Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Jika Sedang Galau, Sebaiknya Jauhkan Diri Anda dari Media Sosial!

14 Januari 2022   23:29 Diperbarui: 15 Januari 2022   07:36 4320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Is social media helping you feel good? pathdoc/Shutterstock.com 

Artikel senada dengan judul di atas, sebenarnya pernah saya muat di kompasiana sekitar tahun 2013, tapi entah dicari gak ketemu. Jadi ya saya tertarik untuk menulis ulang soal hal ini, apalagi perlu di update dengan fenomena atau kejadian yang terjadi belakang ini.

Galau apa sih artinya?

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa galau adalah suasana hati yang sedang dalam kebimbangan, tidak bisa atau sulit dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi apalagi untuk menyelesaikannya, intinya hati atau perasaannya sedang bimbang. 

Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa galau itu adalah kacau yang tidak karuan dalam pikiran. Jadi bisa kita terjemahkan bahwa galau merupakan kondisi atau keadaan dimana seseorang sedang mengalami pikiran atau perasaan yang sedang tidak karuan.

Ok deh, saya langsung sebut saja, kasus Ferdinand Hutahaean, Pria kelahiran Sumatera Utara, 18 September 1977. Usianya terpaut jauh dibawah saya, namun kiprahnya di dunia politik dan organisasi boleh dikatakan harusnya sudah cukup matang dalam melakukan tindakan, ucapan dan keputusan  yang dewasa.

Saya gak mau menyinggung persoalannya yang telah lewat, yang terkini saja. Dimana dalam klarifikasinya, saya simpulkan saja bahwa dirinya mengaku sedang dirundung masalah dalam kesehatan mental, kemudian ia seolah-olah berbicara dengan dirinya sendiri. Dan pada ujungnya keluar tweet yang berujung masalah tersebut. Jadi si Ferdinand ini sedang galau ketika nge-tweet itu  barang.

Nasi sudah menjadi bubur, berekspresi tapi  kebablasan, mau beralasan ia melakukan itu dalam keadaan gangguan mental dan kejiwaan dan dilanjutkan klarifikasi serta permintaan maaf. Gak akan mengurangi masalah hukum yang terlanjur ditangani, dan wajar jika polisi memiliki  minimal dua alat bukti yang kuat dan dengan keyakinan dan profesional, ia wajar ditahan dan dijadikan tersangka. Karena pasal yang dikenakan tidak memungkinkan penangguhan penahanan. Ya, sesuai hukum acara, yang bersangkutan harus nginap dulu di rutan  polri, selama proses hukum berjalan. Kecuali ada upaya  "luar biasa"untuk penangguhan penahanan, dan hal ini kelihatannya sulit dikabulkan.

Tentu jika ada yang berpendapat ini sebuah konspirasi untuk menjatuhkannya, saya gak peduli dengan hal tersebut. Kalopun ada, ya itu urusan dia. Namanya dunia politik. Polisi gak akan gegabah dalam menentukan sikap dan bekerja secara profesional. Minimal dua alat bukti yang kuat sudah dapat menahan Ferdinand.

Biar proses hukum berjalan, dan hak-hak yang bersangkutan untuk membela diri melalu pra peradilan baik sebelum P21 maupun kelak jika lengkap dan dilimpahkan ke kejaksaan, biarlah proses hukum berjalan dengan sendirinya. Mau dianggap terjadinya ketimpangan atau tebang pilih, dalam penilaian banyak orang, saya juga gak ambil pusing. Jika diributkan, justeru memperluas masalah kemana-mana.

So saya lebih fokus pada statement Ferdinand, yaitu bahwa tweetnya itu adalah berasal komunikasi imanjiner dirinya entah dengan pikirannya sendiri atau dengan mengatasnamakan Tuhan. Sekalipun saya bukan seorang phiskolog, inilah persoalannya. Dimana banyak pengguna sosial media bahkan blogger, dalam keadaan "galau" tanpa pikir panjang menuangkan apa yang ada dipikirannya, tanpa mempertimbangkan konsekwensi yang bakal diterima. Entah itu secara hukum maupun sanksi sosial dari masyarakat.

Nah pas deh, dengan keadaan Ferdinand. Dan kita juga gak perlu tau, KEPO apa yang menyebabkan dirinya galau. Yang pasti karena Galau itulah, ia sedikit gegabah dalam ngetweet sesuatu yang memang masih abu-abu. Tapi oleh polisi  yang saya yakin profesional, lagi-lagi sudah memiliki alat bukti yang kuat. Masalah nanti  jadi perdebatan dalam pra peradilan maupun peradilan nantinya itu urusan lain. Masih ada kesempatan Ferdinand menghadirkan saksi atau saksi ahli yang meringankan termasuk tim pembela/penasehat hukumnya yang profesional.

Terkait masalah ini  saya mendapat beberapa pemahaman simple yang dimuat di helpguide-org. Padahal kalau mau dipikir, hal seperti ini sudah sering saya dan teman-teman sampaikan baik kepada remaja maupun orang tua serta organisasi dalam kegiatan sosialisasi tentang penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam banyak kegiatan di Indonesia minimal sejak 2011 hingga 2015.

Dan tentu saja, sampai sekarang kami masih menerima laporan dan konsultasi terkait beberapa hal tentang masalah yang dialami seseorang kita memanfaatkan media sosial. Semua kami dokumentasikan dan dijaga privasi mereka, dan sudah barang tentu menjadi tanggung jawab kami untuk menindaklanjuti jika dianggap sangat penting namun semuanya tergantung keputusan sang pelapor.

Jadi rasanya ndak masalah, toh apa yang di muat oleh situs ini, materinya kurang lebih sebagian besar merupakan inti sari dari materi sosialisasi yang kami miliki. Oleh karena itu, saya akan merangkumnya dan disesuaikan dengan pemahaman kami sebagai aktivis selama ini.

Berangkat dari kasus Ferdinand,  selaian ingin membahas focus saya, memang saya sedikit perluas dalam pembahasan tentang media sosial dan kesehatan metal.

**

Pada dasarmya manusia adalah makhluk sosial. Kita gak mampu hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain, entah itu pertemanan, bersahabat atau teman ngobrol dalam hubungan internal keluarga. Dengan begitu segala sesuatu, jika dikelola dengan baik dapat berdampak positif dalam berkembang hidup kita.  Selain itu haruslah kita sadar bahwa kekuatan koneksi kita memiliki dampak besar pada kesehatan mental dan kebahagiaan kita.

Terhubung secara sosial dengan orang lain dapat meredakan stres, kecemasan, dan depresi, meningkatkan harga diri, memberikan kenyamanan dan kegembiraan, mencegah kesepian, dan bahkan menambah tahun hidup Anda. Di sisi lain, kurangnya koneksi sosial yang kuat dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan mental dan emosional seseorang.

Di dunia sekarang ini, banyak dari kita yang mengandalkan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Snapchat, YouTube, dan Instagram termasuk blogging untuk menyuarakan pendapat dan isi hati kita serta menemukan atau terhubung dengan orang lain satu sama lain.

Meskipun masing-masing memiliki manfaatnya, penting untuk diingat bahwa media sosial gak akan pernah bisa menjadi pengganti hubungan manusia di dunia nyata. Dibutuhkan kontak langsung dengan orang lain untuk memicu hormon yang mengurangi stres dan membuat Anda merasa lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih positif.

Ironisnya, untuk teknologi yang dirancang untuk mendekatkan orang, menghabiskan terlalu banyak waktu penggunanya untuk berinteraksi dengan media sosial justru dapat membuat dirinya merasa lebih kesepian dan terisolasi---dan memperburuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi .

Jika Anda menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dan perasaan sedih, gak puas, frustrasi, atau kesepian memengaruhi hidup Anda, mungkin inilah saatnya untuk memeriksa kembali kebiasaan online anda dan menemukan keseimbangan yang lebih sehat.  Termasuk juga si Ferdinand.

Aspek positif dari media sosial

Dalam kegiatan kami, dengan tag line, perlindungan anak dalam penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi, namun bukan berarti kami berbicara sisi negatif terus, pencegahan, konsekwensi hukum, sanksi sosial dan sebagainya. Namun juga menyampaikan hal yang positif jika seseorang memutuskan memanfaatkan internet secara umum, yang mana media sosial dan kebiasaan blogging tersangkut di dalammnya.

Jadi meskipun interaksi virtual di media sosial gak memiliki manfaat psikologis yang sama dengan kontak tatap muka, masih ada banyak cara positif yang dapat membantu anda tetap terhubung dan mendukung kesehatan mental anda.

Sekalipun dapat diperdebatkan, Media sosial memungkinkan anda untuk:

  • Berkomunikasi dan tetap up to date dengan keluarga dan teman-teman di seluruh dunia bila perlu.
  • Menemukan teman dan komunitas baru; membangun jaringan dengan orang lain yang memiliki minat atau ambisi yang sama.
  • Bergabung atau mempromosikan tujuan yang bermanfaat; meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting.
  • Mencari atau menawarkan dukungan emosional selama masa-masa sulit.
  • Menemukan koneksi sosial yang vital jika seseorang tinggal di daerah terpencil, misalnya, atau memiliki kemandirian yang terbatas, kecemasan sosial, atau merupakan bagian dari kelompok yang terpinggirkan.
  • Menemukan jalan keluar untuk kreativitas dan ekspresi diri Anda.
  • Menemukan (dengan hati-hati) sumber informasi dan pembelajaran yang berharga.
  • Dalam blogging, selain mendapat teman baru, atau follower, anda dapat mengemukan pendapat (opini)  yang bersifat dan bertujuan baik, antara lain memotivasi orang, membagi informasi penting atau dapat pula menginspirasi orang, yang tentu membaca postingan anda, Lebih dari itu peran reportase yang diliput atau dialami sendiri yang dapat dipetik pembelajarannya (gak asal posting) dengan mempertimbangkan dampaknya pada diri sendiri dan orang lain cukup penting value-nya.

Akan tetapi di sisi lainnya, terdapat pula aspek negatif yang juga dapat diperdebatkan.

Aspek negatif dari media sosial

Karena ini adalah teknologi yang relatif baru, hanya ada sedikit penelitian untuk menetapkan konsekuensi jangka panjang, baik atau buruk, dari penggunaan media sosial. Namun, beberapa penelitian telah menemukan hubungan yang kuat antara media sosial yang berat dan peningkatan risiko depresi, kecemasan, kesepian, menyakiti diri sendiri , dan bahkan pikiran untuk bunuh diri .

Media sosial dapat menampilkan pengalaman negatif seperti:

Merasa Ketidakcukupan tentang hidup atau penampilan Anda .

Ketika anda tahu dan melihat suatu postingan gambar di media sosial sekalipun sudah dimanipulasi, gambar itu masih dapat membuat anda merasa gak aman tentang penampilan anda atau apa yang terjadi dalam hidup anda sendiri. Demikian pula, kita semua sadar bahwa orang lain cenderung hanya berbagi hal-hal penting saja dalam hidup mereka, jarang hal-hal rendah atau gak penting yang dialami semua orang  hal tersebut dapat menimbulkan perasaan iri dan ketidakpuasan tentang keberadaaan diri anda. Misalnya saja ketika melihat-lihat foto liburan di pantai tropis dari teman anda atau membaca tentang promosi baru mereka yang menarik di tempat kerja mereka.

Takut Ketinggalan (FOMO)  

Sementara FOMO telah ada jauh lebih lama daripada media sosial, situs-situs seperti Facebook dan Instagram tampaknya memperburuk perasaan bahwa orang lain lebih bersenang-senang atau menjalani kehidupan yang lebih baik daripada anda. Gagasan bahwa Anda melewatkan hal-hal tertentu dapat memengaruhi harga diri Anda, memicu kecemasan, dan memicu penggunaan media sosial yang lebih besar lagi. FOMO dapat memaksa Anda untuk mengangkat telepon anda setiap beberapa menit untuk memeriksa pembaruan, atau secara kompulsif menanggapi setiap peringatan --- bahkan jika itu berarti mengambil risiko saat Anda mengemudi, kehilangan waktu tidur di malam hari, atau memprioritaskan interaksi media sosial atas hubungan dunia nyata.

Sementara banyak dari kita menikmati untuk tetap terhubung di media sosial, penggunaan yang berlebihan dapat memicu perasaan cemas, depresi, isolasi, dan FOMO. Inilah cara mengubah kebiasaan seseorang yang berdampak pada suasana hati Anda.

Menurut 3 refrensi sekaligus, yaitu Artikel Ilmiah dari Andrew K, Przybylski; Murayama, Kou; DeHaan, Cody R.; Gladwell, Valerie (July 2013). yang berjudul "Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out" terkait Computers in Human Behavior,  Wortham, J. (April 10, 2011). Dengan judul "Feel like a wall flower? Maybe it's your Facebook wall". Dipublikasi The New York Times dan  Shea, Michael (27 July 2015). Yang berjudul "Living with FOMO". Terbitan The Skinny. 9 January 2016.

Mengemukakan bahwa FOMO atau kepanjangan dari Fear of missing out adalah perasaan khawatir bahwa seseorang gak mengetahui atau kehilangan informasi, peristiwa, pengalaman, atau suatu keputusan hidup yang dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih baik. Atau dapat disederhanakan, takut ketinggalan informasi.

FOMO juga dikaitkan dengan rasa takut akan penyesalan , yang dapat menyebabkan kekhawatiran bahwa seseorang mungkin kehilangan kesempatan untuk berinteraksi sosial , mendapat pengalaman baru, mengingat peristiwa yang tak terlupakan.

Hal ini ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain, dan dapat digambarkan sebagai ketakutan untuk gak berpartisipasi adalah pilihan yang salah. FOMO dapat terjadi misalnya karena gak mengetahui tentang suatu percakapan apalagi masalah yang sedang trending, melewatkan acara TV, gak menghadiri pernikahan atau pesta, atau mendengar bahwa orang lain telah menemukan suatu kesenangan yang baru, entah itu berwisata, menimati kuliner, mengalami promosi kenaikan pangkat, mendapat penghargaan dan lain sebainya. FOMO dalam beberapa tahun terakhir telah dikaitkan dengan sejumlah gejala psikologis dan perilaku negatif

Dalam padangan yang ekstrim FOMO di gambarkan sebagai fenomena yang berkaitan dengan perasaan selalu ingin merasa menang dan gak ingin tertinggal oleh yang lain.

Hal ini dapat terlihat, dimana ponsel yang digengaman kita, dalam keadaan siaga, ibu jarin dan jemari lain yang digunakan kadang dalam posisi siap untuk mengirim pesan text atau Memposting sesuatu  saat melihat sesuatu di layar ponsel yang dalam keadaan hidup. Dan tentu kosentrasi kita seolah-olah tak mau sedetik pun (hyperbola), jauh dari smartphone kita.

Isolasi  Diri

Sebuah penelitian di University of Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan Facebook, Snapchat, dan Instagram yang tinggi justru meningkatkan perasaan kesepian. Sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa mengurangi penggunaan media sosial sebenarnya dapat membuat Anda merasa gak terlalu kesepian dan terisolasi dan meningkatkan kesejahteraan Anda secara keseluruhan.

Depresi dan kecemasan .

Manusia membutuhkan kontak tatap muka untuk menjadi sehat secara mental. Gak ada yang mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati Anda lebih cepat atau lebih efektif daripada kontak mata dengan seseorang yang peduli pada Anda. Semakin Anda memprioritaskan interaksi media sosial daripada hubungan langsung, semakin Anda berisiko mengembangkan atau memperburuk gangguan mood seperti kecemasan dan depresi .

Cyberbullying

Sekitar 10 persen remaja melaporkan diintimidasi di media sosial dan banyak pengguna lain menjadi sasaran komentar ofensif. Platform media sosial seperti Twitter dapat menjadi hotspot untuk menyebarkan desas-desus yang menyakitkan, kebohongan, dan pelecehan yang dapat meninggalkan bekas luka emosional yang langgeng.

Self-Absorption. 

Berbagi selfie tanpa akhir dan semua pikiran terdalam Anda di media sosial dapat menciptakan keegoisan yang gak sehat dan menjauhkan Anda dari koneksi kehidupan nyata.

Apa yang mendorong penggunaan media sosial atau ngeblog?

Saat ini, sebagian besar dari kita mengakses media sosial melalui smartphone atau tablet kita. Meskipun ini membuatnya sangat nyaman untuk tetap berhubungan dan dapat memuat tulisan kita dalam ngeblog, itu juga berarti bahwa media sosial dan blog selalu dapat diakses kapan saja. Hiper Konektivitas sepanjang waktu ini dapat memicu masalah kontrol impuls, peringatan dan pemberitahuan konstan yang memengaruhi konsentrasi dan fokus Anda, mengganggu tidur Anda, dan membuat Anda menjadi budak telepon Anda .

Platform media sosial dirancang untuk menarik perhatian Anda, membuat anda tetap online, dan membuat anda berulang kali memeriksa layar untuk senuah pembaruan. Begitulah cara perusahaan menghasilkan uang.

Namun, seperti halnya dorongan judi atau kecanduan nikotin, alkohol, atau obat-obatan, penggunaan media sosial atau juga blogging dapat menciptakan hasrat psikologis. Ketika Anda diapresiasi dengan reaksi pembaca dengan tanda suka, dan kemudian postingan tersebut banyak dibagikan (sharing), atau reaksi yang menguntungkan untuk sebuah posting, itu dapat memicu pelepasan dopamin di otak, bahan kimia "hadiah" yang sama yang mengikuti kemenangan di mesin slot, menggigit cokelat, atau menyalakan lampu. sebatang rokok, misalnya. Semakin Anda dihargai, semakin banyak waktu yang ingin Anda habiskan di media sosial, bahkan jika itu merugikan aspek lain dalam hidup Anda.

Penyebab lain dari penggunaan media sosial yang gak sehat

Takut ketinggalan (FOMO) dapat membuat Anda kembali ke media sosial berulang kali. Meskipun ada beberapa hal yang gak bisa menunggu atau membutuhkan tanggapan segera, FOMO akan membuat Anda percaya sebaliknya. Mungkin Anda khawatir akan ketinggalan percakapan di komunitas anda, atau bisa saja kantor. Jika hal ini dialami termasuk yang terkait gosip bahkan hoax terbaru di media sosial? Akan lebih memperburuk mental anda.

Atau ada juga kemungkin ketika anda merasa untuk menjaga hubungan anda dengan para penggemar (follower) dan teman-teman koneksi anda, sepertinya anda akan menderita jika anda gak segera meresponnya, misalnya menyukai, membagikan, atau menanggapi postingan orang lain? Ini sering dialami juga oleh para pengguna sosial media atau blogger

Banyak dari kita menggunakan media sosial sebagai "selimut keamanan". Setiap kali kita berada dalam situasi sosial dan merasa cemas, canggung, atau kesepian, kita beralih ke ponsel dan masuk ke media sosial. Tentu saja, berinteraksi dengan media sosial hanya merupakan menyangkal diri anda dari interaksi tatap muka yang seharusnya dapat membantu meredakan kecemasan .

Penggunaan media sosial yang secara berlebihan seolah-olah dapat menutupi masalah mendasar lainnya , seperti stres, depresi, atau kebosanan. Jika Anda menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial di saat anda merasa sedih, kesepian, atau bosan.  Anda mungkin menggunakannya sebagai cara untuk mengalihkan diri anda dari perasaan gak menyenangkan atau tujuan menenangkan suasana hati Anda. Meskipun mungkin sulit pada awalnya, membiarkan diri Anda merasakan dapat membuka anda untuk menemukan cara yang lebih sehat untuk mengelola suasana hati Anda .

Lingkaran setan penggunaan media sosial yang gak sehat

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menciptakan siklus negatif yang terus berlanjut:

  • Saat Anda merasa kesepian, tertekan, cemas, atau stres, Anda lebih sering menggunakan media sosial---sebagai cara untuk menghilangkan kebosanan atau merasa terhubung dengan orang lain.
  • Atau alih-alih dengan alasan untuk mencari kesibukan, anda harus memposting sesuatu (bahkan biar perlu setiap hari) di laman blog anda. Sehingga anda kelihatan eksis. Apapun penilaian orang tentang konten yang anda muat, ini hampir sama dengan fenomena FOMO
  • Menggunakan media sosial lebih sering, meningkatkan FOMO dan perasaan gak mampu, kegakpuasan, dan isolasi diri.
  • Pada gilirannya, perasaan ini secara negatif memengaruhi suasana hati Anda dan memperburuk gejala depresi, kecemasan, dan stres.
  • Gejala yang memburuk ini menyebabkan Anda lebih sering menggunakan media sosial, sehingga terjadi penurunan kesadaran terhap hal yang seharunya positif akan terus berlanjut.

Tanda-tanda bahwa media sosial memengaruhi kesehatan mental Anda

Setiap orang berbeda dan gak sama dalam ukuran jumlah waktu tertentu yang dihabiskan di media sosial dipakai sebagai suatu ukuran standar , atau frekuensi anda memeriksa pembaruan, atau jumlah posting yang anda buat yang menunjukkan bahwa penggunaan Anda menjadi gak sehat. Sebaliknya, ini berkaitan dengan dampak waktu yang dihabiskan di media sosial atau blog terhadap suasana hati anda dan aspek lain dalam hidup anda, bersama dengan motivasi Anda untuk menggunakannya.

Misalnya, ketika menggunakan media sosial mungkin dapat bermasalah jika hal itu menyebabkan anda mengabaikan hubungan tatap muka, mengalihkan perhatian anda dari pekerjaan rutin anda setiap hari, atau membuat Anda merasa iri, marah, atau tertekan. Demikian pula, jika Anda termotivasi untuk menggunakan media sosial atau blogging hanya karena anda bosan atau kesepian, atau ingin memposting sesuatu yang membuat orang lain cemburu atau kesal, mungkin sudah saatnya untuk menilai kembali kebiasaan media sosial Anda.

Indikator bahwa media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental Anda termasuk:

  • Menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada dengan teman-teman dunia nyata . Menggunakan media sosial telah menjadi pengganti banyak interaksi sosial offline Anda. Bahkan jika Anda keluar dengan teman-teman, Anda masih merasa perlu untuk terus-menerus memeriksa media sosial termasuk halaman blog anda, sering kali didorong oleh perasaan bahwa orang lain mungkin lebih bersenang-senang daripada Anda.
  • Membandingkan diri sendiri secara gak baik dengan orang lain di media sosial . Anda memiliki harga diri yang rendah atau citra diri yang negatif. Anda bahkan mungkin memiliki pola makan yang gak teratur kelak.
  • Ketika mengalami cyberbullying anda akan khawatir bahwa anda gak memiliki kendali atas hal-hal yang diposkan orang tentang Anda.
  • Pekerjaan atau runitas sehari menjadi terganggu, termasuk hubungan sosial dengan kolega, teman apalagi keluarga. Anda merasakan tekanan untuk memposting konten reguler tentang diri anda, mendapatkan komentar atau suka pada postingan Anda, atau merespons postingan teman dengan cepat dan antusias.
  • Gak punya waktu untuk refleksi diri . Setiap waktu luang diisi dengan berinteraksi dengan media sosial, sehingga Anda hanya memiliki sedikit atau gak ada waktu sama sekali untuk merenungkan siapa diri Anda, apa yang Anda pikirkan, atau mengapa Anda bertindak seperti itu---hal-hal yang memungkinkan Anda untuk tumbuh sebagai pribadi.
  • Terlibat dalam perilaku berisiko untuk mendapatkan pujian, atau berbagi reaksi positif di media sosial dan postingan anda di blog. Anda dapat memainkan lelucon berbahaya, memposting materi yang memalukan, menindas orang lain di dunia maya, atau yang lebih berbahaya mengakses ponsel anda disaat sedang mengemudi atau dalam situasi gak aman lainnya. 
  • Menderita masalah tidur . Apakah Anda memeriksa media sosial atau blog anda adalah hal terakhir di malam hari, dan kemudian menjadi hal pertama di pagi hari, atau bahkan ketika Anda bangun di malam hari? Cahaya dari ponsel dan perangkat lain dapat mengganggu tidur Anda , yang pada gilirannya dapat berdampak serius pada kesehatan mental Anda.
  • Memburuknya gejala kecemasan atau depresi . Alih-alih membantu meredakan perasaan negatif dan meningkatkan suasana hati, Anda justru merasa lebih cemas, depresi, atau kesepian setelah menggunakan media sosial.

Merubah kebiasaan menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesehatan mental

Langkah Perama : Kurangi waktu online

Sebuah studi Universitas Pennsylvania tahun 2018 menemukan bahwa mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit sehari menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam tingkat kecemasan, depresi, kesepian, masalah tidur, dan FOMO. Tetapi Anda gak perlu mengurangi penggunaan media sosial secara drastis untuk meningkatkan kesehatan mental Anda. Studi yang sama menyimpulkan bahwa hanya dengan lebih memperhatikan penggunaan media sosial Anda dapat memiliki hasil yang bermanfaat pada suasana hati dan fokus pada diri anda. 

Sementara 30 menit sehari mungkin bukan target yang realistis bagi banyak dari kita, kita masih dapat mengambil manfaat dari mengurangi jumlah waktu yang kita habiskan di media sosial. Bagi sebagian besar dari kita, itu berarti mengurangi seberapa banyak kita menggunakan ponsel cerdas kita. Kiat-kiat berikut dapat membantu:

  • Gunakan aplikasi untuk melacak berapa banyak waktu yang Anda habiskan di media sosial setiap hari. Kemudian tetapkan tujuan untuk seberapa banyak Anda ingin menguranginya.
  • Matikan ponsel Anda pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, seperti saat Anda mengemudi, dalam rapat, di gym, makan malam, menghabiskan waktu dengan teman offline, atau bermain dengan anak-anak Anda. Apagi ini, janganlah bawa ponsel Anda ke kamar mandi.
  • Jangan membawa ponsel atau tablet Anda ke tempat tidur . Matikan perangkat dan biarkan di ruangan lain semalaman untuk mengisi daya.
  • Nonaktifkan notifikasi media sosial. Sulit untuk menahan dengung bunyi bip  yang terus-menerus dari ponsel anda untuk mengingatkan anda akan pesan baru yang . Mematikan notifikasi dapat membantu Anda mendapatkan kembali kendali atas waktu dan fokus Anda.
  • Batasi pemeriksaan. Jika Anda secara kompulsif memeriksa ponsel Anda setiap beberapa menit, hentikan diri Anda dengan membatasi cek Anda menjadi setiap 15 menit sekali. Kemudian setiap 30 menit sekali, lalu satu jam sekali. Ada aplikasi yang dapat membatasi secara otomatis saat Anda dapat mengakses ponsel Anda.
  • Coba hapus aplikasi media sosial dari ponsel anda sehingga Anda hanya dapat memeriksa Facebook, Twitter, dan sejenisnya dari tablet atau komputer Anda. Jika ini terdengar seperti langkah yang terlalu drastis, coba hapus satu aplikasi media sosial pada satu waktu untuk melihat seberapa besar Anda merindukannya.

Untuk tips lain lebih lanjut tentang mengurangi penggunaan ponsel anda secara keseluruhan, anda dapat mencari berbagai tips tentang Kecanduan Ponsel Cerdas .

Langkah 2: Ubah fokus Anda

Banyak dari kita mengakses media sosial semata-mata karena kebiasaan atau untuk membunuh saat-saat downtime tanpa berpikir. Tetapi dengan berfokus pada motivasi anda untuk menggunakannya, anda gak hanya mengurangi waktu yang Anda habiskan di media sosial, tetapi tanpa sadar anda anda juga dapat meningkatkan pengalaman anda untuk menghindari banyak aspek negatif.

Jika Anda mengakses media sosial untuk menemukan informasi tertentu, memeriksa teman yang sakit, atau berbagi foto baru anak Anda dengan keluarga, misalnya, pengalaman Anda mungkin akan sangat berbeda dibandingkan jika Anda masuk hanya karena Anda bosan, Anda ingin melihat berapa banyak suka yang Anda dapatkan dari posting sebelumnya, atau untuk memeriksa apakah Anda melewatkan sesuatu.

Jika anda adalah seorang blogger, dan kebetulan memiliki hoby menulis. Atur waktu anda, dan memilih topik yang tepat untuk anda tuangkan dalam artikel anda. Anda gak dikejar waktu namun sebaliknya mungkin penggemar atau teman anda menunggu postingan artikel yang memiliki manfaat bagi mereka dan tentu termasuk banyak orang. Menempatkan diri atau berusaha menjadi yang terbaik untuk berkompetisi dengan teman-teman sesama bloger, adalah hal yang baik. Sejauh semua dilakukan dengan bijak dan menghadirkan artikel-artikel yang positif pula, gak ada masalah. Namun jika fokus anda begeser, percuma tulisan anda dimuat dan dibaca ribuan orang, di berikan reaksi positif oleh kelompok teman-teman anda atau dikomentari dengan baik sesuai isi konten yang dihadirkan. Sementara dalam kenyataannya anda memiliki masalah di dunia nyata yang harus anda selesaikan.

Suatu waktu ketika anda mengakses media sosial atau blog anda, berhentilah sejenak dan jelaskan motivasi di dalam pikiran anda, apa yang anda lakukan dan untuk apa  hal tersebut harus dilakukan di saat yang bagi anda mungkin tepat.

Apakah Anda menggunakan media sosial atau menjadi penulis aktif blogger, sebagai pengganti kehidupan nyata? Apakah ada pengganti yang lebih sehat untuk penggunaan media sosial anda? Jika Anda kesepian, misalnya, undanglah seorang teman untuk minum kopi, ngobrol, ketemuan atau bertandang ke rumahnya di waktu yang tepat.

Merasa depresi? Berjalan-jalan atau pergi ke gym. Dan jika bosan? Tidak ada salahnya mencoba melakukan hobi baru. Media sosial mungkin cepat dan nyaman, tetapi seringkali ada cara yang lebih sehat dan efektif untuk memuaskan hasrat.

Apakah Anda pengguna aktif atau pasif di media sosial dan bogger aktif? Menggulir secara pasif melalui pos atau secara anonim mengikuti interaksi orang lain di media sosial gak memberikan rasa koneksi yang berarti. Bahkan dapat meningkatkan perasaan terisolasi. Namun, menjadi peserta aktif akan menawarkan anda lebih banyak keterlibatan dengan orang lain.

Apakah media sosial membuat Anda merasa gak mampu atau kecewa tentang hidup Anda? Anda dapat melawan gejala FOMO dengan berfokus pada apa yang Anda miliki, daripada kekurangan Anda. Buatlah daftar semua aspek positif dalam hidup Anda dan baca kembali ketika Anda merasa kehilangan sesuatu yang lebih baik. Dan ingat: gak ada kehidupan yang sesempurna yang terlihat di media sosial dan postingan kita. Kita semua menghadapi sakit hati, keraguan diri, dan kekecewaan, bahkan jika kita memilih untuk gak membagikannya secara online. 

Langkah 3: Habiskan lebih banyak waktu dengan teman off-line

Kita semua membutuhkan hubungan tatap muka dengan orang lain untuk menjadi bahagia dan sehat. Yang terbaik, media sosial adalah alat yang hebat untuk memfasilitasi koneksi kehidupan nyata. Tetapi jika Anda mengizinkan koneksi virtual untuk menggantikan pertemanan di kehidupan nyata dalam hidup Anda, ada banyak cara untuk membangun koneksi yang bermakna tanpa bergantung pada media sosial.

Sisihkan waktu setiap minggu untuk berinteraksi secara offline dengan teman dan keluarga. Cobalah untuk menjadikannya pertemuan rutin di mana Anda selalu mematikan ponsel.

Jika Anda mengabaikan pertemanan tatap muka, hubungi teman lama (atau teman online) dan atur untuk bertemu. Jika Anda berdua menjalani kehidupan yang sibuk, tawarkan untuk menjalankan tugas atau berolahraga bersama .

Bergabunglah dengan klub atau komunitas yang anda anggap sejalan dengan pemikiran dan passion anda. Temukan hobi baru  gak ada salahnya, usaha kreatif, atau aktivitas kebugaran yang Anda sukai dan bergabunglah dengan sekelompok individu yang berpikiran sama yang bertemu secara teratur.

Jangan biarkan kecanggungan sosial menghalangi . Bahkan jika Anda pemalu, ada teknik yang terbukti untuk  mengatasi rasa gak aman dan membangun persahabatan .

Jika Anda merasa gak memiliki siapa pun untuk menghabiskan waktu bersama, hubungi kenalan . Banyak orang lain yang merasa gak nyaman untuk mendapatkan teman baru maka jadilah orang yang mencairkan suasana. Undang rekan kerja untuk makan siang atau minta tetangga atau teman sekelas atau siapa saja yang dekat dengan anda, apalagi ketika sudah berkeluarga, bisa kencan dengan suami atau sitri untuk sekedar ngobrol dan jalan-jalan sambil minum kopi bersama Anda, sebelum anda tiba di rumah.

Ketika berinteraksi dengan orang asing . Entah menggunakan layar Smartphone anda, melalui akun media sosial anda, bayangkan seperti ketika anda  bertemu seseorang dengan orang-orang yang anda temui di transportasi umum, atau di kedai kopi, atau di toko kelontong. Cukup tersenyum atau menyapa atau gak perlu melakukan apa-apa. Jika salah anda melakukannya dapat mempengaruhi perasaan anda jika lebih daripada itu dan Anda gak pernah tahu ke mana arahnya.

Langkah 4: Selalu Bersyukur

Merasakan dan mengungkapkan rasa terima kasih tentang hal-hal penting dalam hidup Anda dapat melegakan dendam, permusuhan, dan kegakpuasan yang terkadang ditimbulkan oleh media sosial.

Luangkan waktu untuk refleksi . Coba buat jurnal rasa terima kasih atau gunakan aplikasi ucapan terima kasih. Catat semua kenangan indah dan hal-hal positif dalam hidup Anda---juga hal-hal dan orang-orang yang anda rindukan jika mereka tiba-tiba menghilang dari hidup Anda. Jika Anda lebih cenderung melampiaskan atau memposting negatif, Anda bahkan dapat mengungkapkan rasa terima kasih Anda di media sosial---walaupun Anda mungkin mendapat manfaat lebih banyak dari refleksi pribadi yang gak diawasi oleh orang lain.

Praktek perhatian . Mengalami FOMO dan membandingkan diri Anda secara gak baik dengan orang lain membuat Anda terus memikirkan kekecewaan dan frustrasi hidup. Alih-alih sepenuhnya terlibat di masa sekarang, Anda berfokus pada "bagaimana jika" dan "jika saja" yang mencegah Anda memiliki kehidupan yang sesuai dengan apa yang Anda lihat di media sosial. Dengan melatih perhatian , Anda dapat belajar untuk hidup lebih banyak di saat ini, mengurangi dampak FOMO, dan meningkatkan kesejahteraan mental Anda secara keseluruhan.

Sama seperti manusia yang terprogram untuk mencari hubungan sosial, kita juga terprogram untuk memberi hal yang positif kepada orang lain. Membantu orang sebagai relawan misalnya gak hanya memperkaya komunitas anda dan memberi manfaat pada tujuan yang penting bagi Anda, tetapi juga membuat Anda merasa lebih bahagia dan lebih bersyukur.

Berikut saya tambahkan sedikit masukan untuk menangani persoalan pemanfaaatan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja

Membantu anak atau remaja dengan penggunaan media sosial yang gak sehat

Masa kanak-kanak dan remhja dapat diisi dengan tantangan perkembangan dan tekanan sosial. Untuk beberapa anak, media sosial memiliki cara untuk memperburuk masalah tersebut dan memicu kecemasan, intimidasi, depresi, dan masalah dengan harga diri. Jika Anda khawatir tentang penggunaan media sosial anak Anda, Anda mungkin tergoda untuk menyita ponsel atau perangkat lain mereka. Tapi itu bisa menimbulkan masalah lebih lanjut, memisahkan anak Anda dari teman-temannya dan aspek positif dari media sosial. Sebaliknya, ada cara lain untuk membantu anak Anda menggunakan Facebook, Instagram, dan platform lain dengan cara yang lebih bertanggung jawab.

Pantau dan batasi penggunaan media sosial anak Anda. Semakin banyak Anda tahu tentang bagaimana anak Anda berinteraksi di media sosial, semakin baik Anda dapat mengatasi masalah apa pun. Aplikasi kontrol orang tua dapat membantu membatasi penggunaan data anak Anda atau membatasi penggunaan ponsel mereka pada waktu-waktu tertentu dalam sehari. Anda juga dapat menyesuaikan pengaturan privasi pada platform yang berbeda untuk membatasi potensi paparan mereka terhadap pengganggu atau pemangsa.

Bicaralah dengan anak Anda tentang masalah mendasar. Masalah dengan penggunaan media sosial seringkali dapat menutupi masalah yang lebih dalam. Apakah anak Anda mengalami kesulitan menyesuaikan diri di sekolah? Apakah mereka menderita rasa malu atau kecemasan sosial? Apakah masalah di rumah menyebabkan mereka stres?

Terapkan jeda "media sosial". Misalnya, Anda dapat melarang media sosial berlebihan digunakan anak anda sehingga menganggunya untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya di malam hari, gak mengizinkan telepon di meja makan atau di kamar tidur mereka, dan merencanakan kegiatan keluarga yang melarang penggunaan telepon atau perangkat lain. Untuk mencegah masalah tidur, selalu bersikeras telepon dimatikan segaknya satu jam sebelum tidur.

Ajari anak Anda bagaimana media sosial bukanlah cerminan akurat dari kehidupan orang lain. Mereka gak boleh membandingkan diri atau kehidupan mereka secara negatif dengan orang lain di media sosial. Orang-orang hanya memposting apa yang mereka ingin orang lain lihat. Gambar dimanipulasi atau diposkan dan dipilih dengan hati-hati. Dan memiliki lebih sedikit teman di media sosial gak membuat anak Anda kurang populer atau kurang berharga.

Dorong olahraga dan minat offline. Jauhkan anak Anda dari media sosial dengan mendorong mereka untuk melakukan aktivitas fisik dan hobi yang melibatkan interaksi dunia nyata. Olahraga sangat bagus untuk menghilangkan kecemasan dan stres , meningkatkan harga diri, dan memperbaiki suasana hati---dan merupakan sesuatu yang dapat Anda lakukan sebagai sebuah keluarga. Semakin banyak keterlibatan anak Anda saat offline, semakin sedikit suasana hati dan harga diri mereka yang bergantung pada berapa banyak teman, suka, atau bagikan yang mereka miliki di media sosial.

Terakhir dari saya,

Berpikirlah jika anda memposting segala sesuatu di sosial media atau membuat konten yang dapat berakibat pada pelanggaran hukum dan undang-undang, bahkan etika dan moral. Sehingga anda perlu mempelajari dan merenungkannya. Itu yang pertama, dan yang kedua adalah, anda hidup gak sendiri. Anda memiliki keluarga, ayah atau ibu jika masih hidup, bahkan kakek dan nenek anda, paman, bibi yang berkarir. Keponakan, anak anda jika telah menikah. Kolega di kantor. Dan semua yang menjadi bagian dari hidup anda. Jika anda sadar, anda dapat mempermalukan mereka karena tindak tanduk anda, baik off-line maupun on-line yang memiliki jejak digital. Maka mulailah berpikir untuk melakukannya dengan baik. Karena gak ada yang melarang dan semua itu adalah hak anda yang dijamin konsititusi, namun jika merugikan diri anda, orang lain khususnya orang terdekat dalam hidup anda. Semua pada akhirnya sia-sia.

Jadi jika Anda galau jahui Media Sosial termasuk Blog anda pribadi. Komunikasi memang penting, dimana anda bisa menggunakan telepon via whatsaap atau mengirim pesan lewat aplikasi yang sama, namun upayakan buatlah skala prioritas. Gak ada yang dapat menyalahkan anda, jika anda gak membalas telepon seseorang atau pesan wa seseorang. Karena ada waktu anda menjelaskannya, bila dianggap penting. Gak suah risau. Bila anda dokter dan semaunya membawa smartphone masuk ruang operasi, dan mengaksesnya saat operasi. Anda gak lebih dari seorang dokter tetapi pasien sakit jiwa. Untungnya kode etik mengikat anda.

Yo wes, kepanjangan. Malanh jadinya diulang-ulang, muter kek gasing hehehe

Jadi gimana persoalan Ferdinand? Saya sebenarnya memilih gak mau banyakj komentar. Persoalannya cukup kompleks. Biarlah kita menunggu saja prosesnya mengalir. Saya berada pada posisi netral-netral saja. Sejauh proses hukum berjalan secara independent, tanpa campur tangan politik kotor dan tekanan dari pihak-pihak yang justeru menyalahi hukum. Kalau ia terbukti bersalah, ya karena ini negara hukum dan semua warga negara sama di depan hukum.Apalagi yang bersangkutan belum diputus bersalah oleh pengadilan.  Jika sudah melalui prosedurnya yang benar, maka ketok palu hakim di tingkat pengadilan apapun yang menentukan ia bersalah atau tidak. Begitupula ditangan dokter yang memeriksa kejiwaannya bukan?

Jangan salahin UU ITE melulu, memang harus direvisi, tapi diajukan beberapa kali di MK, sudah ditolak, dan tetap berlaku hingga saat ini. Jadi satu-satunya jalan, mari merevisinya dengan baik bukan juga dengan asal-asalan. Bagi saya UU ITE Tetap diperlukan.

Semoga bermanfaat

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun