Istilah “komunikasi” berasal dari kata Latin “communicatio”, yang berarti pemberitahuan, pertukaran, dan pengharapan akan adanya tanggapan dari pendengar. Kata sifat “communis” berarti umum atau dimiliki bersama, sedangkan kata kerja “communicare” merujuk pada dialog, berunding, atau bermusyawarah (Arifin, 1994). Komunikasi adalah proses yang dilakukan manusia dalam interaksi sosial untuk menyampaikan dan bertukar informasi.
Komunikasi mencakup berbagai macam makna, baik sebagai bidang studi yang berbeda maupun sebagai sebuah proses. Terdapat berbagai definisi, salah satunya diberikan oleh Carl I. Hovland: Komunikasi melibatkan tindakan pengirim atau komunikator yang menyampaikan rangsangan, biasanya dalam bentuk simbol seperti kata-kata, untuk memengaruhi tindakan penerima atau penerima (Effendy, 1993). Shimp (1993) menawarkan perspektif lain, yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan pemahaman bersama antara pengirim dan penerima pesan. Definisi Shimp menggarisbawahi tujuan untuk mencapai kesamaan pemikiran atau kesepakatan melalui interaksi.
Menurut Pace & Faules (2002), komunikasi berbeda dengan perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ketergantungannya pada proses mental untuk memahami individu, objek, dan peristiwa. Mereka menekankan dua aspek mendasar dari komunikasi: 1) penciptaan pesan, atau lebih tepatnya, penciptaan pertunjukan, dan 2) penguraian pesan, atau penafsiran pertunjukan.
Harold D. Lasswell mendefinisikan komunikasi sebagai jawaban atas pertanyaan: Siapa, Mengatakan Apa, Dengan Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Efek Apa? Rumusan ini dikenal dengan formula Lasswell (Effendy, 1993). Menurut Lasswell, komunikasi mencakup beberapa elemen kunci: komunikator, pesan yang disampaikan, media yang digunakan, penerima atau khalayak, dan efek yang ditimbulkan. Pada intinya, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dengan tujuan agar makna yang dimaksudkan oleh pengirim (komunikator) dipahami oleh penerima (khalayak).
Organisasi
Aspek penting dalam memahami komunikasi organisasi adalah mengenali pendekatan-pendekatan yang membentuk perspektif kita tentang organisasi. Sesuai dengan Robbins (2001), sebuah organisasi dicirikan sebagai sebuah entitas sosial yang terstruktur dengan sengaja yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berkolaborasi secara konsisten untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama.
Pace & Faules (2002)menyarankan dua perspektif untuk memahami organisasi: pendekatan obyektif dan pendekatan subyektif. Istilah “obyektif” menunjukkan keyakinan bahwa objek, perilaku, dan peristiwa ada secara independen di dunia nyata, terpisah dari pengamatan. Sebaliknya, “subyektif” menyiratkan bahwa realitas adalah sebuah konstruksi sosial, sebuah proses di mana individu menciptakan persepsi mereka tentang apa yang ada “di luar sana.”
Menurut pendekatan obyektif, sebuah organisasi dipandang sebagai entitas fisik dan konkret dengan batas-batas yang jelas dan stabil. Istilah “organisasi” menunjukkan struktur nyata yang mencakup orang, hubungan, dan tujuan. Sebaliknya, pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai aktivitas dinamis yang didorong oleh tindakan, interaksi, dan transaksi orang-orang. Organisasi dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi yang berkembang di antara individu-individu dan tidak ada secara independen dari perilaku yang membentuknya.
Dari sudut pandang obyektif, sebuah organisasi dipandang sebagai sebuah entitas yang terstruktur; sedangkan dari sudut pandang subyektif, sebuah organisasi dipandang sebagai sebuah proses yang dinamis (perilaku pengorganisasian). Perbedaan ini menyiratkan bahwa, dalam pendekatan obyektif, mempelajari sebuah organisasi melibatkan pemeriksaan secara keseluruhan, dengan fokus pada bagaimana organisasi tersebut beradaptasi dengan lingkungannya untuk berkembang dan bertahan hidup. Sebaliknya, pendekatan subyektif menekankan pada pemahaman organisasi dengan menganalisis perilaku dan maknanya bagi mereka yang terlibat, mengenali struktur sambil memberikan penekanan yang signifikan pada tindakan manusia. Baik pendekatan objektif maupun subjektif tidak hanya mempengaruhi studi komunikasi organisasi, tetapi juga aspek-aspek yang lebih luas dari perilaku organisasi.
Komunikasi Organisasi
Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pengarahan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi di dalam suatu organisasi. Definisi ini menyoroti aspek fungsional (obyektif) dari komunikasi. Atau, dari sudut pandang interpretatif (subjektif), komunikasi organisasi dipahami sebagai proses di mana makna dibangun dari interaksi yang membentuk organisasi. Hal ini mencakup perilaku pengorganisasian yang terjadi, termasuk bagaimana para partisipan terlibat dalam pertukaran dan memberikan makna pada interaksi tersebut.