Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertaruhan Kimaya

3 Desember 2022   22:32 Diperbarui: 3 Desember 2022   23:36 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Hannah Busing on Unsplash.com   

Part 1

Kerja kelompok di rumah Nishi sangat ditunggu-tunggu Kimaya. Beberapa minggu terakhir, japoknya selalu di sekolah, sehingga dia harus pulang sore bahkan hampir gelap. Sampai rumah kecapekan, mandi, makan langsung tidur. Hari berlalu dengan cepat tapi tidak ada makna.

"Kim, nanti ke rumah Nishi barengan aja, ya?" sahabatnya, Navina, juga bersemangat ke rumah Nishi. Pasti dia akan siap dengan mobil dan menjemput Kimaya sambil keliling kota sebentar.

"Kamu hanya jemput aku atau sama yang lain?" tanya Kimaya. Dia perlu memperhitungkan waktu.

"Belum tahu," Navina selalu tidak memberi kepastian. Kimaya hanya mengedikkan bahu, sudah biasa.

Rumah Nishi sangat besar dan berlantai dua. Berlima, Kimaya, Nishi, Navina, Shana dan Vanah, menguasai ruang tengah yang bertabur snack dan berdekatan dengan meja makan yang sudah terlihat ada yang mengepul, mengundang untuk dicicipi.

"Guys, aku ada dua japok malam ini," Nishi memberi pengumuman. "Di lantai atas, ada klub fotografiku yang mau mengadakan event. Beberapa sudah ada yang di atas nanti ada yang menyusul. Aku naik turun nggak papa, ya?"

"Nggak, papa," jawab Kimaya semangat. Dia tidak peduli dengan pembagian pekerjaan. Peran Nishi sudah besar, sebagai seksi tempat dan logistik. Lainnya tampaknya setuju karena tidak ada protes.

Selama satu setengah jam Shana dan Vanah terlihat hilir mudik dari meja snack, meja jus dan meja makan. Yang terakhir mereka hanya memandang tanpa menyentuh.

"Eh, kalian kenyang duluan sebelum dinner, loh," tegur Navina. Dia yang paling rame untuk diet. Semua pengin seperti dia, tapi tidak ada yang konsisten.

"Iya, iya," kata Vanah. Tapi dia kemudian tertegun melihat ke jendela kaca besar yang mengarah ke tangga naik di lantai dua. "Eh, guys, itu kan si Adian, kan?"

Semua menghambur ke jendela, kecuali Kimaya yang masih sibuk dengan laptopnya. Nishi juga menghambur tapi ke pintu luar sambil menyapa cowok itu. Adian terlihat istimewa tanpa baju seragamnya. Tinggi dan terlihat keren walau hanya pakai tshirt dan celanan jeans.

"Wah, beruntung sekali Nishi satu klub dengan Adian, ya. Bisa-bisa kamera Nishi isinya wajah cakep Adian semua," bisik Vanah kepada Navina.

"Emang Adian kenapa?" ternyata Kimaya bisa mendengar bisikan tersebut.

Ketiganya lalu menghambur ke arah Kimaya. Mereka mencercanya karena tidak tahu kehebatan Adian di kelas sebelah, selain juara dia juga dulu mantan calon Ketua Osis tapi mengundurkan diri karena lebih ingin fokus di ekskul basket yang sering ikut lomba.

"Oh," jawab Kimaya yang langsung diprotes teman-temannya.

"Kamu ngeremehin bener deh, Kim."
"Kamu sih cuma ikut ekskul teater, kalau ikutan nonton basket dan volley pasti sering liat Adian ini."
"Coba Kimaya ketemu Adian, langsung klepek-klepek deh."

"Masak sih?" Kimaya masih terheran-heran dengan yang namanya Adian ini. "Anaknya kedengarannya hebat, tapi baik nggak orangnya?"

Semua cewek-cewek di situ mengerang mendengarnya. "Guys," kata Navina. "Aku yakin, Kimaya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Adian ini. Kita semua fansnya, loh, Kim."

"Iya, mudah banget jatuh cinta sama Adian. Apalagi kalau sudah ngobrol sama dia. Suaranya dalem dan adem," Vanah menyahut.

"Berani taruhan berapa, Kim?" Shana mulai memanas-manasi karena dia terganggu dengan kecuekan Kimaya.

"Jangan taruhan Kimaya suka sama Adian," Navina malah protes. "Aku mau kalau taruhannya Adian mau sama Kimaya."

"Guys, guys, aku nggak mau taruhan, aku pasti kalah," Kimaya ngakak. Dia tahu diri sebagai cewek yang tidak suka berdandan dan barang bermerek, dia merasa sangat tidak fashionable dan tidak mungkin menarik perhatian Adian yang populer.

"Makanya aku mau kita taruhan supaya kamu berubah dikitlah, lebih feminin gitu, biar menang," kata Shana lagi. "Menurutku kamu bisa Kim."

"Berapa?" tanya Kimaya. Dia geli sendiri.

"Duit sejuta!" kata Navina.

"Hah? Entar kalau aku kalah semua aku tanggung sendirian, dong?" Kimaya protes berat.

"Makanya menang dong," bujuk Vanah. "Kami sih bisa ajak Nishi gabung, cuma keluar dua ratus lima puluh ribu doang."

Alhasil japok hari itu tidak menyelesaikan tugas tapi membawa misi taruhan Kimaya mendapatkan Adian dalam waktu sesingkat-singkatnya. Yang jelas sebelum lulus SMA.

"Peer presure, nih," teriak Kimaya santai, dia tahu, keempat sahabatnya tidak mungkin mencekik dia dengan duit sejuta.

"Act normal ya, guys," kata Shana ketika rombongan klub fotografi yang ada Adian dan Nishi terlihat menuruni tangga dan berjalan keluar. Mereka tidak mau ada kontak hari itu, tapi membiarkan Kimaya mengenal mana yang sosok Adian.

Mereka ketawa ketika melihat Kimaya melotot nanar terpancang pada kemunculan Adian yang berdiri di tengah-tengah. Anak klub fotografi hanya ada dua cewek termasuk Nishi, lainnya cowok. Namun Adian terlihat tenar juga di antara teman cowoknya.

"Meleleh nggak, hati kamu?" tanya Shana kepada Kimaya. 

Kimaya dengan terpaksa mengakui bahwa Adian sangat menarik untuk dilihat dan ditatap serta dicelupin, eh. Wajahnya ramah dan tampan. Tidak senyumpun tetap enak dilihat. Tawanya renyah dan merdu di telinga. 

Kimaya setuju kalau dia sudah dianggap jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu dia baru menyadari ruangan japok sangat sepi. Ketika menoleh ke teman-temannya, mereka ternyata sedang memperhatikan gerak-gerik Adian juga. 

Hanya saja Nishi terlihat bolak balik menoleh ke arah jendela di mana mereka japok. Shana sudah memberitahu tentang taruhan tersebut ketika Nishi bergabung sebentar.

"Ngapain sih si Nishi ini?" keluh Shana. "Ntar skenario taruhan kita ketahuan deh. Jangan sampai Adian minta masuk ke sini dan kenalan sama kita-kita. Bisa-bisa malah aku yang jadian sama Adian."

Shana langsung meringis ditimpuki bantal-bantal oleh seluruh ketiga cewek di situ.

Tak lama Nishi juga bergabung menimpuki bantal tanpa tahu alasannya kenapa.

"Guys, aku ada pengumuman penting dan genting, nih," kata Nishi setelah dia tidak mendapatkan bantal buat dilempar.

Semua langsung terdiam dan duduk manis di depan nona rumah.

"Klub fotografi butuh satu cewek lagi buat jadi anggota, terutama jadi model. Apakah Kimaya bisa masuk?" tanyanya berdebar.

"Tidak!!!" Shana, Vanah, Navina dan bahkan Kimaya hampir berbarengan menjawabnya.

"Kenapa? Kan bisa bantu Kimaya?"

"Justru itu," Kimaya sendiri yang menjawab. "Aku ingin menang sesuai kemampuanku sendiri."

"Wah, profesional sekali nih sobit Kim ini," sahut Shana kagum. Dia sendiri ingin segera masuk ke klub itu.

Akhirnya Shana beruntung, Nishi memilihnya. Dia punya kamera dan suka fotografi walau amatiran. Tinggi dia juga cocok sebagai model pada umumnya. Tambahan rambutnya panjang, lebih dari sebahu jadi bisa direka bentuknya.

Sangat berbeda dengan aku, bisik Kimaya dalam hati. Dia tidak iri pada Shana, tapi dia tahu diri bahwa level cewek ideal sangat jauh antara Shana dan dirinya.

[lanjut ke Part 2]  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun