"Hai, Rino!" sapanya meriah. "Masih suka bakso goreng? Ada menunya nggak di sini?"
Rino terhenyak dengan sapaan itu. Hanya teman SMA yang tahu dia suka bakso goreng, itu pun hanya satu dua. Salah satunya Shana, dan ... "Kimaya???"
Kimaya membuka kedua tangannya, siap memeluk Rino yang sejak SMA selalu menjadi partner in crime. Rino mundur selangkah. Kimaya kecewa.
"Kimaya dulu tidak secantik ini ...," bisik Rino. Pukulan bertubi-tubi dari Kimaya mendarat di bahunya. Mereka tertawa bersama. Akhirnya Rino berhasil memeluk Kimaya, erat. Adian lega. Suasana kembali seperti dulu.
Saat itu, Kimaya lebih populer di kelompok para cowok, terutama karena Adian yang memberi pengantar kenapa cewek itu akhirnya datang, untuk pertama kalinya.
"Kim," teriakan suara cewek serentak ada di belakang Adian. Lalu dia menggaruk-garuk kepalanya, keempat sahabat Kimaya akhirnya menemukan mereka berdua. Jadi ingat taruhan waktu SMA ...
Nishi, Navina, Shana dan Vanah berlari mendapati Kimaya. Berlima mereka melompat-lompat seperti anak kecil mendapat mainan baru.Â
"Adian yang bawa kamu ke sini?" tanya Nishi iri. Dulu dia satu club fotografi dengan Adian tapi tanpa hasil kedekatan apapun. Kimaya yang mereka jebak untuk taruhan menarik perhatian Adian malah memberi kejutan di reuni.
"Iya, dia tahu aku tidak ada undangan reuni, tadi dijemput," jawab Kimaya ringan. Dia sudah terlalu biasa dengan keberadaan cowok itu.
"Nih, duit sejuta kamu, Kim," kata Adian sambil menaruh segepok dua puluh ribuan sejumlah satu juta di meja sekeliling para cewek itu.
"Kenapa?" Vanah bertanya heran.