Subjek identik dengan produknya. Saya adalah kesatuan dalam kekinian. Perbuatan individu keluar dari personalitasnya. Perbuatan dengan demikian selalu diasalkan pada subjek. Dunia kesadaran mustahil dipilah-pilah berdasarkan tingkat yang berbeda. Ketika tiada yang identik, mustahil prediksi. Durasi dalam hal ini dipandang sebagai dasar kebebasan.
Materi dan Ingatan
Bergson mempelajari hubungan antara jiwa dan tubuh, antara roh dan materi. Ia mempertahankan dualisme jiwa-badan dan roh-materi. Ia menolak pandangan yang mengatakan bahwa manusia diasalkan pada satu unsur saja. Bergson memecahkan problem ini melalui studi tentang ingatan. Ia membedakan dua macam ingatan. Ada ingatan yang berfungsi untuk menghafal dan ada ingatan murni yang bertugas untuk dapat mengingat deteil-deteil angan-angan kehidupan subjek.
Ingatan yang kedua bersifat rohani. Dalam hal ini, otak berfungsi sebagai agen selektif untuk menghadirkan ingatan masa lalu yang perlu dalam praksis masa kini. Melalui ingatan, subjek mampu belajar dari masa lalu untuk kepentingan masa kini dan nanti. Ingatan masa lalu diseleksi oleh tubuh dan otak untuk praksis masa kini melalui persepsi. Â Aksi dalam hal ini dimengerti sebagai penghubung memori dan persepsi, badan dan jiwa. Keduanya menjadi identik.
Bergson mengaitkan ingatan dengan Dure. Sebagaimana Dure tidak dapat diasalkan pada keluasan, demikianpun ingatan tidak dapat direduksi pada bagian tertentu otak. Bergson juga membedakan persepsi dengan ingatan. Meskipun demikian, keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam persepsi konkret, ingatan selalu memainkan peranan juga, seperti -- sebaliknya -- ingatan pula sering diaktifkan dalam suatu persepsi.
Evolusi Kreatif
Untuk mengerti evolusi, menurut Bergson, data biologi harus dilengkapi dengan hasil pemikiran metafisis. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan apa yang kita alami sebagai makhluk hidup.Â
Kita menyadari bahwa apa yang disingkapkan oleh intuisi bukan hanya Dure dan perkembangan terus-menerus, melainkan juga suatu lan vital, suatu energi hidup atau daya pendorong hidup. Dalam hal ini, subjek berhak mengandaikan bahwa lan vital ini meresapi seluruh proses evolusi dan menentukan semua cirinya yang penting.Â
Dengan demikian, subjek sanggup mengerti perkembangan kehidupan secara kreatif dan tidak lagi mekanistis. Energi kreatif dari lan vital memproduksi perkembangan baru. Evolusi kreatif merupakan aksi yang terus mencipta dan memperkaya.
Dalam teori evolusi, Darwin memahami manusia dalam tiga dimensi, yakni vegetatif, instingtual dan intelegensi. Dalam Bergson, di samping ketiga dimensi tersebut, manusia memiliki kemampuan intuitif. Bergson melukiskan intuisi sebagai insting yang menjadi sadar, yang mencapai taraf refleksi. Jika akal budi berkiblat pada materi mati, intuisi secara istimewa terarah pada kehidupan.Â
Jika akal budi merupakan sumber ilmu pengetahuan, maka intuisi menyediakan dasar bagi filsafat. Keduanya memiliki hubungan timbal balik. Akal budi tidak akan ada tanpa intuisi dan demikian sebaliknya. Intuisi merupakan visi roh dari pihak roh, pengetahuan yang bermaksud batasan semesta simbol yang dibangun nalar.