"Oh, Happy Valentine's Day, Nishi," jawab Kimaya sambil lalu karena sudah sibuk membuka coklat yang terbungkus kecil hanya sekali suap habis. Nishi kejam, pikirnya.
Vanah bergabung dengan Kimaya dan Nishi. Mengambil coklat di kantung kecil itu. "Eh, satu saja," teriak Nishi. Vanah hanya tertawa. Tapi kemudian tiba-tiba dia terdiam dan melotot ke arah belakang Kimaya.
Kimaya menengok karena penasaran apa yang membuat muka Vanah kayak melihat hantu di siang bolong.
"Ayo, jadi sarapan, kan?" cowok itu menatap Kimaya tajam. Oh, batin Kimaya yang baru paham.
"Kamu sudah jadian sama Adian?" bisik Vanah. "Kok nggak bilang-bilang, sih?"
"Belum," kata Kimaya singkat namun dia mengikuti Adian ke arah kantin.
"Jadi tadi itu kamu yang chat aku pagi-pagi?" tanya Kimaya cuek.
"Kan sudah aku jawab?" sahut Adian sambil mengerutkan keningnya.
"Oh, aku belum buka HP lagi," jawab Kimaya tanpa malu.
Sebenarnya Kimaya tidak ingin sarapan tapi dia penasaran dengan Adian. Cowok itu adalah yang dia pertaruhkan akan jadian dengan dia sebelum lulus. Cowok populer yang dipertaruhkan akan takluk dengan Kimaya yang sederhana. Sejuta taruhannya.
Kimaya tersenyum teringat taruhan tahun lalu itu. Dia tidak berusaha apapun karena dia tidak tertarik dengan Adian yang tampan dan pintar idola seluruh cewek satu sekolah, bahkan guru perempuan juga.