Program pengurangan dampak buruk
Program pengurangan dampak buruk termasuk program jarum dan jarum suntik (NSP) dan terapi substitusi opioid (OST).
Ini efektif dalam mencegah HIV karena mereka menyediakan jarum bersih untuk pengguna narkoba, dan menawarkan obat-obatan substitusi seperti metadon sebagai alternatif obat suntik.Â
Terlepas dari kesuksesan gemilang mereka di berbagai tempat di seluruh dunia, dari 140 negara yang melaporkan data pengguna narkoba suntik ke UNAIDS pada tahun 2018, hanya 86 yang memiliki NSP, dan memiliki OST yang tersedia.Â
Program-program ini perlu ditingkatkan di mana-mana agar memiliki efek pencegahan bagi pengguna napza suntik dan populasi yang lebih luas, dengan ketentuan saat ini gagal menjangkau sebagian besar pengguna napza suntik.Â
Seperti yang diungkapkan dalam artikel yang dimuat oleh UNAIDS (2018) Â yang berjudul 'Miles to go: closing gaps, breaking barriers, fighting injustices'
Low dead-space syringesÂ
Jarum suntik yang digunakan untuk menyuntikkan obat mengandung area 'ruang mati' (dead-space) yang tinggi atau rendah, di mana cairan (termasuk darah) terkumpul setelah disuntikkan.Â
Jarum suntik dengan ruang mati tinggi sering lebih disukai karena lebih murah, dilengkapi dengan jarum yang dapat dilepas, dan lebih mudah didapat.
Namun, jarum suntik dengan ruang mati rendah mengumpulkan 1.000 kali lebih sedikit cairan, yang berarti HIV tidak dapat bertahan lama dalam jenis jarum suntik ini. Risiko infeksi HIV berkurang jika seseorang menggunakan jarum suntik ruang mati rendah setelah orang HIV-positif.Â
Sayangnya, akses ke jarum suntik dengan ruang mati rendah sangat jarang. Ini perlu dipasok ke NSP dan apotek. Seperti yang diungkapkan penulis William Zule et al, dalam International Journal of Drug Policy (2012, Augustus) yang berjudul 'Are major reductions in new HIV infections possible with people who inject drugs? The case for low dead-space syringes in highly affected countries', Volume 24