Sexting adalah mengirim, menerima, atau meneruskan pesan, foto, atau video seksual secara eksplisit, terutama melalui ponsel, dari diri sendiri kepada orang lain. Ini juga dapat mencakup penggunaan komputer atau perangkat digital apa pun. Â Istilah ini pertama kali dipopulerkan pada awal abad ke-21 dan merupakan gabungan dari seks dan SMS, di mana yang terakhir dimaksudkan dalam arti luas mengirim teks mungkin dengan gambar. Pada bulan Agustus 2012, kata sexting terdaftar untuk pertama kalinya dalam Kamus Collegiate Merriam-Webster. (Salter, Michael 2013 dan The Washington Times. 15 Augustus 2012)
Sebelum menulis tulisan ini, saya mencari artikel baik berbahasa Indonesia maupun lainnya tentang sexting, ternyata cukup banyak bertaburan artikel yang menyarankan bagaimana caranya melakukan sexting dengan baik dan aman! Ya ampun, sungguh saya terperanjat. Bagi saya kok ada pendapat seperti seperti ini dan rame, sementara dalam pemahamanan say. Ngak ada yang baik dan aman sama sekali,  ketika seserong terlibat dalam sexting.  Inilah  yang mendorong saya untuk menulis kembali permasalahan sexting ini, dimana hal ini sudah saya singgung dalam sosialisasi, dialog, seminar, siaran radio, dan dalam beberapa tulisan sejak 2012 bahkan sebelumnya.
Kelihatannya semakin marak sexting ya? Berbahaya dan Aman gak menurut anda?Â
Pernahkah anda mendengar dan melakukan hal ini bersama pasangan resmi, cem-ceman  atau sekedar isenk? Mendengar atau membaca gak dampak buruknya? tapi jika belum melakukannya, sebaiknya jangan Pernah! Serius kan judulnya?
Nah sebelum melanjutkan opini saya yang keukeuh ini, boleh dong saya pengantar dulu sebentar? Sebelum melanjutkannya. Tapi dibaca ya nanti hingga selesai ya.
----
Kenapa saya atau tepatnya kami sangat concern terhadap isu-isu penyahgunaan teknologi informasi (TIK/ICT) tentu didalamnya termasuk konten artikel dan tentunya termasuk Media Sosial. Ada sekelumit ceritanyanya nih. Kalau gak mau ngebaca, bisa loncat ke next page. Simple kan?
Sejak awal bersama beberapa asisten saya dan para penggiat TIK di domisili saya tinggal. Kira-kira sekitar awal tahun 1998 ketika internet mulai diaskes sekalipun terbatas, dimana semua situs porno mudah bangat ditemui. Hadirnya  MIRC, masih ada yang tahu? Masih ingat?  Sejak itu, sekalipun dalam percakapan dalam bentuk text, saat itu sudah dimulai dipraktekannya sexting ini, kemudian berlanjut yang lebih "parah"' lagi. Bukti yang kami himpun cukup bayak saat itu.
Nah, setelah hijrah ke Jakarta, dan menjadi penulis Kompasiana, melalui kesepakatan besama, saya mendapat dukungan ketika kelompok penulis kompasiana pada waktu itu, yang dikenal dengan sebutan Cengengesan Family. Lucu ya namanya? Tapi sekalipun lucu dan nyeleneh, kegiatan kami selain mengasah kemampuan penulis dengan baik dan beranggotan berbagai macam latar belakang. Kami berkomitmen untuk ikut mengawal kompasiana.com sebagai "rumah sehat" yang memuat konten-konten positif (termasuk  berdebat di kolom komentar), serta menjamin tag line sharing and connection (sekarang beyond blogging) tetap terjaga dengan baik antara para penulis (Kompasioner)
Dari keluarga yang penuh keakraban, canda tapi serius ini. Kami menindaklanjutinya dengan menandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) atau nota kesepahamaman  bersama PT Kompas Cybermedia, sehingga Cengengesan Family berubah Nama menjadi IDKITA kompasiana dalam kegiatan off-line nya atau dilapangan. Sebagai sebuah gerakan perlindungan anak dann remaja dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.