Takut ketinggalan (FOMO) dapat membuat Anda kembali ke media sosial berulang kali. Meskipun ada beberapa hal yang gak bisa menunggu atau membutuhkan tanggapan segera, FOMO akan membuat Anda percaya sebaliknya. Mungkin Anda khawatir akan ketinggalan percakapan di komunitas anda, atau bisa saja kantor. Jika hal ini dialami termasuk yang terkait gosip bahkan hoax terbaru di media sosial? Akan lebih memperburuk mental anda.
Atau ada juga kemungkin ketika anda merasa untuk menjaga hubungan anda dengan para penggemar (follower) dan teman-teman koneksi anda, sepertinya anda akan menderita jika anda gak segera meresponnya, misalnya menyukai, membagikan, atau menanggapi postingan orang lain? Ini sering dialami juga oleh para pengguna sosial media atau blogger
Banyak dari kita menggunakan media sosial sebagai "selimut keamanan". Setiap kali kita berada dalam situasi sosial dan merasa cemas, canggung, atau kesepian, kita beralih ke ponsel dan masuk ke media sosial. Tentu saja, berinteraksi dengan media sosial hanya merupakan menyangkal diri anda dari interaksi tatap muka yang seharusnya dapat membantu meredakan kecemasan .
Penggunaan media sosial yang secara berlebihan seolah-olah dapat menutupi masalah mendasar lainnya , seperti stres, depresi, atau kebosanan. Jika Anda menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial di saat anda merasa sedih, kesepian, atau bosan. Â Anda mungkin menggunakannya sebagai cara untuk mengalihkan diri anda dari perasaan gak menyenangkan atau tujuan menenangkan suasana hati Anda. Meskipun mungkin sulit pada awalnya, membiarkan diri Anda merasakan dapat membuka anda untuk menemukan cara yang lebih sehat untuk mengelola suasana hati Anda .
Lingkaran setan penggunaan media sosial yang gak sehat
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menciptakan siklus negatif yang terus berlanjut:
- Saat Anda merasa kesepian, tertekan, cemas, atau stres, Anda lebih sering menggunakan media sosial---sebagai cara untuk menghilangkan kebosanan atau merasa terhubung dengan orang lain.
- Atau alih-alih dengan alasan untuk mencari kesibukan, anda harus memposting sesuatu (bahkan biar perlu setiap hari) di laman blog anda. Sehingga anda kelihatan eksis. Apapun penilaian orang tentang konten yang anda muat, ini hampir sama dengan fenomena FOMO
- Menggunakan media sosial lebih sering, meningkatkan FOMO dan perasaan gak mampu, kegakpuasan, dan isolasi diri.
- Pada gilirannya, perasaan ini secara negatif memengaruhi suasana hati Anda dan memperburuk gejala depresi, kecemasan, dan stres.
- Gejala yang memburuk ini menyebabkan Anda lebih sering menggunakan media sosial, sehingga terjadi penurunan kesadaran terhap hal yang seharunya positif akan terus berlanjut.
Tanda-tanda bahwa media sosial memengaruhi kesehatan mental Anda
Setiap orang berbeda dan gak sama dalam ukuran jumlah waktu tertentu yang dihabiskan di media sosial dipakai sebagai suatu ukuran standar , atau frekuensi anda memeriksa pembaruan, atau jumlah posting yang anda buat yang menunjukkan bahwa penggunaan Anda menjadi gak sehat. Sebaliknya, ini berkaitan dengan dampak waktu yang dihabiskan di media sosial atau blog terhadap suasana hati anda dan aspek lain dalam hidup anda, bersama dengan motivasi Anda untuk menggunakannya.
Misalnya, ketika menggunakan media sosial mungkin dapat bermasalah jika hal itu menyebabkan anda mengabaikan hubungan tatap muka, mengalihkan perhatian anda dari pekerjaan rutin anda setiap hari, atau membuat Anda merasa iri, marah, atau tertekan. Demikian pula, jika Anda termotivasi untuk menggunakan media sosial atau blogging hanya karena anda bosan atau kesepian, atau ingin memposting sesuatu yang membuat orang lain cemburu atau kesal, mungkin sudah saatnya untuk menilai kembali kebiasaan media sosial Anda.
Indikator bahwa media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental Anda termasuk:
- Menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada dengan teman-teman dunia nyata . Menggunakan media sosial telah menjadi pengganti banyak interaksi sosial offline Anda. Bahkan jika Anda keluar dengan teman-teman, Anda masih merasa perlu untuk terus-menerus memeriksa media sosial termasuk halaman blog anda, sering kali didorong oleh perasaan bahwa orang lain mungkin lebih bersenang-senang daripada Anda.
- Membandingkan diri sendiri secara gak baik dengan orang lain di media sosial . Anda memiliki harga diri yang rendah atau citra diri yang negatif. Anda bahkan mungkin memiliki pola makan yang gak teratur kelak.
- Ketika mengalami cyberbullying anda akan khawatir bahwa anda gak memiliki kendali atas hal-hal yang diposkan orang tentang Anda.
- Pekerjaan atau runitas sehari menjadi terganggu, termasuk hubungan sosial dengan kolega, teman apalagi keluarga. Anda merasakan tekanan untuk memposting konten reguler tentang diri anda, mendapatkan komentar atau suka pada postingan Anda, atau merespons postingan teman dengan cepat dan antusias.
- Gak punya waktu untuk refleksi diri . Setiap waktu luang diisi dengan berinteraksi dengan media sosial, sehingga Anda hanya memiliki sedikit atau gak ada waktu sama sekali untuk merenungkan siapa diri Anda, apa yang Anda pikirkan, atau mengapa Anda bertindak seperti itu---hal-hal yang memungkinkan Anda untuk tumbuh sebagai pribadi.
- Terlibat dalam perilaku berisiko untuk mendapatkan pujian, atau berbagi reaksi positif di media sosial dan postingan anda di blog. Anda dapat memainkan lelucon berbahaya, memposting materi yang memalukan, menindas orang lain di dunia maya, atau yang lebih berbahaya mengakses ponsel anda disaat sedang mengemudi atau dalam situasi gak aman lainnya.Â
- Menderita masalah tidur . Apakah Anda memeriksa media sosial atau blog anda adalah hal terakhir di malam hari, dan kemudian menjadi hal pertama di pagi hari, atau bahkan ketika Anda bangun di malam hari? Cahaya dari ponsel dan perangkat lain dapat mengganggu tidur Anda , yang pada gilirannya dapat berdampak serius pada kesehatan mental Anda.
- Memburuknya gejala kecemasan atau depresi . Alih-alih membantu meredakan perasaan negatif dan meningkatkan suasana hati, Anda justru merasa lebih cemas, depresi, atau kesepian setelah menggunakan media sosial.
Merubah kebiasaan menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesehatan mental