Saya punya pengalaman tidak menyenangkan dengan anjing. Dulu waktu usia saya 6 tahunan saya pernah lari terbirit-birit dikejar anjing. Seingat saya dulu saya nggak cari perkara sama anjing itu. Lewat dengan sopannya di depan dia dan sedetik kemudian dia mengejar saya tiba-tiba dengan gonggongannya yang menakutkan dan membuat saya jatuh setelah lari tunggang langgang. Bukannya kasihan si anjing malah menggigit saya di bagian betis. Saya sudah lupa bagaimana sakitnya digigit anjing. Yang saya ingat adalah taring si anjing yang tajam luar biasa. Untungnya dokter bilang luka saya ringan saja. Tapi ternyata phobia saya pada anjing tidak seringan itu.
Yang kedua : Ular
Ular bulu, ular kaki seribu atau ular tangga nggak masuk golongan ini. Ular yang saya maksud adalah phyton, sanca, kobra, anakonda dan sebangsanya. Gara-garanya dulu waktu masih kanak-kanak orang tua saya mengajak liburan ke kebun binatang. Lalu di situ saya di beri kesempatan buat memegang ular di gendongan seorang pawang. Ketika saya coba mengelus eh tiba-tiba ekornya membelit saya hingga saya menjerit sekencangnya yang mungkin terdengar oleh orang sekebun binatang. Ular itu sukses membuat saya phobia. Ketika film anakonda lagi ngetop, rasa gengsi pada mantan pacar yang mengajak menonton film itu membuat saya memberanikan diri menontonnya. Tapi belum 1 jam saya memutuskan keluar dari bioskop. Putus hubungan aja deh.. maksudnya sama ular bukan sama mantan pacar.
Note : Tulisan ini dipersembahkan sebagai kado ulang tahun ke 2 Dek Yayat di Kompasiana
Tukang kompor : Chacha, Dinces dan Ilan Iler
“To win the best writer (Championship) in the first year will be hard. We need time to become madness (competitive) and stay Crazy (win races)” -Valentino Rossi to Yayat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H