Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Multitafsir Kata "Kesepian" Karena Teknologi Digital 2045, Merujuk Pernyataan Ibu Sri Mulyani

17 Desember 2021   03:37 Diperbarui: 17 Desember 2021   23:17 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi , Sumber : brahmalokaorbust.com

Bukan kuantitas hubungan yang penting - itu kualitas. Memiliki lima teman sejati di dunia nyata lebih baik untuk kesehatan mental kitaa daripada memiliki 500 koneksi pertemanan di media sosial.

Kecanduan Smartphone Mengganggu Interaksi Tatap Muka

Berapa kali anda melihat di sekeliling anda di sebuah restoran, untuk melihat suatu keluarga atau pasangan mengabaikan satu sama lain karena mereka menatap smartphone mereka? Dan berapa kali anda berbicara dengan seseorang yang merespons pesan teks atau email saat anda berada di tengah kalimat?  Rasanya gimana coba?

Menut studi yang pernah saya baca, tapi dirata-ratain saja deh, menunjukkan bahwa setiap orang yang memiliki perangkat cangih akan  memeriksa ponsel mereka, rata-rata, antara 35 dan 74 kali per hari. Orang yang lebih muda cenderung lebih sering memeriksa ponsel mereka.

Ironisnya, banyak orang yang scrolling media sosial untuk melihat apa yang dilakukan orang lain, daripada memperhatikan orang yang berada tepat di depannya. Anda gak dapat memiliki interaksi tatap muka yang berkualitas saat anda terganggu oleh ponsel anda setiap beberapa menit.

Pekerjaan Jarak Jauh Dapat Meningkatkan Isolasi Diri.

Ya, bener ini pengalaman saya dan yang saya rasakan. Setelah memasuki usia 40 Tahun, yang seharusnya oleh kebanyakan orang memulai kemapanan hidup (Life Begins at 40) pada usia tersebut. Sekarang katanya udah kuno istilah itu. Entah darimana pemahamannya, mungkin karena saat ini kemapanan hidup sudah dimulai sejak dini dan mencapai puncaknya lebih dini pula. 

Pada saat memasuki usia tersebut saya justeru meinggalkan pekerjaan rutin yang menuju kemapanan menurut mitos itu, tapi justeru bagi saya membosankan. Oleh karea itu, saya memilih pekerjaan mandiri menjadi konsultan lepas dan melayani client saya lebih banyak melalui perangkat digital. 

Sedangkan untuk pekerjaannya sendiri baik analisa keputusan, analisis keuangan, studi data kelayakan, pra audit, masalah teknologi, perancangan system, system analyst, analyst Invetasi dan Keuangan, Proyeksi Bisnis, Bussiness Plan dan segala tete bengek terkait dengan keilmuan saya.  Semua itu dikerjakan kebanyakan dari rumah . Selain memang ada waktunya sesuai kontrak membutuhkan kehadiran saya di kantor atau lapangan untuk study kelayakan atau kebutuhan lainnya.

Kalau ingin bertanya, ya chat atau telepon, atau ajakin untuk conference. Semuanya saya putuskan untuk mengerjakan sebagian besar pekerjaan client saya dari mana saja, termasuk dari rumah, cafe atau tempat yang saya rasa nyaman dan mendukung saya bekerja. Ya sendiri, tanpa orang lain. Tentu tetap dilengkapi dengan harus menjining ransel yang cukup berat dengan seperangkat peralatan yang diperlukan jika dikerjakan di luar rumah.

Tapi ya harus diakui, persyaratan untuk visiting harus saya penuhi, baik meeting, study lapangan, presentasi dan memecahkan masalah bersama bila saya dibutuhkan kehadirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun