu gerbang utama Lombok.
Tidak kalah penting sektor telekomunikasi. Di era digital sekarang ini pemerataan dan peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi harus cepat dilakukan. Seluruh Lombok harus tercovered jaringan 4G.
2. Sinergi
Jika semua rencana para pemangku kepentingan sudah diintegrasikan ke dalam sebuah master plan maka harus dibangun sinergi. Pusat yang memiliki wewenang penuh atas Mandalika lewat DSP (Destinasi Super Prioritas) tidak bisa berjalan sendiri. Begitu juga sebaliknya, pemerintah daerah tidak bisa seenaknya membuat aturan dan kebijakan sendiri.
Sinergi juga harus dibangun pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta seperti investor dan UMKM yang ada di Lombok dan sekitarnya.
Di sini masing-masing pihak harus melepaskan ego sektoral dan kepentingan-kepentingan pihak ekonomi maupun politis pihak-pihak tertentu. Kebijakan-kebijakan harus juga bersifat bottom-up. Jangan sampai daerah hanya menjadi obyek semata.
3. Berkelanjutan (sustainable)
Di seluruh dunia industri pariwisata merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Saat ini pariwisata sudah menjadi sebuah industri yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Tetapi jika tidak hati-hati, industri pariwisata bisa mendatangkan efek negatif terhadap social culture dan alam. Maka dari itu pariwisata Mandalika-Lombok harus menjadi pariwisata yang berkelanjutan (sustainable).
Secara umum pariwisata harus mampu menjaga dan melestarikan sumber daya lingkungan, menjaga proses ekologi dan keragaman hayati Pulau Lombok yang menjadi elemen penting dalam pengembangan pariwisata.
Mandalika harus menjaga keaslian sosial budaya dan bersahabat dengan kearifan masyarakat lokal, melestarikan peninggalan bersejarah dan warisan budaya serta nilai-nilai tradisional. Industri pariwisata Mandalika tidak boleh berbenturan dengan adat dan budaya suku Sasak sebagai masyarakat asli Lombok.
Secara jangka panjang, Mandalika harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi seluruh pemangku kepentingan terutama pelaku UMKM. Termasuk terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Bahkan Masyarakat lokal yang pekerjaan utama bukan dari pariwisata dapat mereguk manfaat misalnya menjadikan rumah mereka penginapan insidental bagi pelancong backpacker. Dalam hal ini tentu perlu ada edukasi yang baik agar standar kenyamanan dan keamanan terjaga.
Kehadiran Sirkuit Mandalika harus menjadi peluang bagi produk lokal go-internasional. Baik itu yang dijual di spot-spot wisata maupun nantinya ada permintaan ekspor ke luar negeri.
4. Profesionalisme dan Peningkatan Kualitas SDM
Sektor Pariwisata bagi masyarakat Lombok baru. Apalagi dengan kehadiran Sirkuit Mandalika yang disebut sebagai salah satu sirkuit terbaik di dunia tidak boleh membuat terlena. Kita tidak perlu malu untuk melakukan inovasi dan modifikasi.
Lombok harus mampu menjadi tuan rumah yang baik. Profesionalitas  dan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam industri pariwisata harus selalu diupgrade. Caranya bisa lewat pemberian lebih banyak beasiswa bagi masyarakat NTB untuk bersekolah di Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram.
Apa yang sudah dilakukan Kemenparekraf sejauh ini dengan peningkatan SDM dan pendampingan terhadap pelaku UMKM ekonomi kreatif patut diapresiasi dan terus dilanjutkan. Kerjasama yang apik dengan pemerintah daerah dan asosiasi-asosiasi pelaku pariwisata akan semakin menguatkan potensi yang dimiliki Lombok.
Rasa memiliki harus ditanamkan kepada masyarakat lokal sehingga  dapat mejaga dan merawat sirkuit yang memiliki panjang lintasa 4,31 kilometer dan 17 tikungan itu.
5. Pengalaman (Experience)
Ketika berbicara soal pariwisata yang perlu dihighlight adalah experience. Ya, pengalaman yang dialami oleh wisatawan. Pengalaman yang baik akan membuat mereka datang kembali. Pengalaman yang mereka rasakan akan menjadi iklan gratis untuk menarik wisatawan lain.
Experince juga akan memberi dampak terhadap length of stay. Gelaran MotoGP atau WSBK minimal berlangsung selama 3 hari. Nah, Terbuka kesempatan setelah menyaksikan balapan, wisatawan akan menetap dalam beberapa hari kedepan untuk busa mengunjungi destinasi lain seperti Gunung Rinjani atau wisata alam air terjun Senaru dan air ternun Benang Kelambu.
Semakin lama wisatawan tinggal, otomatis semakin banyak benefit ekonomi yang bisa didapat oleh pelaku wisata di Lombok yang secara tidak langsung nantinya akan memberi peningkatan terhadap pendapatan asli daerah.
Ini juga PR bagi seluruh pemangku kepentingan untuk mampu membuat wisatawan kerasan berada di Lombok. Layanan dan akomodasi terbaik harus bisa dipersembahkan kepada wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
6. Promosi
Bagaimana pun kita tidak bisa pasif. Di tengah persaingan industri pariwisata dunia ang semakin sengit promosi menjadi salah satu ujung tombak.
Promosi ke dalam negeri dan luar negeri harus terus digalakan. Potensi kunjungan wisatawan lokal jangan disepelekan. Wisatawan lokal tidak rentan travel banned atau faktor lain seperti pandemi misalnya.
Bentuk promosi seperti pembuatan video dengan sinematografi berkualitas seperti yang dimiliki Pesona Indonesia di kanal TVRI World harus diperbanyak. Kemenparekraf bisa menggandeng penulis, Youtuber, dan penggiat media sosial untuk menjadi influencer dalam mempromosikan Mandalika.
7. Stabilitas Keamanan
Salah satu yang dapat menghancurkan industri pariwisata selain faktor force majeure adalah tindak kejahatan dan terorisme. Kita tentu ingat bagaimana pariwisata Bali goncang akibat aksi terorisme.
Semua pihak harus bergandeng tangan menjaga stabilitas keamanan yang selama ini sudah terbangun dengan baik. Bukan tugas pemerintah saja, tetapi tugas kita semua. Jangan sampai sirkuit Mandalika hanya dipakai satu atau dua kali karena terkendala masalah stabilitas keamanan.
Jika ketujuh poin tersebut diatas dapat dilaksanakan, pelan tapi pasti kita akan memetik hasilnya. Jika dibandingkan Malaysia kita memang tertinggal 2 dekade. Tetapi tidak ada kata terlambat dan bahkan kita pasti bisa melangkah lebih jauh.
Kehadiran Pertamina Mandalika International Street Circuit tentu akan menjadi primadona baru pecinta olahraga motor baik lokal maupun luar negeri. Indonesia bisa menghemat devisa sekaligus mendatangkan devisa dari kunjungan wisatawan manca negara.
Tayangan MotoGP dan teaser-teaser yang disiarkan ke seluruh dunia tentu menjadi media promosi yang luar biasa. Dunia menjadi tahu bahwa Indonesia memiliki tempat lain yang tidak kalah eksotis dari Bali. Bahkan Bali bisa kecipratan kunjungan karena keduanya bertetangga dekat.
Kebanggaan dan rasa optimis menyeruak ketika Presiden Jokowi meresmikan Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 12 November 2021. Semoga Mandalika bisa menjadi trigger bagi kebangkitan pariwisata nasional yang sempat terpuruk akibat pandemic Covid-19.
Tahun depan Mandalika tepatnya 20 Maret 2022 akan menggelar seri 2 balapan MotoGP. Masih ada waktu untuk Indonesia mempersiapkan diri. Bukan itu saja, beberapa pertemuan penting tingkat internasional juga akan dilangsungkan di Lombok. Termasuk kejuaran-kejuaraan internasional yang tertunda akibat pandemic Covid-19 seperti marathon dan triathlon.
Ah, dengan segala potensi yang super yang dimiliki Lombok, bukan omong kosong jika Mandalika akan menjadi primadona baru destinasi pariwisata dunia.
Mau nonton MotoGP sekaligus menikmati indahnya alam salah satu gunung tertinggi di dunia? Di Indonesia aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H