"Mau mereka live music, tapi karena ada kamu, entah deh, ntar aku cari yang sebentar aja," kata Adian. Dia lebih ingin mengobrol dengan Kimaya.
"Reunian dengan panggung? Bukannya harusnya mengobrol dan makan-makan saja?" Kimaya semakin heran.
"Mungkin karena terlalu sering, jadinya obrolan sudah membosankan. Aku main musik dengan request dari mereka. Ada yang mau nyanyi bareng," Adian mengingat-ingat alasan live music. Dulu dia menerima apa adanya. Dengan pertanyaan kritis Kimaya, dia harus siap dengan jawaban logis.
"Oke, aku akan mengobrol, tentu saja," Kimaya memberi kepastian yang melegakan Adian. "Aku harus pakai baju apa?"
Adian tergelak. Kimaya benar-benar awam dengan acara reuni. Bebas, kaos juga oke, sahut Adian.
---
Adian dan Kimaya agak terlambat datang ke acara reuni. Motor Adian mogok karena ditinggal ke Bali hampir dua bulan. Dia lupa tidak minta saudaranya untuk memanasi motornya. Akki agak seok.
"Adian!!!" terdengar jeritan cewek-cewek di depan pintu masuk. Adian langsung menggamit tangan Kimaya, dia tidak mau kehilangan cewek itu dengan jeritan teman-temannya. Kimaya dengan luwes bergandengan karena sejak di Bali dia sudah terbiasa.Â
Tapi ternyata, kedekatan Adian dan Kimaya memberi efek luar biasa pada para hadirin peserta reuni yang cukup banyak yang datang, sekitar tiga puluhan orang.
"Hey, Adian sama siapa? Dia punya cewek sekarang? Wah, beruntung banget cewek itu," ada yang nyerocos sampai ke telinga Kimaya. Reflek dia ingin melepaskan gandengannya tapi Adian lebih sigap, dia menggenggam lebih erat. Kimaya menyerah, Adian lebih berpengalaman dan menguasai situasi, batinnya.
Tiga tahun lebih mereka berpisah. Kimaya tidak mudah dikenali. Bahkan Nishi, Navina, Shana dan Vanah pun tidak tertarik untuk melihat kehebohan di pintu masuk. Mereka hanya menoleh dan akhirnya kembali ke kesibukan obrolan di meja.