"Kimaya menang taruhan, guys. Berhasil bikin aku tertarik sama dia," penjelasan Adian membuat suasana menjadi hening. Yang lain yang tidak tahu taruhan itu menjadi paham keributan tadi.
"Kan batasnya waktu sebelum lulus SMA?" Nishi masih berusaha protes.
"Aku sebenarnya sudah tertarik sama Kimaya sejak naik kelas tiga, tapi keburu kita sibuk ujian dan pisahan waktu kuliah," Adian dengan sabar dan senang memaparkan teorinya. Dia tersenyum melihat tatapan Kimaya yang berbinar ke duit segepok di meja itu.
"Benar ini buat aku, Di?" Kimaya berkata serak, terharu dan menatap Adian dengan muka memohon.
Adian mengangguk dan tersenyum.Â
"Wuah, bisa ditransfer enggak? Ini dua puluh ribuan, bikin mataku ijo semua," kata-kata Kimaya memecah keheningan.
"Kim, kamu paham itu artinya apa?" Navia bertanya dengan hati-hati. Kayaknya Kimaya tidak paham bahwa dengan begitu Adian memproklamirkan bahwa mereka jadian atau Adian nembak Kimaya di depan semua orang.
"Artinya, aku tidak perlu keluar duit buat beli oleh-oleh," Kimaya dengan polosnya menjawab. Dia tahu, Adian hanya bercanda tapi dia mendukung apapun rencana cowok itu. Mereka sudah kembali bersahabat sejak dari Bali.
"Kim!!!" keempat temannya berteriak gemas.
+++
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H