Mohon tunggu...
Vindri MuliadiAdampe
Vindri MuliadiAdampe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rakyat Biasa

saya adalah rakyat biasa yang ingin hidup damai, beragama dengan baik, dan bersosial dengan sesama tanpa ada perbedaan apapun.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Pemilu 2024 Pada Ketahanan Keluarga (Bolaang Mongondow)

4 Maret 2024   21:38 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dampak Pemilu 2024 Pada Ketahanan Keluarga"

Oleh:

Vindri Muliadi Adampe

Pesta demokrasi 2024 menjadi salah satu wadah penyaluran aspirasi seluruh rakyat Indonesia, gambaran Indonesia 5 tahun ke depan tergambar dari bagaimana antusias masyarakat dalam menyongsong pemilu, harapan dan keinginan di gantungkan pada mereka kontestan pemilu baik di tingkat nasional (Presiden, DPR RI, DPD RI) hingga di tingkat daerah (DPRD Provinsi, DPRPD Kab/Kota), arus dukungan dari semua kalangan membawa suasana tersendiri di pemilu 2024.

            Setiap dukungan oleh masyarakat tidak terlepas dari pertimbangan visi misi serta figure para paslon dan caleg, kemampuan masyarakat untuk melihat dan menilai menjadi gambaran kedewasaan masyarakat akan berdemokrasi, tidak terkecuali keluarga. Keluarga sebagai organisasi terkecil dalam sebuah negara memegang peranan penting perjalanan suatu bangsa.

Warna politik ditiap 5 tahunan selalu membawa suasana tertentu di Indonesia khususnya daerah, masyarakat daerah mengharapkan adanya keleluasan politik serta transparansi dari politikus dan pemegang kekuasaan, transparansi yang dimaksud adalah berkenaan dengan apakah semua upaya dan program serta visi misi dapat menyentuh langsung kepada masyarakat ataupun dalam keluarga khususnya sebagai organisasi terkecil dalam satu negara.

Nyatanya semenjak era reformasi hingga kini masih sontak terdengar dengan jelas bahwa pembangunan hanya terfokus pada pulau jawa, pulau jawa juga memegang peranan penting alokasi suara pemilihan untuk presiden dibandingkan daerah yang lain, sementara di daerah masyarakat belum sepenuhnya merasakan dampak signifikan dari perwakilannya di kursi dewan, hal tersebut sering membuat masyarakat menjadi frustasi dengan kondisi politik daerah. 

Pemilu 2024 membawa warna tersendiri, untuk pemilihan presiden, masyarakat begitu yakin dengan pilihannya masing-masing sementara untuk daerah masyarakat cenderung mempunyai pandangan yang beragam dan sangat sensitif, warna politik di bolaang mongondow masih cenderung menggunakan pendekatan kekeluargaan dibandingkankan pendekatan kritis atas visi misi maupun program, melansir dari BAWASLU, sulawesi utara masuk dalam ranking ke 2 untuk tingkat kerawanan pemilu, yang menjadi sorotan adalah partisipasi masyarakat yang bisa saja menolak pemilu, namun lebih daripada itu masyarakat cenderung mempunyai satu suara untuk tidak memilih ataupun memilih paslon tertentu ditingkatan daerah karena satu dan lain hal. 

Politik kekeluargaan yang masih melekat sering berimbas pada eksistensi keluarga, mereka cenderung mengikuti pilihan keluarga besar dibandingkan pilihan sendiri.

Akibatnya keluarga tidak punya kemandirian akan pilihan politik, selain itu kemandirian politik tentu sangat penting, pemilih dalam keluarga sangat mempengaruhi masa depan. keluarga menjadi pemilih yang cukup besar pengaruhnya. Jika tidak ada kemandirian pilihan politik dalam keluarga maka masa depan tidak bisa direbut dan diperjuangkan karena politik kekeluargaan begitu kuat.

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam negara yang menganut sistem demokrasi. Adanya partisipasi politik dari masyarakat merupakan salah satu bentuk implementasi dari sistem demokrasi. Di negara-negara demokrasi pada umumnya menganggap apabila lebih banyak partisipasi dari masyarakat maka akan lebih baik. 

Sebaliknya, apabila tingkat partisipasi masyarakat rendah maka pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat diartikan bahwa banyak warga yang tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan.

 

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Karim, partisipasi politik pemilih pemula terhadap keputusan memilihnya dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:

 

  • Status sosial ekonomi orang tua,
  • partisipasi orang tua,
  • kegiatan sekolah menengah atas remaja, dan 
  • orientasi kemsyarakatan orang tua.

 

Disisi lain, penelitian lain menunjukan tentang pengaruh orang tua dan lingkungan sosial dalam keputusan memilih, pemilih pemula cenderung tidak rasional dan cerdas. Ketidakrasionalan ini dipengaruhi oleh orang tua dan kerabat dekat, juga karena loyalitas terhadap etnis. Hal ini didasari oleh selain pemilih pemula tidak memperoleh informasi yang cukup, juga karena kuatnya pengaruh lingkungan dan kelompok sosial pemilih pemula tersebut.

 

Pengambilan keputusan adalah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi (perkiraan) mengenai frekuensi prakiraan yang akan terjadi. 

Dalam proses pengambilan keputusan terdapat faktor keluarga yang menjadi pertimbangan pemilih muda dalam mengambil keputusan. Keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi, dikukuhkan dalam hubungan pernikahan yang memberikan pengaruh keturunan dan lingkungan sebagai dimensi yang lain bagi anak. Keluarga muda termasuk dalam kategori pemilih muda, dikarenakan oleh faktor-faktor tertentu sehingga terjadi pernikahan. 

 

Pemilihan umum (pemilu) sering kali menjadi momen yang menegangkan dan memicu konflik di dalam keluarga. Ketika anggota keluarga memiliki pandangan politik yang berbeda, perdebatan yang sengit bisa terjadi, bahkan memicu tensi yang tinggi dan merusak harmoni keluarga. 

Namun, penting untuk diingat bahwa konflik dalam keluarga bisa diatasi dengan pemahaman, toleransi, dan komunikasi yang baik. Tak jarang perbedaan politik juga mengancam hubungan keluarga dengan sekitar, akibatnya terus berlarut hingga memunculkan perbedaan serta rusaknya rasa kebersamaan dan sering berdampak pada hubungan sosial.

 

pagelaran pemilu 5 tahunan membawa dampak tersendiri bagi setiap keluarga, warna politik menjelang dan sesudah pemilu sering kali sama, dihiasi dengan politik identitas kekeluargaan serta sarat akan adu kekayaan dan kekuatan dari masing-masing kontestan pemilu ditingkatan daerah, saling sindir dan saling mengunggulkan calon tertentu sudah menjadi hal biasa. 

Bahkan tak jarang terdengar dengan terang adanya praktik politik uang (money politik), dampak negatif lainnya di masyarakat adalah adanya sekat-sekat yang terasa di kalangan keluarga baik suami istri, kaka adik, dan keluarga lainnya. Bahkan melebar hingga ke ranah hubungan sosial masyarakat hingga berselisih paham, bagi sebagian orang mungkin itu adalah hal yang lumrah dan sedikit berlebihan untuk pendukung calon, namun nyatanya kondisi seperti menandakan ketidakdewasaan masyarakat kita dalam menghadapi setiap pemilu.

 

Disisi lain kondisi di atas dapat membawa dampak negatif bagi sebagian keluarga yang baru membina rumah tangga, arus politik yang mewarnai  dapat menghilangkan keberanian pasangan muda untuk mengekspresikan dukungan politik sebab takut berbeda dari yang lain, kondisi seperti ini akan terus berulang dan menjadi kebiasaan di dalam keluarga bahkan bisa saja berdampak pada keturunan.

 

Tulisan ini berupaya melihat bagaimana Pemilu 2024 bisa membawa berdampak negatif atau justru membawa keyakinan kepada setiap keluarga akan masa depan yang lebih baik melalui perwakilan di tiap tingkatan daerah.

 

  • Metodologi

 

Metode yang digunakan adalah kualitatif untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penelitian harus berdasarkan pada metode yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Pada penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi.

 

  • Ketahanan Keluarga

 

Berbicara ketahanan keluarga tidak bisa dilepaskan dari persoalan individu-individu manusia dalam mempertahankan eksistensinya. Keluarga adalah kesatuan individu dalam masyarakat. Keluarga yang baik dan hidup dilingkungan yang baik akan mendatangkan kemaslahatan hidup manusia.

 

Istilah ketahanan (Van Holk, 2008) digunakan untuk menggambarkan suatu proses dimana orang tidak hanya mengelola upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan hidup, tapi juga untuk menciptakan dan memelihara kehidupan yang bermakna dan dapat ikut menyumbang pada orang-orang disekitarnya. Ungkapan "keberhasilan menghadapi rintangan" merupakan inti dari ketahanan. Ketahanan berarti keberhasilan dalam kehidupan meskipun berada dalam kedaan yang mengalami resiko tinggi. 

Ketahanan juga berarti kemampuan pulih kembali secara sukses dari trauma Pengertian ketahanan dari sudut perilaku adalah pola-pola perilaku positif dan kemampuan berfungsi perorangan dan keluarga yang ditunjukkan dalam keadaan menghadapi tekanan dan kesulitan. (Mc Cubbin, 1998). 

Sejalan dengan pengertian tersebut ahli lainnya menyatakan, ketahanan sosial adalah suatu proses dinamis yang mencakup sekelompok gejala yang menuntut penyesuaian diri yang berhasil terhadap sejumlah ancaman yang signifikan dalam perkembangan kehidupan dan hasil-hasil lainnya yang dicapai dalam perjalanan kehidupan.

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, ketahanan adalah kekuatan (hati,  fisik): kesabaran, ketahanan keluarga biasa didefinisikan dengan: suatu keadaan dimana suatu keluarga memiliki kemampuan fisik maupun psikis untuk hidup mandiri dengan mengembangkan potensi diri bagi masing-masing individu dalam keluarga tersebut, untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia, lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

 

Untuk merealisasikan keluarga sebagaimana dimaksud di atas diperlukan fungsi, peran dan tugas masing-masing anggota keluarga, fingsi, peran dan tugas tersebut antara lain:

 

  • Pemeliharaan kebutuhan fisik seluruh anggota keluarga sesuai dengan standar kehidupan berkualitas
  • Alokasi sumber daya keluarga, baik yang dimiliki maupun tidak, namun dapat diakses keluarga
  • Pembagian tugas dianatara seluruh anggota keluarga
  • Sosialisasi anggota keluarga terhadap nilai-nilai perilaku yang dianggap penting
  • Reproduksi, penambahan dan pelepasan anggota keluarga
  • Pemeliharaan tata tertib
  • Penempatan anggota masyarakat luas
  • Pemeliharaan moral dan motivasi.

 

Jika melihat pada indikator di atas maka bisa dipastikan fingsi di atas tidak dapat direalisasikan hanya dengan mengandalkan kemampuan keluarga itu sendiri melainkan saling membutuhkan dengan faktor diluar keluarga itu sendiri, dan yang paling penting adlah adanya sinergitas dengan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan.

 

Ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah yang dihadapi anggota keluarga sehingga keluarga sejahtera yaitu terpenuhinya semua kebutuhan anggota keluarga. Sementara ketahanan keluarga menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisk-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.

 

Hasil penelitian Walsh yang lainnya menunjukkan, bahwa faktor-faktor yang menekan ketahanan keluarga mempengaruhi anak-anak. sehingga sangat mengganggu hubungan-hubungan sosial dan proses-proses sosial dalam keluarga. Ketahanan keluarga mengacu pada proses-proses pemecahan masalah dan penyesuaian diri keluarga sebagai satu satuan fungsional. 

Pendapat ahli lainnya menyatakan bahwa ketahanan sosial keluarga mencakup kemampuan memperbaiki diri sendiri dan memberikan tanggapan dengan menggunakan akal daya dan keuletan ketika menghadapi tantangan yang ekstrim.

 

Dalam Undang- Undang Dasar No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa pembangunan keluarga bertujuan meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. 

Kemudian, disebutkan pula bahwa keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

Orientasi dari Undang-undang nomor 52 tahun 2009 adalah ke arah masa depan, dengan konsep keluarga yang terbangun rasa aman, ketentraman serta masa depan yang lebih baik, tentu jika dikaitkan dengan proses bernegara ataupun sosial, maka tidak bisa hanya direncanakan dengan sendiri oleh keluarga tersebut melainkan adanya hubungan erat saling membutuhkan antara keluarga dan sosial, keluarga dan pemeirntah serta keluarga dan perwakilannya sebagai penyambung suara rakyat yang di dalamnya adalah keluarga.

 

Maka pemilu dalam hal ini menjadi wadah keberlanjutan keinginan dari tiap keluarga untuk memastikan masa depan yang lebih baik, pemilu dalam hal ini harus betul-betul diisi oleh mereka yang mampu mempertanggung jawabkan nasib rakyat kedepan lewat kebijakan-kebijakan serta gagasan membangun untuk rakyat atau keluarga tersebut. Lebih lanjut dalam undang-undang nomor 52 tahun 2009 pasal 11 menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab dalam perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.

 

  • Urgensi Pemilu 2024

 

Pemilihan umum merupakan proses memilih atau menentukan seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu dan merupakan pesta demokrasi yang sudah lama dilaksanakan di Indonesia. Pemilu yang melibatkan Warga Negara Indonesia yang sudah berhak memilih wakil-wakil rakyat beserta pemimpin yang akan duduk di kursi pemerintahan. 

Dengan pemilihan tersebut diharapkan bangsa Indonesia memiliki para pemimpin dan wakil rakyat yang sesuai dengan harapan masyarakat Indonesia. Tentu saja pemimpin yang diharapkan itu adalah pemimpin yang mampu membawa kebaikan dan mengantarkan Indonesia menjadi negara yang maju, makmur, dan sejahtera. Ini merupakan harapan setiap orang.[11]

 

Pendidikan politik ditengah masyarakat sangat penting, selain mengajarkan kepada masyarakat akan rasa kecintaan terhadap bangsa, juga sebagai rasa kepemilikan akan negara ini. Masa depan bangsa terletak pada keberanian pemerintah, pemerintah yang baik adalah pemerintahan yang bersumber dari rakyat. 

Rakyat memegang kunci masa depan, yang dimaksud rakyat tidak terkecuali di dalamnya adalah keluarga, keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan politik, kemampuan mendidik generasi muda misalnya akan politik dapat memberikan rasa tanggung jawab kepada generasi muda akan masa depan bangsa yang ada ditangannya.

 

Perbedaan pilihan dalam dunia politik itu tentu hal yang wajar, namun kesadaran akan keutuhan masyarakat khususnya keluarga sebagai embrio utama dalam negara tentu harus menjadi prioritas setiap orang, lanjut daripda itu, pemuda dalam hal ini sebagai pribadi yang baru melihat fenomena politik dan akan mulai masuk di dalamnya sebagai pemilih diharapkan tau akan pilihan dan mampu menilai sesuai dengan pilihannya, maka dalam hal ini peran keluarga menjadi sangat penting.

 

Terasa juga bahwa perbedaan politik itu mengarah kepada pertikaian secara politik yang kadang terasa sangat keras. Hal tersebut bisa berpengaruh negatif pada kalangan muda dan bisa mengarah kepada sikap apatisme terhadap politik. Untuk itu, keluarga mempunyai andil signifikan agar anggota keluarganya terhindar dari sikap apatis dalam politik, khususnya terkait dengan proses pemilihan presiden-wakil presiden dan anggota legislatif/partai politik dalam waktu dekat ini.

 

Keluarga, terutama orang tua, mempunyai peran penting untuk membawa anggota keluarganya memahami politik. Suasana terkait dapat dibangun melalui perbincangan politik antar anggota keluarga. Perbincangan itu perlu diarahkan kepada hal-hal yang substansial, baik menyangkut dorongan agar semua anggota keluarga yang sudah masuk usia mempunyai hak pilih untuk menggunakan hak pilihnya, tentang figur politik yang pantas dan tepat untuk dipilih, maupun tentang proses masa kampanye hingga masa pemilihan.[12]

 

  • Politik Kekeluargaan

 

Melansir www.kompas.id terkait survey yang dilakukan pada Desember 2023, menunjukan kuatnya faktor keluarga dalam memengaruhi keputusan politik seorang individu. Pengaruh ini berlaku baik dalam pilihan partai politik maupun pilihan presiden. Dengan kata lain, faktor kekerabatan dalam keluarga masih menjadi tumpuan pertimbangan preferensi politik. 

Lebih dari separuh responden (65,8 persen) survei mengaku, dalam memilih sosok presiden, keluarga paling memengaruhi pilihan mereka. Keluarga yang dimaksud meliputi orangtua, pasangan suami atau istri, anak, hingga saudara.

Selain pilihan calon presiden, pengaruh keluarga juga terlihat pada pilihan partai. Dengan proporsi lebih kecil, sebanyak 62,3 persen responden mengaku keluarga turut memengaruhi mereka dalam menentukan pilihan partai politik. 

Meskipun sama-sama besar, porsi pengaruh keluarga terlihat sedikit lebih tinggi untuk pilihan presiden ketimbang pilihan parpol. Hal ini tidak terlepas dari pola komunikasi dalam keluarga yang berdinamika dalam kondisi informal sehingga komunikasi yang terbentuk pun lebih bersifat sehari-hari.

Lebih dari separuh responden (65,8 persen) survei mengaku, dalam memilih sosok presiden, keluarga paling memengaruhi pilihan mereka. Keluarga yang dimaksud meliputi orangtua, pasangan suami atau istri, anak, hingga saudara. Selain pilihan calon presiden, pengaruh keluarga juga terlihat pada pilihan partai. Dengan proporsi lebih kecil, sebanyak 62,3 persen responden mengaku keluarga turut memengaruhi mereka dalam menentukan pilihan partai politik.[13]

 

Sosialisasi politik memang dimulai dari masa kecil. Awalnya anak-anak mempelajari pola perilaku yang layak ditiru atau dilakukan. Sejak kecil anak-anak sudah diperkenalkan tentang hak milik, hak untuk meminta sesuatu, atau tidak menganggu hak orang lain, membuat keputusan, dan lain-lain. Semua ini terkadang diajarkan tanpa disadari sebagai suatu proses sosialisasi.

 

Selain peran keluarga, saat anak-anak juga banyak dipengaruhi oleh media massa. Sebagian besar anak-anak didunia modern ini sudah berkenalan dengan televisi sejak masa kecilnya. Bahkan waktu yang dihabiskan bersama televisi bisa lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dipakai untuk pendidikan formal disekolah. 

Padahal, menurut beberapa survei, diperkirakan tayangan televisi 80% materinya lebih diarahkan untuk orang dewasa. Informasi media tentang dunia kriminal, perang, konflik politik, pemilu, pilkada juga mengenai seks, jelas-jelas diperuntukkan bagi konsumsi orang dewasa. Tetapi justru materi semacam inilah yang paling banyak ada di televisi. Karenanya anak-anak menjadi lebih mengenal semua ini dari media massa, dibandingkan dari pendidikan formal atau pengalaman nyata.

 

Menurut Jean Piaget seorang ahli psikologi anak, sebenarnya peran media massa tidak secara langsung mempengaruhi anak. Ketika umur anak-anak kurang dari tujuh tahun mungkin mereka tidak begitu memperhatikan mengenai apa yang terjadi di lingkungannya. Tetapi kemudian pemikiran anak mulai berkembang seiring dengan kedewasaan mereka. 

Pemikiran skeptis mulai muncul seiring dengan perkembangan mereka ketika melihat pemberitaan dan pembelajaran dari media massa. Jadi, pada saat dewasa justru merupakan waktu dimana pemikiran orang mudah untuk dimasuki oleh pemberitaan dan tayangan dari media massa. Hal semacam ini terjadi seiring dengan berkembangnya pemikiran skeptisisme di masa dewasa.[14]

 

  • Dampak Pemilu Bagi Ketahanan Keluarga
  • Tipologi Mencari Dukungan (Pendekatan Kekeluargaan)

 

Seperti yang penulis uraikan diatas bahwa warna politik menjelang pemilu di Kecamatan Poigar sangat bervariasi, namun yang mencolok adalah politik identitas kekeluargaan, dan ekspresi dukungan masyarakat baik di dunia maya maupun di kehidupan sosial sehari-hari. Politik kekeluargaan dimanfaatkan oleh para kontestan PILEG dalam meraup suara dengan pendekatan kesamaan nama belakang atau marga. Biasanya dengan melihat asal-usul keluarga tersebut dan dihubung-hubungkan dengan status Kontestan.

 

  • Birokrasi

 

Pemerintah ditingkatan Desa memegang peranan penting dalam pagelaran pemilu 2024, meskipun ada larangan soal netralitas baik ASN maupun pemerintah, namun praktik yang terjadi dilapangan sangat berbeda mengingat apa yang ditampilkan oleh pejabat ditingkat pusat adalah kampanye paslon tertentu. Ditingkatan desa, adanya indikasi keberpihakan pemerindah desa dalam mendukung kontestan tertentu, dampaknya jelas bahwa aparatur desa menjadi penyambung dari agenda tersebut.

 

  • Dunia maya

 

Tidak mengherankan bahwa dunia maya menjadi sangat ramai dalam pemberitaan dan pembahasan mengenai pemilu ataupun paslon tertentu, saling adu sindir satu sama lain tidak terelakan. Dunia maya menjadi wadah ekspresi tanpa batas masyarakat Kecamatan poigar.

 

  • Dampak

 

Dari 3 uraian di atas masing-masing membawa dampak tersendiri bagi tiap anggota keluarga, tipe yang pertama:

 

  • Dengan pendekatan kekeluargaan yang paling sering digunakan, para kontestan mencari tiap keluarga yang beranggotakan banyak orang dan mulai mencari suara, keluarga yang menerima tersebut sering luluh dan siap mendukung dikarenakan janji-janji tersebut, anggota keluarga lain tinggal mengikuti saja dan tidak ada pertimbangan lain, akibatnya tidak ada keleluasan pilihan di dalamnya serta peran orang tua sebagai pendidik politik utama tidak terealisasi.
  • Tipe kedua adalah birokrasi, dimana pemerintah tiap desa yang dipilih oleh masyarakat mempunyai daya tarik yang besar untuk mengarahkan masyarakatnya melalui aparatur desa, dampak signifikan yang dirasakan tentu adalah anggota keluarga dari aparatur Desa tersebut dimana tidak mempunyai keleluasan pilihan, kondisi ini berdampak juga pada kondisi sosial dimana masyarakat dengan sendirinya dapat mengklasifikasi dan memetakan dukungan tiap anggota keluarga dalam payung pemerintahan, sehingga terciptanya jarak antar individu satu dengan yang lainnya, dan jika pengaruhnya sangat kuat maka bisa berujung pada kesenjangan hubungan sosial yang panjang ditengah masyarakat.
  • Tipe ketiga didunia maya, sering kali saling sindir di dunia maya membuat orang salah menafsirkan sehingga tidak jarang berujung pada kesalahpahaman dan pertikaian, kejadian seperti ini bukan hanya satu atau dua kasus namun sangat masif terjadi, dampaknya jelas adalah hubungan antar masyarakat.

 

Kondisi diatas jika dilihat sangat mungkin terjadi di daerah manapun, namun justru hal ini banyak di biarkan dan berlangsung dari tiap pemilu, dampak terburuk dari kondisi diatas adalah makin tergerusnya rasa kekeluargaan tiap anggota keluarga, hubungan sosial masyarakat, serta upaya pendidikan politik yang sia-sia.

 

Maka pendidikan politik dalam hal ini menjadi hal yang sangat penting khususnya dalam anggota keluarga sebagai unit terkecil di tengah masyarakat, pendidikan politik yang dimaksud dengan menitik beratkan pada kesatuan dan keutuhan hubungan keluarga, kekerabatan, sosial dan bermasyarakat. 

Selain itu pendidikan politik harus mampu menyentuh tingkat kesadaran tiap individu bahwa pagelaran pemilu menjadi ajang mengkritisi tiap kontestan pemilu dengan tidak hanya melihat latar belakang serta ketokohan, namu lebih daripada itu adalah gagasan yang paling utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun