Walaupun Tommy ingin sekali ngobrol dengan Kimaya, dia tetap tahu diri. Segera pamit dan membawa mobilnya keluar dari pekarangan rumah Kimaya. Dilihat dari spionnya, Kimaya sudah tidak ada lagi di teras, langsung masuk ke rumah.
---
"Kamu datang dari Jogja?" Kimaya langsung duduk di depan Adian. Masih tidak percaya cowok ini ada di depannya. Adian terlihat manis, pakai kaus dan kemeja yang tidak dikancingkan dan celana pendek warna terang. "Kamu seperti turis."
"Iya, dan aku belum makan. Lapar. Subuh sudah di bandara," Adian merajuk. Kimaya tertawa karena kegagahan Adian tadi lenyap.
"Ayok cari nasi kuning di sebelah," ajak Kimaya. Mona menghilang entah ke mana.
Berdua berjalan keluar dari gerbang sambil saling berbagi cerita, lama tidak berjumpa. Kimaya sering tertawa karena Adian punya tebakan lucu yang belum pernah dia dengar. Tak terasa mereka sampai di warung makan dekat rumah Kimaya. Mereka tidak menyadari mobil Tommy ada di seberang.
Tommy sebenarnya ingin langsung pergi. Namun pikiran yang berkecamuk membuatnya menghentikan mobil di depan rumah Kimaya, menunggu perasaannya tenang kembali. Tapi malah dia dihadapkan pemandangan yang membuat hatinya terbakar.
Dia melihat Kimaya berjalan beriringan dengan Adian dan cewek itu memukul-mukul lengan Adian dengan akrab. Tiba-tiba saja Adian melepaskan kemejanya dan menunjukkan lengannya yang kokoh berotot. Kimaya seperti mengagumi lengan cowok itu. Dada Tommy bergemuruh. Kimaya belum pernah memperlakukan dia seperti itu, batinnya.
Tidak itu saja, Kimaya meraih kemeja yang dipegang Adian dan membawakannya dengan melipatnya di lengannya. Adian tetap berceloteh sambil menunjukkan otot-otot besarnya. Dia memakai kaus tanpa lengan, semakin mendukung badannya yang bagus.Â
Adian sibuk memesan makanan dengan dibantu Kimaya. Mereka tidak berhenti saling berbicara dan tertawa. Sebentar saja, Adian membawa satu kresek kecil berisi bungkusan nasi kuning. Kemeja tetap dipegang Kimaya. Mereka kembali ke rumah dengan candaan yang sama.
Tommy merasa pusing. Adian pasti bukan saudara, dia yakin itu.