Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Multitafsir Kata "Kesepian" Karena Teknologi Digital 2045, Merujuk Pernyataan Ibu Sri Mulyani

17 Desember 2021   03:37 Diperbarui: 17 Desember 2021   23:17 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi , Sumber : brahmalokaorbust.com

Jadi yang nanti kesepian siapa? Individu atau Masyarakat umum yang "gaptek"? Layanan Langsung/konvensional Pemerintah atau Swasta (misalnya perbankan) atau sektor lain? Atau siapa (bukan individu saja, bisa dalam artian luas misalnya unit, kelompok dll)? 

Sebenarnya saya paham sekali yang dimaksud Bu Sri, kalo mau dibahas dalam prespektif beliau akan panjang dan dapat dijelaskan dalam bagian tersendiri. Tapi saya rasa pernyataan ini dapat menimbulkan multitafsir. Bener gak? Kalau salah. Berati saya yang tersesat. Ndak masalah, wajar sesekali tergelincir.  

Coba saja googling, justru masalah yang mengemuka adalah pengaruh internet atau teknologi digital, tentu didalamnya media sosial menimbulkan permasalahan sosial, regangnya atau menurunya kualitas hubungan sosial masyarakat atau individu disebabkan hal ini, dan memiliki dampak tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat secara umum.

Ok! Pernyataan kata "Kesepian" yang diungkapkan Ibu Sri, sekali lagi menurut saya bisa jadi multitafsir.  Bisa karena gak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi kemudian menjadi "kesepian" (ini harus diartikan yang benar sesuai konteks) atau justeru karena perkembangan teknologi  membuat hubungan kehidupan sosial kita dalam dunia nyata terasa kesepian. Ini adalah dua hal yang berbeda.  Dari sudut pandang mana kita menilai.

**

Saya soroti saja dari sudut pandang saya pribadi yang pertama dulu  ya, agar sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam topik pilihan kompasiana. Yaitu, tentang kata "Kesepian" dalam pemahaman yang menyebabkan kehidupan sosial untuk terhubung dengan orang lain secara nyata menjadi timpang dan menyebakan kesepian. Salah ataupun benar, adalah pendapat saya. Anda boleh berbeda kok. Bebas! Dan saya hargai perbedaan itu

Inilah mengapa internet membuat kita lebih kesepian dari sebelumnya,  Sentuhan ironis yang kejam di media sosial adalah bahwa kita merasa kurang terhubung secara sosial daripada sebelumnya. Ini fakta bukan?

Selama beberapa dekade terakhir, kemampuan kita untuk terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia telah meledak. Awalnya, Memang internet memungkinkan kita untuk mengobrol, bergabung dalam group, milist, atau mengirim email kepada siapa pun di dunia. Apalagi setelah penemuan ponsel memungkinkan kita untuk berbicara dengan orang-orang ketika kita jauh dari meja kerja dan di luar rumah.

Kemudian, jejaring sosial memungkinkan kita untuk terhubung dengan tetangga, teman masa kecil, teman kuliah, dan rekan kerja kami dengan mengklik tombol. Terakhir, smartphone membuat lebih mudah dari sebelumnya untuk terhubung dengan siapa pun yang kita inginkan sepanjang waktu.

Jadi kita akan berpikir bahwa kita akan merasa baik dalam kehidupan sosial kita, kan? Lagi pula, gak pernah dalam sejarah alam semesta berkomunikasi dengan orang-orang begitu sederhana dan mudah diakses.

Sayangnya, bagaimanapun, internet gak membantu kita merasa lebih baik terhubung dengan siapa pun. Studi menunjukkan hampir separuh dari kita merasa kesepian dan terisolasi . Inilah mengapa kita merasa kurang terhubung dari sebelumnya selama era digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun