"Nishi, pulang sekolah nanti, kamu harus ambil duit di ATM," teriak Vanah.
"Itu bukan berarti apa-apa!" sahut Kimaya sambil melambai-lambaikan tangannya, menolak ucapan Vanah.
Sepulang sekolah, Kimaya berusaha mengingat untuk berjalan ke arah parkir motor. Biasanya dia lewat gerbang yang jauh dari tempat parkir. Namun dia ingin menghargai Adian yang tumben memberi perhatian padanya.
Dia lihat Adian sedang berbincang dengan sekelompok temannya di dekat pintu masuk parkir motor. Tapi ketika melihat Kimaya di kejauhan, dia lalu melambai dan menjahui temannya untuk menuju ke arah Kimaya.
"Kamu tidak tahu motorku yang mana, kan?" kata Adian tersenyum. Jantung Kimaya serasa berhenti berdetak, itu pertama kalinya Adian tersenyum padanya, dan ternyata senyuman itu terlalu sempurna untuk jantungnya.
"Kenapa aku harus tahu motor kamu? Emangnya ada kuis?" sahut Kimaya asal. Eh, Adian malah meledak tawanya.
"Aku mau minta tolong kamu, antar aku untuk cari coklat terenak," Adian menarik tali tas Kimaya ke arah motornya. Cewek itu tidak bisa menolak, takut tali tasnya putus.
Ketika membonceng, Adian mengajaknya bicara. Jalanan terlalu ramai, Kimaya tidak mendengar apapun. Di lampu merah, dia minta Adian untuk tidak bicara apapun padanya. "Telingaku macet." Adian tertawa.
"Kamu lucu," kata Adian ketika mereka sudah sampai di toko coklat. Kimaya diam saja, menurutnya itu bukan pujian.
Sampai di dalam toko, Kimaya sudah tenggelam dalam kebahagiaan di tengah bertaburnya coklat dan banyak tester gratis untuk dia coba.Â
"Jangan lupa memilih yang enak, Kim," Adian mengingatkan.