Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Rela Ditiduri Asal Tidak Hamil!

13 November 2011   22:26 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 424094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Miranda seorang gadis desa, baru saja tamat SMP.  Gadis lugu dan pendiam ini terpaksa harus berhenti sekolah karena masalah biaya. Ayahnya seorang kondektur bis malam, hanya mampu menghidupi ibunya, dan dua orang adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Melihat kodisi ini Miranda memutuskan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga seorang duda kaya beranak dua yang ditinggal mati istrinya. Rumah duda ini tak jauh dari rumah Miranda, hanya dibatasi tembok tembok tinggi, sebuah Real Estate elite.

Dani nama duda itu.  Seorang pengusaha terkenal yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Baru 3 tahun lalu, istrinya meninggal karena kanker payudara. Keputusannya untuk hidup sendiri bersama kedua anaknya, didasari atas rasa cinta yang begitu dalam kepada mediang istrinya. Sehari-hari dia dapat membunuh rasa jenuh dan kesepianya dengan bekerja dan berolah raga.

Kedua anak Dani, Dena dan Rian telah duduk di bangku SMA. Dena sudah kelas 2, sedangkan kakaknya  kelas 3. Dena anak yang periang dan mudah bergaul.  Sedangkan Rian terkenal dengan kenakalannya. Walaupun berbeda watak, baik Rani maupun Dena saling mengasihi dan menjaga satu dengan lainya.

***

Pada suatu hari ketika Rian pulang sekolah, dia kedapatan Miranda sedang menyiram tanaman  di perkarangan rumahnya yang luas. Miranda yang tidak menyadari kehadiran Rian, tetap asik menyiram sambil bermain air hingga membasahi tubuhnya. Si cantik nan mulus ini  tidak terlihat seperti anak berusia 15 tahun. Tubuhnya yang sintal  dan padat berisi, selalu menggoda pria yang melihatnya.

Setelah beberapa menit memandang lekukan tubuh Miranda yang menggoda dibalik kaos dan celana pendek yang basah dan hampir tembus pandang, Rian mendekatinya perlahan-lahan.

"Mira, cantik sekali kamu. Tubuhmu sangat sedap dipandang mata. Bolehkah aku memelukmu ?" Tanya Rian menggoda.

"Ah mas Rian, jangan mas ! gak boleh ! Nanti dimarahin tuan kalau ketahuan," jawab Mira sambil berusaha menutupi dadanya.

"Papa gak tau kok Mir ! Colek dikit ya !"

"Jangan Mas !" Lalu berlarilah Miranda meninggalkan Rian yang terus memandanginya dari kejahuan.

***

Keesokan harinya. Rian menceritakan kejadian yang dialami olehnya kemarin kepada teman-temanya di sekolah. Beberap diantaranya adalah teman baik Rian, Anto dan Renald.  Mereka semakin penasaran dengan cerita Rian.

"Eh Rian, masa sih pembantumu secantik yang kamu bilang ?" Tanya Anto

"Jelas dong ! Kalo tuannya ganteng masak harus cari pembantu yang jelek ? Mira itu walau anak desa, cantiknya melebihi semua anak perempuan di sekolah ini," Jelas Rian membuat penasaran

"Kalo benar pembantumu cantik, kenapa gak kamu pacarin saja Rian ?" Tanya Renald

"Ah, kalian tau apa ! Setiap malam kita berdua M.L,  di garasi, di kamar Mira sendiri, bahkan sekali-kali kalo pas nyuci, aku mengajak Mira merasakan nikmatnya dunia di kamar mandi," jawab Rian sengaja berbohong untuk membuat kedua temanya penasaran.

"wow biasa dipake dong !" Teriak Anto

"Coba saja kalo kalian berani !" Tantang Riang sambil berlalu masuk ke dalam kelas.

***

Hari itu, kebetulan adalah hari Sabtu.  Dani sedang keluar kota untuk pertemuan bisnis. Rumah sebesar itu hanya didiami Dena, Rian dan tentu saja Mira.

Menjelang jam 7 malam, tedengar klakson mobil di depan rumah mereka. Setelah dilihat oleh Rian, ternyata Anto dan Renald yang ingin mengajaknya keluar.

"Rian, malam ini kita nongkrong di rumahmu saja ya. Lagian di luar hujan, anak-anak juga pada gak ada di tempat nongrong kita. Gimana ?" Tanya Anto

"Halah, aku tau akal busuk kalian. Mau ketemu Mira kan ? Ngaku saja deh ! Baiklah ! kalian boleh nongkrong di sini saja, apalagi adikku dirumah sendirian. Aku gak tega biarkan dia bengong saja, apalagi ayahku lagi keluar kota," jawab Rian mengiyakan permintaan kedua kawan karibnya itu.

Setelah masuk, kemudian mereka menuju kamar Rian yang letaknya dilantai 2 rumah besar itu. Disana mereka sempat menghabiskan satu botol Johnnie Walker. Sambil bernyanyi, mereka tertawa dan tak lupa kembali bercerita tentang Mira.

"Rian ! Boleh gak Mira kupake ?  Udah gak tahan nih !" Seru Anto

"Enak saja ! Ini bukan rumah bordil. Gak Boleh ! Mendingan kalian jajan saja diluar sana!" Jawab rian dengan tegas.

"Ah payah kamu !" Teriakan kedua orang itu mendengar jawaban Rian

Akhirnya mereka melanjutkan obrolan lain seputar teman-teman sekolahnya.

Selang beberapa menit, Anto pamit untuk membeli rokok karena kehabisan. Diapun bergegas turun ke lantai bawah. Namun tiba-tiba dari lantai atas dia memandang seorang perempuan yang sedang mengenakan handuk berjalan ke salah satu kamar di lantai bawah. Karena tidak jelas, Anto membuntuti perempuan itu ke kamarnya. Dipikirnya mungkin ini, pembantu Rian yang diceritakan itu.

Perlahan-lahan dengan mengendap-ngendap ia mengintip dari balik pintu dimana perempuan tadi masuk. Terlihat dari arah belakang, perempuan itu sedang mengisap ganja sambil bersiul. Anto mengenal betul baunya, ia bertanya dalam hatinya, "masa sih pembantu Rian pinter ngegele juga ?" "ah masa bodoh !" Gumannya sambil tetap mengintip dibalik pintu. Dilihatnya perempuan itu mulai melepaskan handuk dari tubuhnya hinga terlihat telanjang bulat. Sambil bernyanyi dan menari, perempuan itu pun tertawa kecil di depan cermin riasnya.

Sambil menelan ludah, karna sudah tidak tahan, Anto memaksakan diri masuk. Tak disangka yang dilihatnya adalah Dena adik Rian. Dena langsung menarik tahan Anto dan mengajaknya menari sambil memberikanya sebatang ganja untuk dihisapnya. Anto menuruti permintaan Dena.

Beberapa menit kemudian, keduanya seakan-akan terbang melayang.  Mereka berduapun menari, dan bernyanyi dan tertawa riang.

"Mas Anto, Dena mau ditidurin asal tidak hamil. Mau kan mas ?" Tanya dena sambil mendekatkan bibir ke telinga Anto

Segera saja napsu birahi anto memuncak. "Iya Dena ! Iya.. yaa.. Gak kok ! Gak akan ... ga akan hamil kok," Jawab Anto tebatah-batah menahan napsu kemudian membuka seluruh pakaiannya.

Merekapun larut dalam permainan cinta yang memabukan. Hingga keduanya tak sadar diri.

Karena menunggu Anto terlalu lama, Rian dan Renald menyusulnya. Rian langsung menuju kamar Miranda untuk mencari Anto di sana. Namun yang dicari tidak ditemuinya. Tanpa pikir pajang Rian bergegas ke kamar adiknya.

Karena ketokan pintu tidak mendapat respon Dena, Rian langsung membuka pintu kamar adiknya yang kebetulan tak terkunci.

"Ya Tuhan ! Apa yang kalian lakukan ! Brengsek kamu Anto !" Rian berteriak dengan penuh amarah, kemudian menarik Anto dan menghajarnya

"Ampun Rian ! Ampun ! Adimu yang ngajakin aku ! " Seru Anto

"Mata kamu buta apa ! Itu adik aku ! Adik kesayangan aku Anto ! Brengksek kamu !" Kembali lagi Rian memukuli Anto

"Benar rian ! Ampun ! Adikmu sendiri yang mengajak aku, katanya dia rela ditidurin asal tidak hamil !" Seru Anto mohon pengampunan

Rian yang naik pitam kemudian menarik Anto keluar dari kamar adiknya. Dia menghajar teman baiknya itu hingga babak belur dan mengusir kedua sahabatnya itu keluar dari rumahnya.

Rian yang emosi dan berlinang air mata bergegas kembali ke kamar adiknya dan memeluknya dengan erat. Sambil menangis, Rian menghibur adiknya untuk menenangkan diri.

"Maafkan aku kak ! Aku tidak sadar kak ! Aku mohon ampun kak ! Aku sungguh tidak sadar diri. Apuni aku Kak !" Sambil menangis Dena mencium kaki kakaknya.

"Sudah Dek ! Sudah.. Kamu tenang ya. Kakak akan selalu besama kamu. Kakak sudah berjanjis ama mendiang Ibu akan selalu menjagamu. Kakak justeru yang meminta maaf, karna kakak lalai menjaga mu. Tenang ya sayang ! Tenangkan pikiranmu !"  Hibur Rian sambil terus memeluk adiknya hingga Dena lelap dalam pelukannya

***

Sumber Gambar : t2.gstatic.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun