Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perjanjian PBB dan NATO yang Menyebabkan Semakin "Arogan"

6 Februari 2022   13:02 Diperbarui: 6 Februari 2022   15:05 11927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Agustus 1995, untuk memaksa diakhirinya kekerasan yang dipimpin Serbia di negara itu, pasukan penjaga perdamaian PBB meminta serangan udara NATO. Operasi Deadeye dimulai pada tanggal 30 Agustus melawan angkatan udara Serbia Bosnia, tetapi gagal menghasilkan kepatuhan Serbia Bosnia dengan tuntutan PBB untuk mundur. Hal ini menyebabkan Operasi Pasukan yang Disengaja, yang menargetkan instalasi komando dan kontrol Serbia Bosnia dan fasilitas amunisi. Kampanye udara NATO ini merupakan faktor kunci dalam membawa Serbia ke meja perundingan dan mengakhiri perang di Bosnia.

Dengan penandatanganan Kesepakatan Damai Dayton pada bulan Desember 1995, NATO segera mengerahkan Pasukan Implementasi (IFOR) yang diamanatkan PBB yang terdiri dari sekitar 60.000 tentara. Operasi ini (Operation Joint Endeavour) diikuti pada bulan Desember 1996 dengan pengerahan Pasukan Stabilisasi (SFOR) berkekuatan 32.000 orang.

Mengingat situasi keamanan yang membaik, NATO mengakhiri operasi dukungan perdamaiannya pada bulan Desember 2004 dan Uni Eropa mengerahkan kekuatan baru yang disebut Operasi Althea. Aliansi telah mempertahankan markas militer di negara tersebut untuk melaksanakan sejumlah tugas khusus yang terkait, khususnya, untuk membantu pemerintah dalam mereformasi struktur pertahanannya.

ISIS

Belum lagi Nato terlibat dalam Intervensi militer internasional terhadap Negara Islam (ISIS), dimana berita terakhir 3 Februari melalui Newyork Times, Presiden Ameria, Joe Biden mengumumkan kematian pemimpin ISIS sebagai peringatan bagi teroris

Presiden Biden mengatakan pada hari Kamis bahwa pemimpin Negara Islam tewas dalam serangan oleh pasukan komando Operasi Khusus AS dalam serangan dini hari di barat laut Suriah.

Sekitar dua lusin pasukan komando Amerika melakukan serangan dengan helikopter yang menargetkan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, yang dimulai sekitar tengah malam di sebuah bangunan tempat tinggal di Atmeh, di Provinsi Idlib Suriah. Petugas penyelamat mengatakan wanita dan anak-anak termasuk di antara setidaknya 13 orang yang tewas dalam serangan itu.

Biden mengatakan al-Qurayshi meninggal ketika dia meledakkan bom yang menewaskan dia dan anggota keluarganya. Biden menambahkan dalam sebuah pernyataan, "Semua orang Amerika telah kembali dengan selamat dari operasi."

Serangan itu terjadi beberapa hari setelah pertempuran di penjara Suriah tempat para pejuang ISIS ditahan, keterlibatan AS dalam pertempuran terbesar dengan Negara Islam sejak akhir kekhalifahan tiga tahun lalu.

**

Di atas, hanya beberapa catatan yang saya ringkas, Dan saya yakin  masih banyak caatan lainnya yang dapat diperoleh dengan membaca dari berbagai litelatur , peran NATO atas dasar kesepakatan dengan PBB, banyak mengarahkan perhatiannya dalam aksi milter yang tidak sedikit memakan korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun