Judul ini saya peroleh ketika seorang terapis, Terri Kozlowski melalui situsnya membedah pejelasan tentang cinta dari Stanford Encyclopedia of Philosophy. Dia adalah seorang terapis Jiwa yang peduli untuk membantu orang lain mengatasi ketakutan mereka.
Saya tertarik dengan penjelasannya yang menggali secara menarik dari sumbernya Stanford Encyclopedia of Philosophy yang diterbitkan pertama kali 8 April 2005 dan diperbaharui 1 September 2021, yang disajikan dalam bentuk Esai.
Adapun Esai Stanford tersebut, berfokus pada cinta secara pribadi, atau cinta pada orang-orang tertentu. Tulisan tersebut merupakan, pandangan filosofis dalam memahami bahwa cinta pribadi seseorang dapat dibedakan dengan berbagai jenis (ekspresi) cinta pribadi orang lainnya.
Sebagai contoh, cara saya mencintai istri saya tampaknya sangat berbeda dari cara saya mencintai ibu saya, anak saya, dan teman saya. Tugas ini biasanya berjalan beriringan dengan analisis filosofis dari jenis cinta pribadi ini, analisis yang sebagian menanggapi berbagai teka-teki tentang cinta. Bisakah cinta dibenarkan? Jika demikian, bagaimana? Apa nilai cinta pribadi? Apa dampak cinta  secara otonomi baik yang mencintai maupun yang dicintai?
Eh entar dulu, mungkin ada beberapa sahabat di dunia real, akan kebingungan, tumben saya saya menulis hal ini?
Yang pertama karena mendapat pemhaman baru yang menarik, dan yang berikut saya memang kepengen menekankan melalui opini saya bahwa hal ini yang paling esensi dari hubungan manusia  sebagai Zoon Politicon.Â
Istilah yang yang digunakan oleh Aristoteles untuk menyebut makhluk sosial. Singkatnya ia berpendapat bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain.
Jika menurut Adam Smith, menyebut istilah mahkluk sosial dengan Homo Homini socius, yang berarti manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya.
So, siapapun kita, apapun latar belakang kita dengan segala perbedaan yang menyertai kita sejak lahir hingga keberadaan hingga saat ini, secara universal adalah bersaudara. Apalagi sebagai bangsa Indonesia. Sehingga unsur yang terpenting dalam hubungan tersebut adalah saling mengasihi atau mencintai.Â
Sekalipun dapat berbeda-beda cara mengkespresinya. Sehingga dalam hal ini, seharusnya dunia ini penuh dengan kedamaian. Sekalipun dalam ego masing-masing dalam sejarah peradaban manusia diwarnai pertikaian yang seharusnya tidak menimbulkan kebinasaan atau korban manusia.
Eh lupa, Disclaimer dulu, saya gak memiliki tujuan membahas ajaran tertetentu namun lebih jauh dari itu yang bersifat universal.
Mudah-mudahan dipahami ya? Kalo gak saya udah diketawain aja, udah tua duren hahaha lagi pastilah pada mesem-mesem. Tapi bodo ah, pengen nulis kok. Berbeda boleh, diejek pun boleh, itulah resiko penulis. Ketika dipublish bukan lagi milik penulis, tetapi sudah menjadi milik pembaca.
Ok saya mulai ya, mohon maaf kalo agak  mengerutkan kening, karna bersifat filosofis atau berbau filsafat, yang biasanya bisa multitafsir.. Jika gak terarik, boleh berpindah ke tulisan yang anda sukai. Gak masalah, nyantaiii
**
Ketika setiap orang menjadi tak kenal takut dengan mencintai orang lain seharusnya gak menjadi masalah besar dan dipersoalkan, dan memang seharusnya begitu adanya, kita tidak perlu takut untuk mencintai seseorang. Sebab hal utama sekali lagi adalahh karen akita semua ingin dicintai.
Karena egolah,  kita dapat melakukan segala macam hal aneh bahkan telihat "gila" untuk membuat orang lain untuk dapat mencintai kita. Apapun resikonya. Bahkan ketika kenyataan dibencipun, beberapa diantaranya, atau bahkan diam-diam, atau melupakan sementara perasaan mencintai itu.  Oleh karena itu di sini kita akan mengenal bahwa  cinta secara universal pada dasarnya tidak mengenal hierarki.
Kok bisa hirarki?
Kalau dalam Kitab Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hirarki didefinisikan
- Urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan)
- Organisasi dengan tingkat wewenang dari yang paling bawah sampai yang paling atas
- Deretan tataran biologis, seperti famili, genus, spesies;
- Kumpulan pembesar gereja yang diatur menurut pangkat
Jadi seolah-olah hirarki itu ada tinggi rendahnya, bagian dari berbagai kelompok atau kasta yang lebih tinggi atau rendah. Bahkan dalam soal wewenang atau kuasa, kadang dihubungkan dengan kepangkatan, status sosial, budaya dan perbedaan lainnya yang dapat menempatkan seseorang lebih rendah atau lebih tinggi bahkan jauh lebih mulia dan benar dibandingkan orang lain.
Apa yang dimaksud dengan ini?  Sebagai manusia, kita memiliki free will, keinginan yang bebas mendefinisikan cinta menurut pemahaman kita bahkan ketika berbicara dan menulis mampu mengubah arti dari apa itu cinta menurut pemahaman sebenarnya sepanjang sejarah peradapan manusia oleh berbagai macam orang mulai dari orang biasa, pemikir, pujangga, filosof  dan bebagai macam profesi.
Namun seiring waktu berjalan, tanpa sadar kita telah menerima pendapat orang lain tentang apa itu cinta dan bagaimana kita membaginya dengan orang lain, misalnya bagaimana kita mencintai orang-orang tertentu lebih dari yang kita perlakukan pada keompk atau orang lain. Hirarki, atau peringkat ini, bukanlah cinta yang seharusnya. Cinta itu tanpa syarat.
Ada pemahaman bahwa ketika kita lebih akrab dengan orang-orang tertentu, kita lebih terbiasa dengan perilaku mereka dan sebaliknya, tetapi itu bukan ekspresi penuh dari apa yang dicakup oleh cinta satu sama lain.Â
Kita semua mengalami pengalaman termasuk perasaan cinta secara berbeda. Kita semua memiliki cara kita sendiri untuk mengekspresikan cinta kita melalui bahasa cinta kita yang unik . Dengan berbagi perasaan cinta ini dengan orang lain, kita memberi tahu mereka bahwa mereka istimewa bagi kita.
Kadang bila menurut ego, Â kita akan merasa bahwa kita memberikan sebagian dari diri kita kepada orang lain, tetapi sekali lagi, bukan itu masalahnya. Kita bebas memilih untuk mencintai orang lain. Ini adalah pilihan sadar yang diberikan secara bebas tanpa persyaratan untuk dikembalikan.Â
Tetapi ego mengambil sesuatu yang murni dan mengubahnya dan menyebabkan masalah tersendiri kecuali kita sadar dan melihat bahwa cinta tidak memiliki hirarki.
Menurut Wayne Dyer ,
Orang yang penuh kasih hidup di dunia yang penuh kasih. Orang yang bermusuhan hidup di dunia yang tidak bersahabat. Dunia yang sama.
Bagaimana Manusia, Mendefinisikan Cinta
Dalam kisah cinta pribadi, para filsuf dari Yunani kuno secara tradisional membedakan tiga gagasan yang dapat dengan tepat disebut "cinta": Eros , Agape , dan Philia . Mungkin akan berguna untuk membedakan ketiganya dan mengambarkan beberapa hal bagaimana hal tersebut dalam diskusi kontemporer biasanya dapat juga mengaburkan perbedaan ini (kadang-kadang dengan sengaja) atau menggunakannya untuk tujuan lain.
' Eros ' awalnya berarti cinta dalam arti semacam hasrat yang menggebu-gebu terhadap suatu objek, biasanya hasrat seksual (Liddell et al., 1940). Nygren (1953a,b) menggambarkan eros sebagai "'cinta keinginan,' atau cinta serakah" dan karena itu sebagai egosentris (1953b, hlm. 89).
Soble (1989b, 1990) dengan cara yang sama menggambarkan eros sebagai "egois" dan sebagai respons terhadap kebaikan orang yang dicintai---terutama kebaikan atau keindahan yang dicintai.Â
Apa yang jelas dalam deskripsi Soble tentang eros adalah pergeseran dari seksual: mencintai sesuatu dalam arti "erosik" (menggunakan istilah koin Soble) adalah mencintainya dengan cara yang, dengan responsif terhadap manfaatnya, adalah tergantung pada alasan yang melatar belakanginya.
Pemahaman seperti tentang eros didorong oleh diskusi Platon dalam Simposium , di mana Socrates memahami hasrat seksual sebagai respons yang kurang terhadap kecantikan fisik pada khususnya, respons yang harus dikembangkan menjadi respons terhadap keindahan jiwa seseorang dan pada akhirnya, menjadi respons ke bentuk, Kecantikan.
Maksud Soble dalam memahami eros sebagai jenis cinta yang bergantung pada alasan adalah untuk mengartikulasikan kontras yang tajam dengan agape , semacam cinta yang tidak menanggapi nilai objeknya.Â
' Agape 'Â lebih dikenal, terutama melalui tradisi Kristen, untuk mengartikan jenis cinta yang Tuhan miliki bagi kita pribadi, serta cinta kita kepada Tuhan dan, lebih jauh lagi, cinta kita satu sama lain (sesama manusia), ada yang beranggapan semacam cinta persaudaraan.
Dalam kasus paradigma cinta Tuhan bagi kita, agape adalah "spontan dan tidak termotivasi," terungkap bukan bahwa kita pantas mendapatkan cinta itu tetapi bahwa sifat Tuhan adalah cinta (Nygren 1953b, hlm. 85). Alih-alih menanggapi nilai anteseden dalam objeknya, agape malah seharusnya menciptakan dan menghargai objeknya dan karena itu memulai persekutuan kita dengan Allah (hlm. 87-88).
Akibatnya, Badhwar (2003, hlm. 58) mencirikan agape sebagai "tidak tergantung pada karakteristik dasar individu yang dicintai sebagai pribadi tertentu dia"; dan Soble (1990, hlm. 5) menyimpulkan bahwa agape , berbeda dengan eros , oleh karena itu tidak bergantung pada alasan tetapi secara rasional "tidak dapat dipahami," yang paling baik mengakui penjelasan sebab-akibat atau sejarah. (Note 4)
Akhirnya, ' philia '. Awalnya berarti semacam perhatian penuh kasih sayang atau perasaan ramah terhadap tidak hanya teman tetapi juga mungkin terhadap anggota keluarga, mitra bisnis, dan negara pada umumnya (Liddell et al., 1940; Cooper, 1977).Â
Seperti eros , philia umumnya (tetapi tidak secara universal) dipahami sebagai responsif terhadap kualitas (baik) dalam diri seseorang yang dicintai. Kesamaan antara eros dan philia ini telah membuat Thomas (1987) bertanya-tanya apakah satu-satunya perbedaan antara cinta romantis dan persahabatan adalah keterlibatan seksual mantan---dan apakah itu cukup untuk menjelaskan perbedaan nyata yang kita alami. Perbedaan antara eros dan philia menjadi lebih sulit untuk digambarkan dengan upaya Soble untuk mengurangi pentingnya masalah seksual di eros (1990).
Mempertahankan perbedaan antara eros , agape , dan philia menjadi lebih sulit ketika dihadapkan dengan teori cinta kontemporer (termasuk cinta romantis) dan persahabatan. Karena, seperti yang dibahas di bawah ini, beberapa teori cinta romantis memahaminya sejalan dengan tradisi agape sebagai penciptaan nilai pada yang dicintai (Bagian 4.2 ), dan penjelasan lain tentang cinta romantis memperlakukan aktivitas seksual hanya sebagai ekspresi dari apa yang tampak sebaliknya. sangat menyukai persahabatan.
Mengingat fokus di sini pada cinta pribadi , konsepsi Kristen tentang kasih Allah bagi orang-orang (dan sebaliknya ) akan dihilangkan, dan perbedaan antara eros dan philia akan kabur---seperti yang biasanya terjadi dalam catatan kontemporer. Alih-alih, fokus di sini adalah pada pemahaman cinta kontemporer ini, termasuk cinta romantis, yang dipahami sebagai sikap yang kita tetapkan terhadap orang lain. (Note 2)
Sisi Lain Analisis Filosofis
Dalam memberikan penjelasan tentang cinta, analisis filosofis harus berhati-hati untuk membedakan cinta dari sikap positif lain yang kita ambil terhadap orang lain, seperti menyukai.Â
Secara intuitif, cinta berbeda dari sikap seperti menyukai dalam hal "kedalamannya", dan masalahnya adalah untuk menjelaskan jenis "kedalaman" yang secara intuitif kita akan ditentukan untuk dimiliki oleh cinta.
Beberapa analisis melakukan ini, sebagian dengan memberikan konsepsi yang hampir sama tentang apa artinya menyukai. Dengan demikian, Singer (1991) dan Brown (1987) memahami bahwa menyukai adalah masalah keinginan, suatu sikap yang paling baik melibatkan objeknya yang hanya memiliki nilai instrumental (dan bukan intrinsik).Â
Namun ini tampaknya tidak cukup: tentunya ada sikap terhadap orang-orang yang berada di antaranya salah satunya  memiliki keinginan bahwa seseorang memiliki keinginan sebagai objeknya dan mencintai orang tersebut.
Saya bisa peduli pada seseorang demi dirinya sendiri dan tidak hanya secara instrumental,namun kepedulian seperti itu tidak dengan sendirinya berarti (tanpa kekurangan) mencintainya, karena sepertinya saya bisa merawat anjing saya dengan cara yang persis sama, semacam kepedulian yang tidak cukup masalah  pribadi untuk cinta.
Lebih umum untuk membedakan mencintai dari menyukai melalui intuisi bahwa "kedalaman" cinta harus dijelaskan dalam istilah gagasan identifikasi: mencintai seseorang entah bagaimana mengidentifikasi diri anda dengan dia, sedangkan tidak ada gagasan identifikasi yang terlibat dalam menyukai.
Seperti yang dikatakan Nussbaum, "Pilihan antara satu cinta potensial dan cinta lainnya dapat dirasakan, dan menjadi, seperti pilihan cara hidup, keputusan untuk mendedikasikan diri pada nilai-nilai ini daripada hal ini" (1990, hlm. 328); menyukai jelas tidak memiliki "kedalaman" semacam ini (lihat juga Helm 2010; Bagley 2015).
Apakah cinta melibatkan semacam identifikasi, dan jika demikian persisnya bagaimana memahami identifikasi semacam itu, merupakan inti perdebatan di antara berbagai analisis cinta.Â
Secara khusus, Whiting (2013) berpendapat bahwa daya tarik gagasan tentang identifikasi mendistorsi pemahaman kita tentang jenis motivasi yang dapat diberikan oleh cinta, karena secara harfiah ini menyiratkan bahwa cinta memotivasi melalui kepentingan pribadi daripada melalui kepentingan kekasih .Â
Jadi, menurut Whiting, inti dari cinta adalah kemungkinan bahwa cinta membawa sang kekasih "ke luar dari dirinya", yang berpotensi melupakan dirinya sendiri karena tergerak secara langsung oleh kepentingan sang kekasih. (Tentu saja, kita tidak perlu mengambil gagasan tentang identifikasi secara harfiah dengan cara ini: dalam mengidentifikasi dengan kekasihnya, seseorang mungkin memiliki kepedulian terhadap kekasihnya yang serupa dengan perhatiannya pada dirinya sendiri; lihat Helm 2010.)
Cara lain yang umum untuk membedakan cinta dari sikap pribadi lainnya adalah dalam hal evaluasi yang khas, yang dengan sendirinya dapat menjelaskan "kedalaman" cinta.Â
Sekali lagi, apakah cinta pada dasarnya melibatkan jenis evaluasi yang khas, dan jika demikian, bagaimana memahami evaluasi itu, masih diperdebatkan dengan hangat. Terkait erat dengan pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan tentang pembenaran: dapatkah kita membenarkan mencintai atau terus mencintai orang tertentu, dan jika demikian, bagaimana caranya?Â
Bagi mereka yang berpikir pembenaran cinta itu mungkin, adalah umum untuk memahami pembenaran seperti itu dalam hal evaluasi, dan jawaban di sini memengaruhi berbagai upaya untuk memahami jenis keteguhan atau komitmen yang tampaknya melibatkan cinta, serta pengertian di mana cinta diarahkan pada individu-individu tertentu.
Beberapa Teori-Tori Cinta Yang Lain
Berikut ini, teori-teori cinta secara tentatif dan ragu-ragu diklasifikasikan ke dalam empat jenis: cinta sebagai penyatuan, cinta sebagai perhatian yang kuat, cinta sebagai penilaian, dan cinta sebagai emosi.
Akan tetapi, harus jelas bahwa teori-teori tertentu yang diklasifikasikan dalam satu jenis kadang-kadang juga saling melengkapi, tanpa kontradiksi, dan dengan gagasan-gagasan yang penting bagi masalah lain.
Jenis yang diidentifikasi di sini dapat tumpang tindih sampai batas tertentu, dan dalam beberapa kasus mengklasifikasikan teori tertentu mungkin melibatkan pigeonholing proses yang mencoba untuk mengklasifikasikan entitas yang berbeda ke dalam sejumlah kategori (biasanya, yang saling eksklusif).
Bagian dari masalah klasifikasi adalah bahwa banyak kisah cinta yang menonjol, memahami cinta dalam pengertian seperti kasih sayang, hasil evaluasi,dan sebuah  refrensi, dll, yang sebenarnya  tidak pernah dianalisis.Â
Bahkan ketika akun-akun ini menghindari bahasa reduksionistik secara eksplisit,sangat sering sedikit usaha dilakukan untuk menunjukkan bagaimana satu "aspek" cinta itu secara konseptual terhubung dengan yang lain. Akibatnya, tidak ada cara yang jelas-jelas untuk mengklasifikasikan teori-teori tertentu, apalagi mengidentifikasi kelas-kelas yang relevan.
Sebuah kutipan dari Pablo Neruda
Aku mencintaimu tanpa tahu bagaimana, atau kapan, atau dari mana. Aku mencintaimu dengan sederhana, tanpa masalah atau kebanggaan: Aku mencintaimu dengan cara ini karena aku tidak tahu cara lain untuk mencintai selain ini, di mana ada atau tidak aku atau kamu, begitu intim sehingga tanganmu di dadaku adalah tanganku, begitu intim sehingga saat aku tertidur matamu terpejam. ~
Dasar Cinta
Mungkin berlebihan, namun menurut saya tanpa cinta, bayi akan mati , jadi cinta bukanlah pilihan; itu diperlukan. Â Kita ditakdirkan untuk mencintai dan dicintai. Â Ada bukti ilmiahnya bahwa kesepian sama buruknya dengan kesehatan misalnya efek obesitas. Kebutuhan akan cinta ini kemudian menyebabkan ego menerima apa pun yang dapat berubah menjadi suatu hubungan, yang dapat menyebabkan banyak penderitaan bagi kita.
Cinta adalah bagian dari fondasi semua hal yang dirajut melalui alam semesta. Kita memilih untuk mencintai orang lain karena kita telah masuk ke alam kita pada tingkat yang paling dalam. Meskipun ada reaksi fisik yang dimiliki otak dan tubuh kita, pada akhirnya cinta datang dari jiwa kita. Â Â Â Â Â
Jadi, masalah yang kita miliki dalam menemukan cinta adalah kita melihat ke luar diri kita sendiri. Dan ketika kita berada dalam suatu hubungan, apa yang kita yakini tentang cinta dipantulkan kembali kepada kita. Lebih jauh lagi, kita tertarik pada orang-orang yang akan membuat kita merasa utuh dengan mencari kualitas yang tidak kita miliki.
Untuk memuaskan hasrat cinta kita yang belum terpenuhi, pertama-tama kita harus mencintai dan menerima diri kita apa adanya . Apa yang kita cari secara akut adalah hubungan dengan cinta tanpa syarat di dalam diri kita sendiri. Pada akhirnya kita perlu memulihkan cinta diri kita sendiri untuk mengisi kekosongan yang kita rasakan. Dibutuhkan perjalanan batin untuk mengingat siapa diri kita sebenarnya .
Cinta adalah fondasi, keindahan, dan pemenuhan kehidupan. Jika kita menyelam cukup dalam ke dalam diri kita sendiri, kita akan menemukan bahwa satu benang cinta universal mengikat semua makhluk secara bersama-sama. Saat kesadaran ini muncul di dalam diri kita, kedamaian saja yang akan memerintah.
Bagaimana Mencintai Diri Sendiri
Untuk mencintai diri sendiri, seseorang harus menempatkan diri pada daftar hal-hal yang harus diperhatikan, dan dapat disebut sebagai perawatan diri . Kasih sayang untuk diri kita sendiri ini tidak egois; dilestarikan. Apa yang anda butuhkan sangat penting untuk menjalani kehidupan yang seimbang. Hal ini memungkinkan kita untuk menjaga kesehatan fisik dan mental kita untuk kita mengurus orang lain dalam hidup kita.
Cara lain kita mencintai diri sendiri adalah dengan menetapkan batasan pribadi . Batasan ini adalah pedoman, aturan, atau batasan yang kami buat untuk mengidentifikasi cara yang wajar, aman, dan diizinkan bagi orang lain untuk berperilaku terhadap kami. Juga, ini tentang bagaimana kita merespons ketika seseorang melangkahi batas-batas itu dan konsekuensi dari tindakan mereka yang kita paksakan.
Jadilah diri sejati Anda akan mengambil risiko ini agar bisa menakutkan; oleh karena itu, keinginan Anda untuk menjadi tulus dan jujur kepada siapa yang Anda butuhkan dan tidak tergoyahkan, maka yang dibutuhkan adalah keberanian dari pihak Anda. Jika Anda didasarkan pada kepercayaan diri  bahwa Anda layak, keberanian tidak diperlukan.
Untuk menjadi tulus mendukung anda untuk mencapai tujuan hidup Anda. Saat anda mencoba ide dan konsep baru saat anda tumbuh, anda akan menemukan apa atau siapa yang cocok untuk anda dan apakah ada reaksi yang memudar dapat terjadi karena adanya hal-hal yang tidak lagi ada dalam hidup Anda. Perpisahan ini mungkin termasuk teman atau hal-hal materi yang hanya hadir untuk satu musim kehidupan.
Buddha
Anda sendiri, sama seperti siapa pun di seluruh alam semesta, pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang Anda.
Apa itu Cinta Universal?
Ada ungkapan Sansekerta yang mengatakan, "Dunia adalah keluargaku." Frasa ini menyiratkan keinginan jiwa untuk mencintai kemanusiaan secara universal. Jika kita secara sadar meninggalkan orang lain karena cinta yang kita bagikan, maka itu memberi mereka pilihan untuk tidak mencintai kita.
Semua orang menyenangkan. Namun, ketika kita mulai melabeli seorang sebagai orang yang tidak dapat dicintai, kita mulai membiarkan ego kita untuk memisahkan diri kita satu sama lain . Masalahnya bukan lagi tentang mengatur tetapi memisahkan.Â
Merasa berbeda atau merasa bahwa kita harus melindungi apa yang menjadi milik kita menyebabkan kita menjadi tidak aman, yang merupakan ilusi ego untuk mencoba bahkan memaksa untuk melindungi diri anda. Tapi sebaliknya, itu menyebabkan anda menjadi acuh tak acuh dan terpisah.
Ekspresi cinta universal adalah harmoni dengan semua orang dan segala sesuatu karena anda adalah bagian dari itu semua. Kita semua terhubung satu sama lain dan seluruh alam semesta. Kita harus memahami bahwa pemisahan adalah ilusi ego.Â
Melalui cinta universal, kita memperluas pemahaman, simpati, penghormatan, kepuasan, dan rasa penghargaan dan kebaikan kita secara keseluruhan.Â
Dari tempat yang penuh perasaan ini, kita menyadari bahwa apa yang kita berikan dengan penuh kasih kepada dunia akan dikembalikan kepada kita sepuluh kali lipat.
~ Harry Palmer
Ketika Anda mengadopsi sudut pandang bahwa tidak ada lagi akan menjadi bagian dari Anda, bahwa tidak ada orang yang ada dan bukan bagian dari Anda, maka penilaian apa pun yang anda buat adalah penilaian diri sendiri, bahwa kritik apa pun yang anda tingkatkan adalah penilaian diri sendiri. Self kritik, anda dapat lakukan dengan bijak untuk menyampaikan kepada diri anda sendiri bahwa cinta tanpa syarat yang akan menjadi terang dunia.
Cinta Tanpa Syarat dalam Praktek
Cinta tanpa syarat berarti bahwa kita menawarkan cinta tanpa syarat; bukan berarti kita keset atau tidak ada batasan . Ini berarti bahwa kita terus mencintai orang lain melalui kesengsaraan, kesalahan, dan frustrasi. Kita dapat dengan mudah memahami hal ini dengan anak-anak kita saat mereka mulai menjelajahi dunia.
Cara terbaik yang dapat anda temukan untuk menjelaskan cinta tanpa syarat adalah istilah Sansekerta, Namaste. Biasanya diucapkan dengan tangan dirapatkan dalam doa, hal ini dapat diterjemahkan menjadi, " Cahaya Ilahi dalam diriku tunduk pada cahaya Ilahi di dalam dirimu.
Istilah sederhana ini mewujudkan gagasan bahwa kita semua terhubung ke satu Sumber. Ini menegaskan bahwa selain perbedaan yang kita pikir kita rasakan, kita adalah sama.Â
Dengan menyatakan, Namaste, Anda menegaskan bahwa Anda melihat orang lain sebagai diri asli mereka. Ini adalah pernyataan bahwa Anda memilih untuk melepaskan ilusi ego tentang separatisme dan merangkul kesetaraan Yang Ilahi.
Rumi
Tugas Anda bukanlah untuk mencari cinta, tetapi hanya untuk mencari dan menemukan semua penghalang dalam diri Anda yang telah Anda bangun untuk melawannya.Â
Bergerak kedepan
Seperti yang bisa kita lihat, cinta adalah fondasi dan perwujudan jiwa kita. Oleh karena itu, bukanlah sifat asli kita untuk membenci orang lain; itu adalah konstruksi ego kita sendiri.Â
Jika kita menawarkan cinta kita kepada orang lain, dan itu dibalas dengan kebencian, kita harus menunjukkan kasih sayang kepada mereka saat mereka berjuang melawan diri mereka, sejatinya akan dikalahkan ilusi ego mereka. Ini yang dapat dibayangkan secara universal, atau ketika cinta akan jiwa tidak diromantisasikan, tetapi jangan menyebabkan pergeseran kesadaran dari kita yang merugikan diri kita atau orang lain. Itu berkembang dari kebangkitan jiwa kita ke kesadaran bahwa kita adalah satu. Kita terhubung dengan semua dan Yang Ilahi.
Jiwa Cinta adalah tanpa pamrih, murah hati, bahagia, aman, otonom, polos, sederhana, penuh kasih, terus menerus, meluas, menenangkan, dan suci. Ini adalah dasar dari hubungan kita dengan diri sendiri dan juga seluruh umat manusia.
~ Sri Chinmoy
Jadilah universal dalam cintamu. Anda akan melihat alam semesta menjadi gambaran keberadaan Anda sendiri.
Saat anda menjadi lebih sadar akan hidup anda, siapapun anda maka anda akan menjadi sadar bahwa cinta yang bersifat universal adalah pegangangan kita bersama. Tentu dengan mengurangi pergesakan dan konfrontasi  Kita dapat memberdayakan diri sendiri untuk menciptakan kehidupan dunia ini yang lebih baik dari cinta yang universal.
Semoga artikel ini, bisa dipahami dengan sedikit kutipan filosofi atau menyangkut filasafat yang saya mencoba sederhanakan.
Demikian, semoga bermanfaat
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI