"Aku mau mengajak kamu keluar, kalau kamu mau?" Tommy masih berhati-hati.
"Keluar? Pagi-pagi? Ada apa?" Kimaya masih ingin menahan diri, dia ingin kepastian mau ke mana arah Tommy. Dia tidak mau terjebak.
"Mau mendiskusikan sesuatu ..." Tommy menggaruk-garuk kepalanya, sesulit ini mengajak Kimaya pergi?
Tiba-tiba di pintu gerbang ada suara keras, suara cowok.
"Kim!!! Aku datang!!!"
"Adian???" Kimaya tidak kalah keras suaranya, bukan mengimbangi suara Adian, tapi dia beneran terkejut. Tommy juga sedikit melompat kaget dengan suara-suara keras itu.
Mona yang barusan mandi, memakai style yang sama dengan Kimaya, berlari keluar. Dia sedikit tercengang ada cowok keren berkacamata hitam bersandar di mobil, menatap Kimaya. Lalu dia menyadari suara Adian, yang pernah dia rindukan. Lalu mencari-cari asal suara itu.
Adian dengan gagah berjalan memasuki gerbang. Taksi di belakangnya terlihat barusan meninggalkannya. Dia membawa satu tas gym dan ransel serta satu dus indomie dengan rafia pink. Sungguh pemandangan aneh dibanding dengan ketampanan Adian.
Kimaya masih terpaku di tempat sama, di ujung atas tangga teras. Terpana karena serangan bertubi dari Tommy dan kemunculan Adian.
Sedikit berlari, Adian mendapati Kimaya. Tas gym dan dus indomie dia taruh di tangga. Setelah tangannya bebas, dipeluknya Kimaya tanpa tahu ada Tommy di dekat situ. Kimaya pun otomatis membalas pelukan erat Adian.
"Datang nggak bilang-bilang?" teriak Kimaya di dekat telinga Adian. Cowok itu senang karena suara Kimaya masuk ke telinganya dan langsung menyentuh hatinya, hangat. "Kan bisa dijemput?"