Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Iko

30 Desember 2021   20:12 Diperbarui: 30 Desember 2021   20:13 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan gitu, Ko, karma loh," teriak Kori kuat-kuat yang dipercayanya bisa menghilangkan kutukan pada Iko.

"Aku tidak percaya karma," kata Iko menutup diskusi yang dianggapnya tidak menguntungkan ini.

Hingga akhirnya Iko bertemu Arimbi, rivalnya dalam memasuki perusahaan marketing bonafid yang diimpikannya. Hanya ada satu lowongan. Akhirnya dia dan Arimbi yang diterima karena perusahaan tidak mau kehilangan keduanya.

Saat itu Iko menoleh pada Arimbi yang duduk di sampingnya, di depan boss Daniel yang memberikan jawaban proses lamaran mereka.

Dilihatnya Arimbi adalah cewek biasa, tapi membuatnya menoleh dan memperhatikannya lekat-lekat. Rambutnya panjang tapi tidak terlalu rapi. Bajunya polos tanpa terlihat modis. Makeupnya tipis, hanya lipstik warna natural dan bedak tipis yang membuat mukanya tidak mengkilap. Cewek biasa tapi mengambil perhatiannya. Iko merasa tidak nyaman.

Arimbi hanya sekali menoleh padanya dan setelah itu tatapannya lurus ke depan, ke Pak Daniel si pengusaha muda.

Lalu dia ingat ancaman Kori tentang karma. "Apakah aku tertarik pada cewek yang jauh di bawah standar cewek-cewek yang mengejar aku?" katanya dalam hati, dan langsung saja Iko membuang jauh-jauh pikiran itu.

Namun Arimbi semakin hari membuatnya terperangkap. Keduanya sadar kalau bersaing mencari posisi diangkat menjadi karyawan tetap secepat mungkin. "Apakah karena persaingan ini?" pikir Iko. Selama ini dia hanya bersaing dengan cowok.

Dia tepis rasa ketertarikan pada Arimbi, dipegangnya alasan bahwa Arimbi beda, dia pesaing, yang harus diamati gerak-geriknya.

Hanya saja Iko merasa tidak nyaman kalau Arimbi tidak masuk kantor. Dia ingin bertemu dan berdebat dengan cewek itu setiap hari. Iko menyadari perkembangan ini tapi dia tidak mau menerimanya. Semakin dia menolak, semakin sering dia mengajak Arimbi dalam satu tim proyek iklan.

Tahun kedua bekerja, Iko mendapati dirinya sering ke rumah Arimbi tanpa sebab. Cewek itu pun biasa saja menerimanya. Bahkan memperlakukannya seperti orang serumah, menyambutnya dengan handuk melilit di kepalanya dan celana pendek serta kaus apa adanya. Iko kadang tercekat dengan pemandangan yang sangat biasa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun