Saya gak tau apakah sudah direncanakan sebelumnya atau belom, tetapi pada saat Facebook dan "Keluarganya" gak bisa diakses pada tanggal 4 Oktober 2014 kemarin selama lebih dari 6 jam, sesuai laporan dari beberapa wilayah atau zona yang berbeda.
Pada kurun waktu tersebut, Â paling gak terdapat 3 Media yang saya ikuti pemberitaanya, mereka adalah media terkemuka di Amerika yang kontennya memuat hasil wawancara eksklusif dari seorang "Whistleblower" (pelapor) Facebook, yaitu seorang mantan manajer produk Facebook yang menangani masalah integritas sipil di perusahaan media sosial terbesar tersebut.
Whistleblower tersebut adalah seorang wanita berusia 37 tahun, bernama Frances Haugen melalui program acara "60 Minutes", CBS News, mengungkapkan "kebobrokan" mantan perusahaannya. Wawancara ini yang kemudian transkripnya dirilis ulang oleh beberapa media terkemuka.
Dari laman CBS News, yang berisi video hasil wawancara yang menghebohkan tersebut ditengah Facebook dan "keluarganya" sedang mengalami masalah. memilih tajuk Whistleblower: Facebook is misleading the public on progress against hate speech, violence, misinformation (Whistleblower: Facebook menyesatkan publik tentang kemajuan melawan ujaran kebencian, kekerasan, misinformasi)
Dalam sub judul, Scott Pelley sebagai reporter 60 Minutes memberi kutipan, Frances Haugen says in her time with Facebook she saw, "conflicts of interest between what was good for the public and what was good for Facebook."  (Frances Haugen mengatakan pada waktu ia bersama Facebook,  dia melihat, "konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook")
Transkrip wawancara tersebut, kemudian dimuat di halaman theguardian.com, dengan judul Facebook 'tearing our societies apart': key excerpts from a whistleblower (Facebook 'menghancurkan masyarakat kita': kutipan kunci dari seorang whistleblower) dengan sub judul Frances Haugen tells US news show why she decided to reveal inside story about social networking firm (Frances Haugen memberi tahu kepada acara berita AS mengapa dia memutuskan untuk mengungkapkan cerita orang dalam tentang perusahaan jejaring sosial)
Sedangkan CNN, tentu berdasarkan transkrip dari sumber yang sama, Mengangkat tajuk Facebook whistleblower revealed on '60 Minutes,' says the company prioritized profit over public good (Whistleblower Facebook terungkap di '60 Minutes,' mengatakan perusahaan memprioritaskan keuntungan daripada kepentingan umum)
Paling gak, 3 media ternama di USA tersebut yang sempat saya ikuti pada saat Facebook dan "keluarga" sedang menangani masalah. Ketiganya, sekalipun memiliki selisih waktu tayang berbeda, namun semua teruangkan ke publik secara luas dalam kurun waktu 6 jam lebih, ketika para pengguna Facebook, Whatsapp dan Instagram sedang gusar dan menari-cari penyebabnya. Saya pikir pintar juga media-media tersebut memanfaatkan waktu untuk menarik perhatian banyak orang baik di USA maupun di seluruh dunia.
Siapa Haugen? Ia direkrut oleh Facebook pada 2019 dan mengambil posisi tersebut untuk mengatasi masalah kesalahan informasi (Misinformation) atau kita kenal juga dengan istilah HOAX . Namun setelah perusahaan memutuskan untuk membubarkan tim integritas sipilnya tak lama setelah Pemilihan Presiden 2020, perasaannya terhadap perusahaan mulai berubah, dan kemudian ia mengundurkan diri.
Inilah awal ia menjadi Whistleblower Facebook. Haugen berhasil  merilis puluhan ribu halaman penelitian dan dokumen internal perusahaan, yang menyebabkan "badai api" bagi perusahaan media sosial dalam beberapa pekan terakhir, paling gak terungkap pada program acara "60 Minutes" Minggu malam tersebut.
Sebenarnya bocoran tentang Facebook ini telah terjadi sekitar sebulan yang lalu. Ketika Haugen mengajukan setidaknya delapan keluhan kepada Securities and Exchange Commission dengan tuduhan bahwa perusahaan menyembunyikan penelitian tentang masalah perusahaan dari investor dan publik. Dia juga berbagi dokumen dengan Wall Street Journal, yang menerbitkan investigasi multi-bagian yang menunjukkan bahwa Facebook menyadari masalah dengan aplikasinya, termasuk efek negatif dari informasi yang salah dan kerugian yang ditimbulkan, terutama pada gadis-gadis muda, melalui Instagram.
Dari hasil pembicaraan dalam "60 Minutes" dan transkrip yang ditulis dengan cara berbeda namun tidak mengurangi esensi wawancara yang dipandu Scott Pelley. Â Dapat saya ambil garis besarnya saja, dengan terjemahaan bebasnya, Â
"Hal yang saya lihat di Facebook berulang kali adalah ada konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook, dan Facebook berulang kali memilih untuk mengoptimalkan untuk kepentingannya sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang", Kata Hugen.
Sedangkan koresponden "60 Minutes", Scott Pelly mengutip satu dokumen internal Facebook ( FB ) yang mengatakan: "Kami memiliki bukti dari berbagai sumber bahwa ujaran kebencian, pidato politik yang memecah belah, dan informasi yang salah di Facebook dan keluarga aplikasi memengaruhi masyarakat di seluruh dunia."
Haugen, yang sebelum meniti karirinya di Facebook pada tahun 2019 ternya sebelumnya pernah bekerja untuk raksasa teknologi lain seperti Google dan Pinterest.
Tentu untuk mempertanggungjabkan apa yang dibukanya ke publik, ia harus menerima konsekwensi sesuai hukum dan peraturan yang berlaku di USA. Direncanakan, ia akan bersaksi pada hari Selasa kemarin ini, di hadapan Subkomite Senat tentang Perlindungan Konsumen, Keamanan Produk, dan Keamanan Data. Nah yang satu ini nanti dibahas dalam tulisann lainnya, ya. Selengkapnya dengerin saja youtubenya yang saya sertakan.
Source : 60 Minutes Youtube "Facebook Whistleblower Frances Haugen: The 60 Minutes Interview"Â
Memilih Keuntungan Daripada Kepentingan Publik
Kata-kata Haugen yang paling tajam menggemakan apa yang menjadi hal biasa bagi para politisi di kedua sisi Atlantik: bahwa Facebook menempatkan keuntungan di atas kesejahteraan penggunanya dan publik
"Hal yang saya lihat di Facebook berulang kali adalah adanya konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook. Dan Facebook, berulang kali, memilih untuk mengoptimalkan kepentingannya sendiri, seperti menghasilkan lebih banyak uang." Menurutnya.
Dia juga menuduh Facebook membahayakan keselamatan publik dengan membalikkan perubahan pada algoritmenya setelah pemilihan presiden 2020 selesai, yang memungkinkan informasi yang salah menyebar di platform lagi. Kata Haugen bahwa "segera setelah pemilihan selesai, mereka mematikan (sistem keamanan) kembali atau mereka mengubah pengaturan kembali seperti sebelumnya, untuk memprioritaskan pertumbuhan daripada keselamatan. Dan itu benar-benar terasa seperti pengkhianatan terhadap demokrasi bagi saya."
Pendekatan Keamanan Facebook Dibandingkan Dengan Yang Lain
Dalam karir 15 tahun sebagai profesional teknologi, Haugen telah bekerja untuk perusahaan termasuk Google dan Pinterest, tetapi dia mengatakan Facebook memiliki pendekatan terburuk untuk membatasi konten berbahaya. Dia berkata: "Saya telah melihat banyak jejaring sosial dan itu jauh lebih buruk di Facebook daripada apa pun yang pernah saya lihat sebelumnya."
Mengacu pada Mark Zuckerberg, pendiri dan kepala eksekutif Facebook, dia berkata: "Saya memiliki empati untuk Mark. Dan Mark tidak pernah membuat platform kebencian. Tapi dia telah membiarkan pilihan tersebut dibuat di mana efek samping dari pilihan itu adalah konten yang penuh kebencian dan polarisasi lebih banyak terdistribusi dan jangkauannya (luas)."
Instagram Dan Kesehatan Mental
Kebocoran dokumen yang memiliki dampak terbesar adalah serangkaian slide penelitian yang menunjukkan bahwa aplikasi Instagram Facebook merusak kesehatan mental dan kesejahteraan beberapa pengguna remaja, yaitu terdapat 32% remaja putri merasa bahwa tersebut memperburuk ketidakpuasan terhadap tubuh mereka.
Menut Haugen: "Yang sangat tragis adalah penelitian Facebook sendiri mengatakan, ketika para wanita muda ini mulai mengonsumsi konten tentang gangguan makan, mereka menjadi semakin tertekan. Dan itu benar-benar membuat mereka menggunakan aplikasi lebih banyak. Jadi, mereka berakhir dalam siklus umpan balik  di mana mereka semakin membenci tubuh mereka. Penelitian Facebook sendiri mengatakan bahwa Instagram tidak hanya berbahaya bagi remaja, tetapi juga lebih buruk daripada bentuk media sosial lainnya."
Sampai sini kita menghela napas dulu dalam membaca (kalau dibaca) tulisan yang cukup panjang ini. Yaitu Pertanyaan kenapa sampai Haugen membocorkan dokumen dan hasil penelitiannya? Sekalipun sekilas telah di jelaskan di atas. Â Menurut Haugen "orang per orang" (Karyawan) telah berusaha untuk mengatasi masalah Facebook tetapi telah gagal. "Bayangkan Anda tahu apa yang terjadi di dalam Facebook dan Anda tidak tahu siapa pun di luar. Saya tahu seperti apa masa depan saya jika saya terus tinggal di dalam Facebook, orang demi orang telah mengatasi hal ini di dalam Facebook dan (seolah-olah) membumikan diri mereka sendiri ke tanah"
Setelah bergabung dengan perusahaan pada tahun 2019, Haugen mengatakan dia memutuskan untuk bertindak tahun ini dan mulai menyalin puluhan ribu dokumen dari sistem internal Facebook, yang dia yakini menunjukkan bahwa Facebook tidak (memperdulikannya), meskipun komentar publik sebaliknya, tidak ada kemajuan signifikan dalam memerangi masalah kebencian dan informasi yang salah secara online. "Pada suatu saat di tahun 2021, saya menyadari, 'Oke, saya harus melakukan ini secara sistemik, dan saya harus berusaha cukup banyak sehingga tidak ada yang bisa mempertanyakan bahwa ini nyata.'"
Facebook Dan Kekerasan
Haugen mengatakan perusahaan telah berkontribusi pada kekerasan etnis, referensi ke Burma. Pada tahun 2018, setelah pembantaian Muslim Rohingya oleh militer, Facebook mengakui bahwa platformnya telah digunakan untuk "memicu perpecahan dan menghasut kekerasan offline" yang berkaitan dengan negara terkait.
Ketika berbicara di 60 Minutes, Haugen mengatakan: "Ketika kita hidup di lingkungan informasi yang penuh dengan konten yang penuh kemarahan, kebencian, dan polarisasi, hal itu mengikis kepercayaan warga negara kita, mengikis kepercayaan kita satu sama lain, mengikis kemampuan kita untuk ingin peduli satu sama lain. lainnya. Versi Facebook yang ada saat ini menghancurkan masyarakat kita dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia."
Facebook telah menggambarkan pelaporan Wall Street Journal pada slide sebagai "salah karakterisasi" dari penelitiannya.
Facebook Dan Kerusuhan Washington
Terkait kerusuhan 6 Januari , ketika kerumunan demonstran sayap kanan menyerbu Capitol, kemudian Facebook membubarkan tim Civic Integrity Team  di mana Haugen adalah anggotanya. Tim yang berfokus pada isu-isu yang terkait dengan pemilu di seluruh dunia, tersebar ke unit Facebook lainnya setelah pemilihan presiden AS. "Mereka memberi tahu kami: 'bahwa mereka membubarkan Civic Integrity (teamZ).' Seperti, mereka pada dasarnya berkata seolah-olah: 'Oh bagus, kita berhasil melewati pemilihan dan Tidak ada kerusuhan. (maka) kami (Facebook)  bisa menyingkirkan Civic Integrity Team sekarang.' Begerak cepat beberapa bulan, kami mendapat pemberontakan. Dan ketika mereka menyingkirkan Civic Integrity (team), itu adalah saat di mana saya merasa, 'Saya tidak percaya bahwa mereka benar-benar mau menginvestasikan apa yang perlu diinvestasikan untuk menjaga agar Facebook tidak berbahaya.'"
Facebook mengatakan pekerjaan tim integritas sipil didistribusikan ke unit lain ketika dibubarkan. Wakil Presiden Integritas Facebook Guy Rosen mengatakan di Twitter Minggu malam bahwa kelompok itu diintegrasikan ke dalam tim lain sehingga "pekerjaan yang dipelopori untuk pemilihan dapat diterapkan lebih jauh."
Â
Perubahan Algoritma 2018
Facebook mengubah algoritme pada umpan beritanya -- fitur utama Facebook, yang menyediakan umpan konten yang disesuaikan kepada pengguna seperti foto teman dan berita -- untuk memprioritaskan konten yang meningkatkan keterlibatan pengguna. Haugen mengatakan ini membuat konten yang memecah belah lebih tambah menonjol.
 "Salah satu konsekuensi dari bagaimana Facebook memilih konten itu hari ini adalah mengoptimalkan konten yang mendapat keterlibatan, atau reaksi. Tetapi penelitiannya sendiri menunjukkan bahwa konten yang penuh kebencian, yang memecah belah, yang mempolarisasi - lebih mudah untuk menginspirasi orang untuk marah daripada emosi lainnya. Dia menambahkan: "Facebook telah menyadari bahwa jika mereka mengubah algoritme menjadi lebih aman, orang akan menghabiskan lebih sedikit waktu di situs, mereka akan mengklik lebih sedikit iklan, mereka akan menghasilkan lebih sedikit uang."
Haugen mengatakan partai politik Eropa menghubungi Facebook untuk mengatakan bahwa perubahan feed berita memaksa mereka untuk mengambil posisi politik yang lebih ekstrim untuk memenangkan perhatian pengguna. Menggambarkan keprihatinan politisi, mereka berkata: "Anda memaksa kami untuk mengambil posisi yang tidak kami sukai, yang kami tahu buruk bagi masyarakat. Kami tahu jika kami tidak mengambil posisi itu, kami tidak akan menang di pasar media sosial."
Dalam sebuah pernyataan kepada 60 Minutes, Facebook mengatakan: "Setiap hari tim kami harus menyeimbangkan melindungi hak miliaran orang untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka dengan kebutuhan untuk menjaga platform kami tetap aman dan positif. Kami terus melakukan peningkatan signifikan untuk mengatasi penyebaran misinformasi dan konten berbahaya. Adanya saran untuk mendorong konten yang buruk dan tidak melakukan apa-apa adalah tidak benar. Jika ada penelitian yang mengidentifikasi solusi tepat untuk tantangan kompleks ini, industri teknologi, pemerintah, dan masyarakat akan menyelesaikannya sejak lama." Kata Haugen lebih lanjut.
Sikap Facebook
Tentu saja, dengan dibukanya ke publik. Pihak Facebook tidak duduk diam. Malah Facebook secara agresif menolak laporan tersebut, mereka menyebut banyak klaim "menyesatkan" dan bersikuhuh dengan pendapat mereka bahwa aplikasinya lebih bermanfaat daripada merugikan.
"Setiap hari tim kami harus menyeimbangkan dan melindungi kemampuan miliaran orang untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka dengan kebutuhan untuk menjaga platform kami tetap aman dan positif," kata juru bicara Facebook Lena Pietsch dalam sebuah pernyataan kepada CNN Business setelah wawancara "60 Menit".
"Kami terus melakukan perbaikan yang signifikan untuk mengatasi penyebaran informasi yang salah dan konten berbahaya. Tuduhan bahawa kami mendorong konten yang buruk dan tidak melakukan apa-apa adalah tidak benar." Kata Piesch
Beberapa jam setelah wawancara ditayangkan, Pietsch merilis pernyataan lebih dari 700 kata yang menguraikan apa yang disebutnya "fakta yang hilang" dari segmen tersebut, dan mengatakan wawancara tersebut "menggunakan materi perusahaan tertentu untuk menceritakan kisah menyesatkan tentang penelitian yang kami lakukan untuk meningkatkan produk kami."
Seorang juru bicara "60 Minutes" tidak segera menanggapi permintaan komentar dari CNN Business atas klaim Facebook.
Pada Minggu pagi menjelang wawancara "60 Menit", Wakil Presiden Facebook Urusan Global, Nick Clegg mengatakan kepada Brian Stelter dari CNN bahwa "tidak ada kesempurnaan di media sosial seperti halnya dalam kehidupan lainnya."
"Kami melakukan sejumlah besar penelitian, kami membaginya dengan peneliti eksternal sebanyak yang kami bisa, tetapi ingat ada ... dunia perbedaan antara melakukan latihan peer-review bekerja sama dengan akademisi lain dan menyiapkan makalah secara internal untuk memprovokasi dan menginformasikan diskusi internal," kata Clegg.
Haugen mengatakan dia yakin Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg "tidak pernah membuat platform kebencian, tetapi dia telah membiarkan pilihan dibuat di mana efek samping dari pilihan itu adalah konten yang penuh kebencian dan polarisasi mendapatkan lebih banyak distribusi dan lebih banyak jangkauan."
Pietsch dari Facebook mengatakan dalam pernyataan Minggu malamnya bahwa platform itu bergantung pada "digunakan dengan cara yang mendekatkan orang-orang" untuk menarik pengiklan, menambahkan, "melindungi komunitas kami lebih penting daripada memaksimalkan keuntungan kami."
Dalam memo internal yang diperoleh New York Times Minggu pagi, Clegg membantah klaim bahwa Facebook berkontribusi pada kerusuhan 6 Januari.
"Media sosial memiliki dampak besar pada masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, dan Facebook sering menjadi tempat di mana banyak perdebatan ini dimainkan," kata Clegg dalam memo tersebut. "Jadi wajar jika orang bertanya apakah itu bagian dari masalah. Tetapi gagasan bahwa Facebook adalah penyebab utama polarisasi tidak didukung oleh fakta."
Haugen mengatakan bahwa sementara "tidak ada seorang pun di Facebook yang jahat ... insentifnya tidak selaras."
"Facebook menghasilkan lebih banyak uang ketika Anda mengonsumsi lebih banyak konten. Orang-orang senang terlibat dengan hal-hal yang menimbulkan reaksi emosional," katanya. "Dan semakin banyak kemarahan yang mereka hadapi, semakin mereka berinteraksi dan semakin banyak yang mereka konsumsi."
Sampai di sini perjalanan cerita belum selesai, minimal akan mengarah pada ranah hukum. Berita ini mengingatkan kita pada  Edward Joseph Snowden yang adalah  mantan kontraktor teknik Amerika Serikat dan karyawan Central Intelligence Agency (CIA) yang menjadi kontraktor untuk National Security Agency (NSA) sebelum membocorkan informasi program mata-mata rahasia NSA kepada pers.
Sampai di sini dulu, kalau dilanjutin bakal lebih panjang. yang pasti ada kisah selanjutnya. Kita tunggu saja. Akan tetapi bila direnungkan, sekalipun hasil penelitian dan dokumen "rahasia" detil perusahaan yang dimiliki Haugen, namun apa yang dipaparkannya, dapat menjadi perenungan dan analisa tersendiri bagi sebagian orang. Akan tetapi disis lain dapat pula berbeda. Sehingga masing-masing orang dapat berpendapat bahkan bereaksi berbeda pula, Â itulah indahnya perbedaan
Semoga bermanfaat.
Salam
Sumber : theguardian.com , cnn.com (CNN Business), cbsnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H