"Minggu depan kita sudah libur kuliah, Kim. Aku antar kamu ke Jogja. Kamu harus melupakan dia. Balik sini ketika kuliah sudah menyibukkan kamu lagi," Mona sudah tidak punya gagasan lain.
Keputusan Kimaya untuk memilih Bali sebagai tempat belajar dan berwisata ternyata salah. Bali hanya mengungkit luka lama, luka sedih yang berusaha dia lupakan selama ini. Yuda, sahabat dia, cinta pertama dia - yang akhirnya dia akui - selalu membayangi setiap sudut Bali.
Mona dan Kimaya sedang berada di Ngurah Rai ketika mereka bertabrakan dengan serombongan cowok yang bersenda gurau tanpa mempedulikan sekitar.
"Kalian ngapain sih?" sentak Kimaya. Tiba-tiba mulutnya kelu. Adian ada di tengah-tengah kelompok itu, menatapnya nanar.
"Kok ngamuknya berhenti, Kim?" Mona senang Kimaya sudah punya emosi lagi setelah seharian diam terbayang-bayang Yuda.
"Kim?"
"Adian?"
Cowok itu sudah berubah, semakin tinggi, semakin tegap berisi dann semakin keren. Mona sampai ternganga melihat ke arah Adian yang ternyata dikenal oleh Kimaya. Satu ide terlintas di benaknya.
"Kenalin dong, Kim," desak Mona. Dia dorong Kimaya ke tengah-tengah sekumpulan cowok yang kayaknya membahayakan dengan aksi mereka itu. Adian di tengah-tengah.
"Kamu kan nggak kuliah di Bali?" sahut Kimaya singkat karena Adian hanya diam menatapnya.
"Kenalin dong," Mona masih merengek di sampingnya.