Setelah lama gak nulis, dan kemudian memulai lagi dengan tiga tulisan ber-genre yang berbeda dari biasanya. Saya mencoba kembali menulis pada genre utama yang menjadi focus saya selama ini, namun sesuai dengan update ilmu dan pengetahuan yang saya tekuni dan pelajari hingga hari ini.
Apalagi konten TIK/ICT sudah banyak bertaburan baik melalui situs personal, layanan internet bahkan di youtube, menjadi pilihan pembaca. Namun saya cukup senang ketika banyak orang awam (end user) dan tentunya mereka yang memiliki latar belakang keahlian TIK telah banyak memahami masalah, peluang, solusi pemanfataan teknologi.
So, apa yang mau ditulis? Â Ikut-ikutan dikit boleh kan? Ya itu, yang sempat heboh seluruh jagat. Ketika Facebok dan keluarganya ngak bisa diakes alias "down" secara global. Â
Sebenernya jika diteliti dan kilas balik perusahaan ini. baik pada saat masih berdiri sendiri maupun setelah melebarkan bisnisnya dengan mengakusisi beberapa aplikasi lainnya.
Kejadian Facebook Down kali ini ngak terlepas dari latar belakang sejarah yang sama selama ini. Jadi bukan baru pertama kali saja. Belum lagi persoalan lain yang harus dihadapinya baik dahulu maupun menjadi tantangan dimasa depan.
Dalam beberapa catatan, referensi  dan penelitian dan riset serta pengalaman pribadi saya mengikuti perusahaan terkemuka ini, terdapat beberapa catatan penting yang mungkin perlu diungkapkan, minimal yang baru tau, bagi yang udah tau, syukurlah.
31 Juli 2007
Ketika baru berusia tiga tahun, sikap Facebook pemadaman atau facebook down agak berbeda dengan kejadian belakangan ini. Pada tahun 2007 situs tersebut memang sengaja sengaja dibuat offline oleh para insinyurnya.Â
Hal ini mungkin karena penggunanya belum banyak dan belum melakukan initial public offering penawaran umum perdana (IPO) saham pada hari Jumat, 18 Mei 2012.
IPO Facebook termasuk yang terbesar dalam teknologi dan salah satu yang terbesar dalam sejarah Internet, dengan kapitalisasi pasar puncak lebih dari $104 miliar.
24 September 2010
Pada tahun 2010, Facebook mengalami gangguan dua jam yang tampaknya disebabkan oleh masalah jaringan yang sangat rumit, sekali lagi disebabkan oleh para insinyurnya. Solusinya saat itu yang dilakukan mungkin  sangat sederhana. Facebook mematikan situs dan mengaktifkannya lagi.
Hal ini juga dilakukan sebelum perusahaan melakukan IPO, jadi mungkin mereka berpikir ngak berdampak terlalu buruk pada perusahaan mereka, apalagi untuk alasan teknis, pembaharuan jelang rencana IPO maupun untuk memperbaiki layanan iklan pada platform mereka.
21 Oktober 2013
Pada saat itu para Insinyur Facebook disalahkan untuk masalah situs lain, kali ini bukan pemadaman tetapi "read-only error" atau "kesalahan hanya-baca", yang mencegah pengguna memposting pembaruan status selama lebih dari empat jam.Â
Sisa situs berfungsi, tetapi menyebabkan masalah untuk sengaknya 3.587 situs lain, menurut data dari perusahaan manajemen TI Compuware.
Pada saat itu pengguna Facebook diperkirakan telah mencapai 700 juta pengguna aktif.
19 Juni 2014
Pada bulan Juni adalah masalah besar bagi Facebook -- pemadaman terlama dalam empat tahun terakhir, dimana terjadinya situs down selama 31 menit dan merupakan awal dari meningkatnya frekuensi masalah pada situs.
Saat itu, baik situs web maupun aplikasi ponsel cerdas dan tablet Facebook terpengaruh, membuat pengguna mencari perlindungan di jejaring sosial lain termasuk Twitter dan bahkan Google+
1 Agustus 2014
Pemadaman kedua Facebook dalam dua bulan disebabkan oleh kesalahan server lain, yang sekali lagi memengaruhi situs, aplikasi, dan situs Facebook serta layanan yang menggunakan sistem loginnya. Namun tidak berdampak terlalu luas di seluruh dunia.
27 Januari 2015
Pemadaman selama 50 menit terakhir disebabkan oleh Facebook yang mencoba mengubah sesuatu di dalam sistemnya yang salah, bukan serangan dunia maya seperti yang dilaporkan secara luas.
Sebelumnya hari kejadiannya banyak orang kesulitan mengakses Facebook dan Instagram. Ini bukan hasil dari serangan pihak ketiga tetapi terjadi setelah insiyur Facebook memperkenalkan perubahan yang memengaruhi sistem konfigurasi mereka.
Bukan saja pemadaman terjadi pada situs dan aplikasi facebook, tetapi memengaruhi layanan lain termasuk Instagram, Tinder, AOL messenger, dan Hipchat, yang mengandalkan Facebook untuk login.
20 November 2018
Pada tahun 2018, Facebook dilumpuhkan oleh bug yang mempengaruhi banyak dari 80 juta penggunanya. Pemadaman itu berlangsung sekitar satu hari.
Facebook sekarang memiliki sekitar 2,3 miliar pengguna bulanan, membuat pemadaman baru-baru ini menjadi yang terburuk bagi perusahaan, dan keluarga aplikasi dan layanannya.
Selama pemadaman, dasbor pengembang Facebook melaporkan peningkatan di Rata-rata pada API Error Rate. Perusahaan memang mengatakan bahwa itu bukan disebabkan oleh serangan penolakan layanan atau distributed denial-of-service (DDoS) terdistribusi.Â
Pada 20 November 2018 outage mempengaruhi Facebook dan Instagram disebabkan oleh bug pada server mereka, menurut pernyataan resmi perusahaan pada saat itu.
13 Maret 2019
Facebook melaporkan semua layanan beroperasi setelah pemadaman berkepanjangan yang berdampak pada semua aplikasi paling populer perusahaan.Â
Facebook, WhatsApp, dan Instagram semuanya mengalami gangguan pada waktu yang hampir bersamaan pada 13 Maret, memengaruhi pengguna di seluruh dunia.
Bagi sebagian orang, layanan tersebut sama sekali ngak dapat diakses. Bagi yang lain, fitur tertentu seperti cerita atau pesan langsung berhenti berfungsi. Itu adalah pengingat nyata bahwa tiga dari layanan internet paling populer di dunia dimiliki dan dioperasikan oleh satu perusahaan raksasa.
Ngak sampai lebih dari 24 jam kemudian Facebook akhirnya mengklarifikasi semuanya dengan jelas, bahwa kejadian tersebut terjadi karena mereka melakukan "perubahan konfigurasi server."
4 Oktober 2021
Nah untuk 4 Oktober 2021, salah satu problem Facebook beserta keluarga perusahaannya, terutama Whatsapp  dan Instagram, yang menurut pernyataan resmi mengalami down selama enam jam, sekalipun di beberapa bagian dunia ada yang mengalaminya lebih dari itu.
Kejadian ini menjadi masalah terburuk Facebook selama berdirinya. Selain mendapat reaksi dari para pengguna fanatisnya, saham facebook juga terkoreksi.
Menurut berbagai sumber Bos besar Facebook, Mark Zuckerberg disebut mengalamai kerugian US$7 miliar atau setara dengan Rp. 99,8 triliun. Tentu hal ini juga menyebabkan posisi bos Facebook ini dalam daftar orang terkaya di dunia turun peringkat.
Untuk kejadian terakhir ini saya kepengen menjelaskan secara teknis dengan bahasa awam untuk dimengerti, namun terlalu panjang dan dengan banyak grafik dan bahasa teknis.
Namun jika anda tertarik dan penasaran, bisa mengetahuinya, dimulai dengan penyertaan resmi Facebook menyatakan bahwa, Â Tim teknik mereka telah mengetahui bahwa perubahan konfigurasi pada router backbone yang mengoordinasikan lalu lintas jaringan antara pusat data Facebook menyebabkan masalah yang mengganggu komunikasi.
Pernyatan resmi Facebook tersebut, dikemukakan bahawa gangguan pada lalu lintas jaringan ini memiliki efek berjenjang pada cara pusat data mereka berkomunikasi, sehingga menghentikan layanan mereka atau menyebabkan layanan mereka down. Hal ini dapat dibaca di Update about the October 4th outage
Kemudian melalui pernyataan resmi tersebut, anda dapat membaca analisa yang cukup mendalam oleh teknisi dan expert claudflare.com dengan judul Understanding How Facebook Disappeared from the Internet. Sesuai metode analisa mereka, dimana melihat secara detil bahwa masalah yang terjadi sebenarnya pada Border Gateway Protocol (BGP) dan DNS sebagai hal utama dalam perubahan konfigurasi Facebook yang memengaruhi seluruh "tulang punggung" internal perusahaannya.
Masalah Serius Facebook Terkait Keamanan dan Privasi
Selain masalah teknis Facebok Down yang diuraikan di atas, sebenarnya adalah gangguan lokal atau dalam zone tertentu yang gak saya jabarkan lebih lanjut. Namun diluar masalah teknis tersebut,
Februari 2018
Pada Februari 2018, Facebook dinyatakan bersalah di pengadilan Jerman dan Belgia karena melanggar undang-undang privasi. Kemudian di bulan yang sama, Facebook mengklaim bug yang menyebabkan pemberitahuan keterlibatan dikirim ke pengguna berdasarkan nomor telepon melalui fasilitas otentikasi dua faktor (2FA) Facebook.
Raksasa media sosial itu kemudian mengakui, pada kenyataannya, memanen nomor 2FA sebenarnya untuk tujuan periklanan.
19 Maret 2018
Tapi skandal Cambridge Analytica , yang pecah pada 19 Maret 2018, dianggap sebagai awal dari masalah keamanan Facebook.
Cambridge Analytica, sebuah perusahaan analisis data politik, menggunakan aplikasi sah yang didistribusikan oleh pihak ketiga untuk mengumpulkan data pengguna Facebook.Â
Aplikasi ini diunduh secara sukarela oleh 270.000 orang. Tetapi akses itu disalahgunakan, dan data diberikan secara ngak semestinya ke Cambridge Analytica untuk membangun profil politik pada lebih dari 50 juta pengguna, dengan maksud untuk mempengaruhi pemilihan umum di seluruh dunia.
April 2018
Pada April 2018, perusahaan mengakui skandal Cambridge Analytica mungkin telah melibatkan sebanyak 87 juta orang . Setelah pengakuan ini, Zuckerberg bersaksi di depan Kongres dan anggota parlemen Uni Eropa mengenai masalah keamanan Facebook.
Selain itu, pada April 2018, KrebsOnSecurity melaporkan puluhan grup Facebook secara terbuka digunakan untuk tujuan kejahatan dunia maya.Â
Masalah keamanan Facebook ini akan muncul lagi pada April 2019, karena peneliti Cisco Talos menemukan kelompok kejahatan dunia maya serupa masih beroperasi secara terbuka di Facebook, dengan sedikit tindakan dari raksasa media sosial untuk menghapusnya.
Damian Collins, ketua Komite Digital, Budaya, Media dan Olahraga (DCMS), telah menulis surat kepada wakil presiden urusan dan komunikasi global Facebook, Nick Clegg, mengajukan pertanyaan baru atas akun Facebook tentang skandal Cambridge Analytica.
Collins telah meminta Clegg untuk menjelaskan kontradiksi antara bukti yang diberikan oleh eksekutif Facebook kepada Komite DCMS dan tuduhan yang dibuat oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) selama penyelidikannya terhadap Facebook.
Facebook membayar $ 100 juta pada bulan Juli untuk menyelesaikan keluhan oleh SEC, yang menuduh raksasa media sosial itu membuat pengungkapan yang menyesatkan tentang risiko datanya disalahgunakan.
September - Oktober 2018
Pada bulan September tersiar kabar bahwa penyerang Facebook mengeksploitasi kerentanan dan memperoleh akses untuk mendapat data sebanyak 50 juta akun.Â
Dua minggu kemudian, pada bulan Oktober, Facebook memperbarui temuannya untuk mengklarifikasi bahwa jumlah pengguna yang terpengaruh sebenarnya sekitar 30 juta akun , dan penyerang memperoleh akses ke data yang mencakup detail kontak, lokasi, tanggal lahir, dan riwayat pencarian. Pelanggaran itu diduga merupakan pekerjaan spammer dan bukan aktor negara-bangsa.
Desember 2018
Desember, bug API Facebook mengekspos foto 6,8 juta pengguna. Tapi yang lebih merusak adalah rilis rincian dari pesan email internal Facebook.
Facebook dituduh merancang izin aplikasi Androidnya sedemikian rupa sehingga mengaburkan fakta bahwa aplikasi tersebut mengumpulkan log panggilan pengguna dan data SMS dari pengguna pada tahun 2015 dan sebelumnya.Â
Pesan email internal Facebook juga menjelaskan perjanjian daftar putih antara Facebook dan perusahaan lain yang memberikan akses ke data pengguna tertentu dan Facebook menerapkan perjanjian timbal balik data dengan pengembang.
Awal Tahun 2019
Mulai tahun 2019, Facebook ketahuan pada bulan Januari mengeksploitasi celah dalam kebijakan iOS Apple dan mendistribusikan aplikasi penelitian menggunakan sertifikat perusahaan.Â
Dengan jenis sertifikat ini, aplikasi dapat memperoleh akses root ke perangkat pengguna dan mengumpulkan informasi, seperti pelacakan lokasi, pesan serta media dari aplikasi pihak ketiga.Â
Facebook menegaskan bahwa semua pengguna yang menginstal aplikasi melakukannya dengan sukarela dan mengecilkan jumlah peserta yang menggunakan aplikasi yang masih remaja.
Insiden itu menyebabkan Apple mencabut semua sertifikat perusahaan Facebook, yang memblokir aplikasi penelitian. Tetapi itu juga berarti ngak ada aplikasi Facebook yang dikembangkan secara internal untuk iOS yang dapat dijalankan. Apple kemudian memulihkan sertifikat Facebook.
Februari 2019
Pada Februari 2019, lebih banyak pesan email internal Facebook bocor dan mengungkapkan program rahasia yang direncanakan perusahaan pada 2012, yang akan mencocokkan data lokasi dari pengguna Android ke ID situs seluler untuk menawarkan produk yang sadar lokasi.Â
Pesan email juga merinci rencana Facebook untuk menggunakan aplikasi Android untuk mengumpulkan informasi intelijen tentang perusahaan saingan, termasuk bagaimana aplikasi saingan menggunakan Facebook.
Maret 2019
Zuckerberg akhirnya mengakui pada Maret 2019 bahwa perusahaannya gagal dalam melindungi privasi pengguna dan berjanji untuk mengubah Facebook menjadi platform "berfokus pada privasi".
Dua minggu kemudian, Facebook mengungkapkan bahwa sebanyak 600 juta kata sandi pengguna Facebook ditemukan tersimpan dalam plaintext.Â
Kata sandi dilaporkan terbuka secara internal hingga tujuh tahun. Facebook menegaskan bahwa kata sandi ngak pernah terlihat oleh siapa pun di luar perusahaan, dan "sampai saat ini ngak menemukan bukti bahwa ada orang yang secara internal menyalahgunakan atau mengaksesnya secara ngak benar."
Pada saat pengungkapan awal, Facebook mengatakan insiden itu hanya memengaruhi puluhan ribu pengguna Instagram, tetapi kemudian merevisi jumlah itu menjadi jutaan.
Awal April 2019
Mulai April 2019, para peneliti menemukan database pihak ketiga yang berisi 146 GB data Facebook dari 540 juta pengguna yang diekspos secara publik.Â
Di pertengahan bulan, bahkan lebih banyak dokumen rahasia bocor, merinci diskusi antara Zuckerberg dan eksekutif Facebook yang merencanakan berbagai cara untuk memonetisasi data pengguna, termasuk melalui kesepakatan khusus dengan perusahaan teknologi besar dan membatasi akses pesaing untuk meningkatkan pendapatan, meskipun mengklaim itu dalam upaya memperkuat privasi.
April 2019
Pada April 2019, Facebook dilaporkan telah melakukan negosiasi dengan FTC mengenai investigasi yang dimulai setelah skandal Cambridge Analytica, dan Facebook mengatakan pihaknya memperkirakan akan didenda antara $3 miliar dan $5 miliar oleh FTC. Ini jauh lebih kecil dari skenario terburuk, yang mengatakan denda Facebook berpotensi jauh lebih besar . Â
November 2013 dan Mei 2015, Facebook mengizinkan aplikasi pihak ketiga bernama This Is Your Digital Life untuk mengakses ngak hanya informasi pribadi pengguna yang mengunduh aplikasi, tetapi juga informasi teman Facebook mereka, tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. .
Oktober 2019
Diawali, ketika Jurnalis dan penulis Peter Jukes menggugat Facebook karena kehilangan kendali atas data pribadinya, sebagai bagian dari gugatan class action atas nama sekitar satu juta pengguna situs media sosial.
Jukes mengklaim bahwa antara November 2013 dan Mei 2015, Facebook mengizinkan aplikasi pihak ketiga bernama This Is Your Digital Life untuk mengakses ngak hanya informasi pribadi pengguna yang mengunduh aplikasi, tetapi juga informasi teman Facebook mereka, tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka.
Oleh Lembaga perlindungan konsumen atas tuntutan yang diajukan oleh Jukes di Pengadilan Tinggi Kehakiman di London mengatakan Facebook telah melanggar tugas hukum di bawah Undang-Undang Perlindungan Data 1998. Â
Data pribadi yang diduga diambil tanpa sepengetahuan pengguna oleh aplikasi This Is Your Digital Life termasuk nama, jenis kelamin, lokasi, foto yang ditandai, dan halaman yang disukai.
Menurut Information Commissioner's Office (ICO), yang menggambarkan praktik ini sebagai "insiden data yang sangat serius", aplikasi tersebut digunakan oleh sekitar 300.000 pengguna Facebook di seluruh dunia, dan mengumpulkan data pribadi hingga 87 juta pengguna di seluruh dunia. Facebook sendiri memperkirakan sengaknya satu juta pengguna Inggris terpengaruh.
Atas permasalahan ini, Setahun kemudian, pada Oktober 2019, Facebook menyelesaikan dengan ICO, setuju untuk membayar denda 500.000 tetapi ngak menerima kewajiban.
Kesimpulan
Kejadian atas Facebook Down, sebenarnya menyisahkan persoalan yang telah bermula sejak lama terkait keamanan dan privasi data pengguna. Saya sebenarnya belum merangkumnya semua, namun paling ngak sejak Sejak awal 2018, Facebook tampaknya terus-menerus mengalami masalah keamanan dan skandal privasi.
Sehingga baik perorangan, lembaga perlindungan konsumen Negara terkait bahkan pemerintah bertindak tegas sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku di negaranya untuk menindak Facebook atas kelalaiannya
Kelihatanna pengguna Facebook dan keluarga besarnya, tergoncang dengan Faceboo, Whatsapp, Instagram Down pada 4 Oktober lalu, dan rata-rata terkesan telah addict atau kecanduan dengan 3 platform ini.
Mereka mungkin ngak akan melihat sisi krsial terkait persoalan privasi dan keamanan, hanya lebih mementingkan agar aplikasi dapat diakses dan mereka dapat berekspresi. Ya sekaipun kesanya cuek, menjadi hak mereka.
Akan tetapi jika saya boleh meyarankan, sekalipun warga negaranya ngak peduli tentang data privasinya. Negara tetap harus aktif dan terus berusaha memproteksi data warga Negaranya dari berbagai kebocoran data, entah melalui Aplikasi Facebook, atau aplikasi/platform online/off-line lain hingga yang bersifat konventional yang secara langsung maupun ngak merugikan warga Negara. Minimal, "tunjuk gigi/taring", ketika data warga negara ikutan bocor saat kejadian bocornya user Facebook.Â
Lebih lanjut, buatlah regulasi yang lebih tegas pada pemanfataan aplikasi, bukan sebatas membuka kantor cabang di Jakarta. Â Namun lebih detil hak dan tanggung jawab nya dalam perlndungan data/privasi warga negara, sekalipun warga negara sendiri cuek bebek akan hal ini.Â
Cerita ini sebenarnya, belum berakhir, namun saya sudahi dulu. Akan berlanjut dalam tulisan yang lain. Lebih kurangnya, semoga saja dapat menjadi perenungan bersama...
Salam
Sumber refrensi :
techtarget.com, cloudflare.com, Facebok Blog, theverge.com, theguardian.com dan catatan serta pengalaman dan hasil penilitian/analisa penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H