Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemikiran Henri Bergson (1859-1941)

18 November 2020   01:06 Diperbarui: 29 April 2021   13:25 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergson lahir di Paris. Ayahnya seorang Yahudi-Polandia. Ibunya seorang Inggris. Henri Bergson dibesarkan dalam kultur yudaisme tradisional. Ia masuk di sekolah menengah bernama Lyce Condorcet. Sejak muda ia sudah menyukai matematika dan filsafat. Ia kemudian diterima di Ecole Normale Suprieure, tempat orang-orang seperti Emile Durkheim dan Pierre Bourdieu pernah belajar. 

Pada 1897 ia menjadi dosen di Ecole Normale Suprieure dan sejak tahun 1900 ia mengajar sebagai profesor  di Collge de france. Ia mengajar Filsafat Yunani dan Filsafat Modern. Ia banyak menelorkan karya-karya filosofis. Ia menguasai sejarah filsafat. 

Pemikirannya akrab dengan spiritualisme  Prancis. Ia banyak dipengaruhi oleh tokoh positivisme Inggris, seperti: Herbert Spencer yang menaruh perhatian khusus pada persoalan-persoalan yang menyangkut evolusi. Ia tertarik dengan ajaran Kristen Katolik tetapi tidak mengkhianati yudaisme. Ia bermimpi agar di hari pemakamannya didoakan oleh seorang pastor Katolik.

Buah Pemikiran Henri Bergson

Dure dan Kebebasan

Bergson mengkritik determinisme. Ia menelor konsep tentang Dure (Inggris: Duration) yang punya konsekuensi pada konsep tentang kebebasan. Dure dapat diterjemahkan dengan terminologi "lamanya". 

Dalam perspektif obyektif-fisis, waktu dipahami berdasarkan pengertian atas ruang. Dengan demikian, waktu dapat diukur dan dibagi-bagi sebagaimana diajarkan ilmu pengetahuan. 

Dalam Bergson, pengertian waktu paling fundamental  merujuk pada Dure, yaitu waktu yang kita alami secara langsung. Itulah waktu dalam persepktif subyektif-psikologis. Waktu dengan demikian tidak mungkin dapat dilukiskan secara kuantitatif.

Gagasan waktu mekanis mengabaikan waktu yang dialami dalam pengalaman konkret, yakni waktu melanjut atau durasi. Kesadaran melulu menangkap waktu sebagai durasi. Durasi dipahami sebagai saat "saya menghidupi kekinian dengan ingatan tentang keduluan dan mengantisipasi kenantian". 

Waktu bukan mekanistis, melainkan merujuk pada waktu batiniah. Waktu batiniah tidak lain adalah sifat dasar kesadaran. Waktu mekanis dibedakan dari waktu batiniah sebagai hakikat kesadaran. Waktu mekanis adalah waktu yang meruang dan waktu batiniah merujuk pada waktu yang melanjut.

Kesadaran dalam hal ini tidak mungkin dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bila Dure adalah hakikat kesadaran, maka kebebasan hanya dapat dialami. Bergson menegaskan bahwa kita adalah bebas, jika perbuatan-perbuatan kita mengungkapkan keperibadian kita seluruhnya, jika perbuatan-perbuatan kita mengungkapkan kemiripan yang sukar ditentukan itu; kemiripan yang kadang tampak pada seniman dan karyanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun