Mohon tunggu...
Vindri MuliadiAdampe
Vindri MuliadiAdampe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rakyat Biasa

saya adalah rakyat biasa yang ingin hidup damai, beragama dengan baik, dan bersosial dengan sesama tanpa ada perbedaan apapun.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Pemilu 2024 Pada Ketahanan Keluarga (Bolaang Mongondow)

4 Maret 2024   21:38 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun sama-sama besar, porsi pengaruh keluarga terlihat sedikit lebih tinggi untuk pilihan presiden ketimbang pilihan parpol. Hal ini tidak terlepas dari pola komunikasi dalam keluarga yang berdinamika dalam kondisi informal sehingga komunikasi yang terbentuk pun lebih bersifat sehari-hari.

Lebih dari separuh responden (65,8 persen) survei mengaku, dalam memilih sosok presiden, keluarga paling memengaruhi pilihan mereka. Keluarga yang dimaksud meliputi orangtua, pasangan suami atau istri, anak, hingga saudara. Selain pilihan calon presiden, pengaruh keluarga juga terlihat pada pilihan partai. Dengan proporsi lebih kecil, sebanyak 62,3 persen responden mengaku keluarga turut memengaruhi mereka dalam menentukan pilihan partai politik.[13]

 

Sosialisasi politik memang dimulai dari masa kecil. Awalnya anak-anak mempelajari pola perilaku yang layak ditiru atau dilakukan. Sejak kecil anak-anak sudah diperkenalkan tentang hak milik, hak untuk meminta sesuatu, atau tidak menganggu hak orang lain, membuat keputusan, dan lain-lain. Semua ini terkadang diajarkan tanpa disadari sebagai suatu proses sosialisasi.

 

Selain peran keluarga, saat anak-anak juga banyak dipengaruhi oleh media massa. Sebagian besar anak-anak didunia modern ini sudah berkenalan dengan televisi sejak masa kecilnya. Bahkan waktu yang dihabiskan bersama televisi bisa lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dipakai untuk pendidikan formal disekolah. 

Padahal, menurut beberapa survei, diperkirakan tayangan televisi 80% materinya lebih diarahkan untuk orang dewasa. Informasi media tentang dunia kriminal, perang, konflik politik, pemilu, pilkada juga mengenai seks, jelas-jelas diperuntukkan bagi konsumsi orang dewasa. Tetapi justru materi semacam inilah yang paling banyak ada di televisi. Karenanya anak-anak menjadi lebih mengenal semua ini dari media massa, dibandingkan dari pendidikan formal atau pengalaman nyata.

 

Menurut Jean Piaget seorang ahli psikologi anak, sebenarnya peran media massa tidak secara langsung mempengaruhi anak. Ketika umur anak-anak kurang dari tujuh tahun mungkin mereka tidak begitu memperhatikan mengenai apa yang terjadi di lingkungannya. Tetapi kemudian pemikiran anak mulai berkembang seiring dengan kedewasaan mereka. 

Pemikiran skeptis mulai muncul seiring dengan perkembangan mereka ketika melihat pemberitaan dan pembelajaran dari media massa. Jadi, pada saat dewasa justru merupakan waktu dimana pemikiran orang mudah untuk dimasuki oleh pemberitaan dan tayangan dari media massa. Hal semacam ini terjadi seiring dengan berkembangnya pemikiran skeptisisme di masa dewasa.[14]

 

  • Dampak Pemilu Bagi Ketahanan Keluarga
  • Tipologi Mencari Dukungan (Pendekatan Kekeluargaan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun