Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menemukan yang Berharga

3 Mei 2022   22:51 Diperbarui: 29 Mei 2022   22:00 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Austin Neill, sumber Unsplash.com   

"Malam ini tidak ada acara apapun habis pertunjukan," dengan berat Iva mengumumkan itu. Semua acara dinner harus dibatalkan. Diundur besok malam. Semua media digabung jadi satu, termasuk media dari luar kota yang akan menerima event selanjutnya.

"Aku bermimpi," Osa masih tidak antusias.

"Tidak, sana, keluar gih, gedung sudah sepi. Yang penting kamu kembali sebelum tengah malam. Kamu butuh istirahat," kata Iva sambil menarik tangan kekar Osa dan mendorong bahu bidangnya keluar dari ruang makeup. Osa masih menoleh ke belakang, bingung.

"Oya, minum vitamin ini kalau kamu makan sesuatu, sekalian buat suplemen," Iva memasukkan sebungkus plastik berisi pil multivitamin ke saku celana cowok itu.

Osa baru menyadari keberuntungannya ketika dia merasakan angin semilir segar malam hari di lorong gedung itu. Dia perhatikan sekitarnya sepi, sampai dia di gerbang dan hanya bertemu dua satpam yang mengenalinya sebagai kru acara karena dia pakai kaos kru. Biasanya dia bahkan tidak bisa berjalan dengan lancar karena penuh orang yang mengerumuninya.

"Saya akan kembali sebelum jam dua belas, Pak," sapanya meriah. Satpam memastikan mereka akan siap di gerbang semalaman.

Begitu keluar dari gerbang, Osa baru sadar, kebebasan ini membingungkan karena biasanya hidupnya diatur oleh manajer atau kontrak atau rundown acara. Sekarang dia bisa memutuskan akan jalan ke kiri, ke kanan, atau malah menyeberang jalanan yang sepi.

Pukul sembilan malam, masih ada beberapa lampu menyala, terutama lampu cafe dan supermarket yang buka dua puluh empat jam. 

Tiba-tiba saja Osa ingin kopi yang bukan buatan krunya. Dia menuju cafe terdekat, rencananya akan minum di sana sambil menikmati kebebasannya dari instruksi Iva.  

Di cafe itu ada beberapa meja, dan hanya dua yang terisi dengan sekelompok orang. Sepi tapi luas. Sudah ada tiga orang yang mengantri di depan kasir. Osa menikmati menjadi orang biasa, ikut mengantri. Biasanya orang lain yang mengantrikan, dia tinggal duduk di meja dan menunggu.

Sambil menunggu antrian, Osa memeriksa sakunya. Akan lucu ketika dia tidak membawa uang cash atau bahkan dompetnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun