Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemikiran Henri Bergson (1859-1941)

18 November 2020   01:06 Diperbarui: 29 April 2021   13:25 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moral dan Agama

Bergson memperkenalkan konsep tentang etika tertutup dan etika terbuka, masyarakat tertutup dan masyarakat terbuka, agama statis dan agama dinamis. Bagaimana Bergson menjelaskan pembedaan-pembedaan ini?

Moral tertutup menandai masyarakat tertutup. Keterangan "tertutup" memaksudkan suatu masyarakat yang didasari oleh moral khusus dan eksklusif. Dengan kata lain, moral tersebut hanya bersangkutan dengan masyarakat tertentu saja dan tidak berkaitan dengan masyarakat luar. 

Orientasinya ialah kebaikan bersama (Bonum Commune). Moral terbuka dan masyrakat terbuka menjelaskan hal yang sebaliknya. Moral terbuka berlaku secara universal. Moral jenis ini berciri dinamis lantaran perubahan peradaban masyarakat. 

Moral terbuka tidak berdasarkan kewajiban, melainkan appl, himbauan dan aspirasi. Karena itu Bergson menegaskan bahwa moral jenis ini berciri supra-rasional. Norma moral semacam ini berasal dari suatu motion cratrice, suatu emosi kreatif yang mendorong tokoh-tokoh besar seperti para nabi Perjanjian Lama.

Rasionalitas menjadi pendamai kedua jenis moral di atas. Bagi Bergson, rasionalitas memungkinkan penemuan unsur universalitas dalam moral tertutup sekaligus unsur kewajiban dalam moral terbuka. Logika pembedaan ini juga dapat menjelaskan  distingsi agama statis dan agama dinamis yang diusung oleh Bergson. Bagi Bergson, agama dinamis mengandalkan kekuatan akal budi yang mengatasi kebinatangan. Namun rasionalitas cenderung individualistis dan merusak kebersamaan.

Atas dasar itu, Bergson mengusung la fonction fabulatrice; fungsi atau daya yang menghasilkan mitos-mitos dan boleh dianggap sebagai bagian dari fantasi. Hal ini memungkinkan pandangan yang mengatakan bahwa agama selalu mendahului norma moral. Norma moral melulu dikeluarkan oleh agama. 

Moralitas tidak lain adalah produk agama. Ajaran tentang kehidupan setelah kematian dengan demikian membuat rasionalitas subjek bertekuk lutut. Manusia kemudian mampu memiliki kebajikan-kebajikan. Agama statis dengan demikian dapat dipandang sebagai reaksi atas tendensi buruk akal budi.

Mistik adalah agama dinamis. Dalam mistik, individu bersatu dengan Allah. Mistik Kristiani merupakan puncak peziarahan mistik paling lengkap, lantaran ada kreativitas dan aktivitas. Yang dipelajari oleh seorang filsuf dari mistik ialah prinsip kehidupan ini, yakni cinta. Energi kreatif tidak lain adalah cinta. Menurut Bergson, jika dalam filsafat, finalitas refleksi tertuju pada energi kreatif, dalam mistik, pencarian bermuara pada inti kehidupan, energi kreatif, yakni cinta.

Agama yang ideal adalah agama yang merupakan perpaduan dari agama statis dan agama dinamis. Yang paling ideal ialah bahwa ketika agama statis semakin dimurnikan menjadi agama dinamis. 

Harus diakui bahwa dalam praksis, kedua bentuk agama ini tercampur dengan cara tak terpisahkan. Di atas semua itu, perlu ditegaskan bahwa semua norma moral bersumber pada tekanan sosial dan dorongan kasih. Sistem moral yang bersumber pada kasih menciptakan masyarakat terbuka, inovatif, kreatif dan dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun