"Aku tidak tahu," Kimaya menjawab tanpa melepaskan pandangannya ke HP. "Nih, Tommy memastikan akan datang."
"Kok kamu terdengar ragu?"
"Sejauh yang aku kenal, dia tidak suka menonton musik. Heran saja tiba-tiba dia muncul di cafe itu. Mau juga aku tawarin VVIP," jelas Kimaya. Adian mulai curiga.
"Kita lihat saja nanti," celetuk Adian yang sedikit cemas.
---
Setelah makan siang, bertiga, Kimaya, Mona dan Adian menuju cafe di Ubud. Acara akan dimulai pukul delapan malam. Mona segera membagi tugas dengan kru lain, dan Adian juga mendapat bagian untuk pengecekan tiket.
Di depan bersama kru yang lain, Adian menempatkan diri di dekat pintu masuk. Dilihatnya banyak orang sudah mengantri. Cafe ini dibagi dua, ada sisi depan yang dipakai untuk restoran dan pengunjung umum. Di bagian belakang berpintu dan ber-AC untuk pementasan dengan pengunjung yang terbatas. Pakai tiket tadi. Makan malam sudah termasuk dalam tiket.
Satu orang cukup menonjol di antrian. Tommy. Tinggi dengan pakaian yang modis seperti model. Adian menelan ludahnya, merasa ada pesaing yang cukup berat, eh tinggi.
Tommy sudah membawa tiket yang diambilnya dari resepsionis di depan. Dia mengenali Adian ketika mendekat di depannya.
"Hey," sapa Tommy kaku.Â
"Silakan masuk," Adian menjawab formal.