Gambar 1.1 Omran Daqneesh, Korban Perang Suriah
Sumber      : Tribunnews
Disebutkan juga bahwasannya korban dari warga sipil banyak berjatuhan karena demonstrasi Panjang yang menjalar ke seluruh penjuru negeri Suriah yang memancing tindakan kekerasan oleh pasukan keamanan Suriah (kompas.com, 2019). Hal tersebut berujung kepada konflik bersenjata antara pasukan keamanan dan warga sipil yang berdemonstrasi. Peristiwa ini juga yang menyebabkan negara lain, terutama Amerika Serikat untuk melakukan intervensi langsung guna menyelamatkan warga-warga yang ada di sana.
2.2.2 Mereka yang Terjebak di Suriah
      Selain daripada yang tewas pada peperangan di Suriah, terdapat beberapa kelompok masyrakat yang masih menetap atau terjebak di Suriah karena beberapa alasan. Pada bagian ini, akan diulas mengenai kondisi warga Suriah yang masih menetap atau terjebak di tengah jeratan konflik Suriah.
      Dikutip dari voaindonesia.com, utusan PBB untuk Suriah, yang bernama Rochdi melaporkan bahwasannya terdapat sekurang-kurangnya 11 juta warga Suriah yang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan 5 juta dari jumlah tersebut sangat memerlukan bantuan kemanusiaan segera(voaindonesia.com, 2019). Mereka bahkan hampir tidak memiliki akses ke air bersih serta layak minum, dan tidak memiliki perlengkapan yang mumpuni untuk terus bertahan hidup di Suriah.
Hal tersebut diperparah dengan konflik yang terus berlangsung antara para pemberontak dan pasukan pemerintahan. Konflik yang berlangsung secara intens tersebut menyebabkan banyak warga terjebak, sehingga nyawa mereka tergantung kepada pihak yang bertikai, karena tidak ada tempat berlindung bagi warga Suriah di tengah konflik yang melanda negeri tersebut. Bahkan Rochdi menambahkan bahwasannya bulan Juli 2019 merupakan bulan terburuk bagi warga Suriah di sana (voaindonesia.com, 2019). Hal tersebut dikarenakan kontak bersenjata antara pasukan pemerintah dengan pasukan pemberontak di Idlib, Suriah.
Fenton menambahkan bahwasannya situasi di kamp pengungsi di Suriah belum terlalu aman. Hal tersebut dikarenakan kamp tersebut telah dihuni oleh sekitar 70.000 orang sehingga menyebabkan kamp tersebut penuh dengan sesak (m.inilah.com, 2019). Hal tersebut tentu menambah buruk situasi pengungsi di Suriah di mana mereka dipaksa untuk hidup dalam penderitaan yang tiada tara, yang tentu berpengaruh terhadap tumbuh kembang mereka, terutama anak-anak.
Anak-anak  tidak bisa bersekolah, yang diakibatkan oleh konflik yang bersenjata yang berlangsung hampir setiap hari antara pasukan pemerintah dan pasukan oposisi yang memaksa jam belajar harus dihentikan (voaindonesia.com, 2018). Hal tersebut tentu berpotensi menjadikan keamanan dan kesejahterahan manusia menurun dengan sangat drastis di Suriah dan berpotensi menghasilkan generasi yang hilang di Suriah.
Selain daripada hal tersebut, anak-anak juga mendapat perlakuan semena-mena di kamp pengungsi Suriah (voaindonesia.com, 2018). Perlakuan tersebut tentuk berefek kepada tumbuh kembang mereka dan kondisi mental mereka. Tak jarang anak-anak di Suriah tidak memiliki banyak kerabat, akibat tewas terbunuh dalam konflik.
2.2.3 Mereka yang Berhasil Keluar dari Suriah