Pertanyaan yang selalu ditujukan kepada John Maxwell seorang pakar leadership terkemuka disetiap seminarnya adalah “bagaimana saya mengimplementasikan apa yang Anda ajarkan sedangkan saya bukanlah seorang top leader”. Pertanyaan yang sama mungkin akan diajukan oleh mereka yang disodori buku leadership berjudul 29 rahasia kepemimpinan Jack Welch.
Bagi Maxwell leadership dibutuhkan ketika seseorang berkeinginan untuk mengambil inisiatif, baik terhadap atasan, rekan kerja maupun terhadap bawahan. Ini dari sisi aktif, namun dari sisi pasif dengan membaca buku ini setidaknya kita dapat memahami apa kira-kira yang menjadi trend pemikiran leader secara umum, mengingat Buku tentang Jack Welch adalah salahsatu referensi penting bagi para leader.
Buku ini berisi 29 kiat Jack Welch menjadi leader terkemuka, dibagi atas 4 bagian, yang mengalir dalam bentuk perubahan-perubahan yang dilakukan Welch sebagai dasar keseluruhan proses kepemimpinannya dari tahun1980 sampai 2001.
Visi: cara pandang berbeda seorang pemimpin
Jack Well membangun visi seiring dengan langkahnya yang berani dalam melakukan perubahan komprehensif. Pada awal kepemimpinannya Welch memangkas 350 jenis usaha menjadi 12 jenis usaha, sehingga mendatangkan konsekwensi pemutusan hubungan kerja pada ribuan karyawan GE, yang sempat mengguncang ketenagakerjaan Amerika Serikat. Dari sini bisa diresapi tentang hal-hal yang tidak bisa diukur dari tindakan seorang pemimpin. Hal ini disebabkan cara pandang seorang pemimpin yang berbeda dengan seorang pekerja, serta tidak harus sama dengan pandangan umum para pengamat bisnis.
A.B Susanto, Managing Partner The Jakarta Consulting Group menggambarkan Organisasi layaknya sebuah gunung. Makin tinggi posisinya, makin jauh jarak pandangannya. Jika di kaki gunung kita hanya dapat memandang 1 kilometer ke depan, di puncak gunung kita bisa memandang 20 kilometer ke depan. Di kaki ‘gunung organisasi’ para karyawan hanya dapat memandang 1 tahun ke depan, pimpinan puncak harus dapat memandang 10 atau 20 tahun ke depan. Para karyawan di kaki gunung berkutat dengan masalah teknis operasional, para pimpinan di puncak gunung berkutat dengan visi dan masalah-masalah strategis.
Bisa dikatakan tidak ada yang meramalkan kalau beberapa tahun kemudian Jack Welch malah menambah jauh lebih banyak pekerjanya dibanding yang dikeluarkan. Jika sebelumnya dia tidak melakukan phk, mungkin justru dikemudian hari harus mengeluarkan lebih banyak lagi pekerja.
Jack Welch dan Musashi: perjuangan hidup dan mati
Membandingkan kedua buku ini memperkuat keyakinan akan sangat esensinya faktor nilai-nilai yang melampaui seluruh unsur simbol-simbol. Disiplin Welch pada nilai-nilai mengharuskannya meninggalkan kemewahan birokrasi saat itu, membuahkan sangat banyak manfaat bagi pertumbuhan perusahaan.
Kesamaan Jack Welch dan Musashi dapat dilihat melalui semboyan Welch: “survival for fittest” (yang terkuat yang mampu bertahan). Dia mewajibkan seluruh bisnis GE untuk menjadi nomor satu atau nomor dua di pasarnya masing-masing (hal. 45).
Umumnya strategi yang diterapkan mirip dengan konsep dasar strech (merentangkan) yang kemudian diterapkan pada karyawannya. Welch sudah mendahului sejak awal, menekan dirinya dengan target setinggi mungkin, lalu merelisasikannya (hal.129).
Satu strategi lurus saja tidak cukup bagi Welch, dia masih harus menempatkan strategi yang berlapis dan saling berhubungan. Teori mengurangi lapisan disinergikan dengan strategi boundaryless. Dampaknya bagai vitamin dengan tambahan suplemen, selalu saja ada kiat tambahan memperkuat dan mempercepat hasil dari strategi sebelumnya. (hal 103).
Perubahan Welch: revolusioner terhadap kebiasaan, Jurus-jurus Aikido yang memainkan kelembaman memanfaatkan kekuatan lawan
Mengikuti uraian setiap rahasia Welch menggambarkan sikapnya yang revolusioner terhadap kebiasaan, bahkan bisa dicap menyimpang dan bertolak belakang, sehingga kadang dianggap gagasan gila. Namun dia berhasil membuktikan keyakinannya. Seperti jurus-jurus aikido yang memainkan kelembaman memanfaatkan kekuatan lawan, Welch memimpin dengan mengendalikan apa yang selama ini disebut sebagai kebiasaan oleh para pesaingnya.
Saat semua orang terpaku pada keyakinan kontrol maksimal melalui lapisan birokrasi, Welch memangkasnya menjadi lapisan yang sedikit dan meniadakan birokrasi. Kiat ini sekaligus mengaduk, memisahkan dan membuang bagian tak penting yang berkontribusi kecil pada perusahaan, walaupun untuk itu dia terpaksa memangkas jajaran manajemen yang notabene adalah koleganya sendiri (hal 87).
Bagai menampi beras di ayakan, karyawan yang baik dipisahkan, diberdayakan (budaya belajar dan work-out, hal. 114) dan dipertahankan dengan penghargaan. Pantas rasanya suatu ketika Jack Welch berucap: "Anda tidak mampu memiliki siapa saja yang berjalan melalui pintu gerbang sebuah pabrik atau kedalam sebuah kantor yang tidak memberikan 120% (Dessler, 1997)". Kalimat inilah yang kelak dinyatakan layak menjadi keyword-nya Human Capital Assets.
Unik: perubahan yang mampu berputar 180º
Setelah seluruh unsur perusahaan merasakan manfaat dari strategi-strateginya, justru disaat yang sama Welch tidak ragu untuk berputar haluan dan disinilah letak uniknya. Dengan kemampuannya yang tinggi dalam memainkan kelembaman - kata lain dari kebiasaan, saat dalam posisi baikpun, Welch tidak canggung untuk berputar 180º. Hal ini terlihat pada langkahnya mendefinisi ulang pasar hi-tech GE yang saat itu berada di posisi nomor satu kearah jasa, langkah ini merevisi strategi nomor satu atau dua yang sebelumnya ditetapkan. (hal 49).
Hal lain adalah langkah inisiatif six sigma, yang bertentangan dengan budaya anti birokrat yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pada pelaksanannya Six Sigma sarat dengan data-data dan pengukuran serta rapat-rapat yang merupakan ciri khas dari birokrasi (hal 142-143).
Selain berbekal kemampuan berubah, kenyataan lain yang mempermudah GE bermanuver 180º adalah lingkungan yang sudah disiapkan sebelumnya. Prinsip Boundaryless yang menghilangkan dinding birokrasi rumit dan Work-out yang jadi dasar pengembangan kreatifitas karyawan, merupakan kontribusi yang tak kalah pentingnya untuk itu.
Jelas terlihat stategi yang berlapis dalam menguatkan faktor-faktor change baseline, mempermudah manuver-manuver pergerakan Welch dikemudian hari.
“Kesadaran akan perubahan” diikuti “Perubahan dengan sadar”
Banyak perusahaan yang menyadari pentingnya arti perubahan, namun sangat sedikit yang mampu untuk melakukan perubahan dengan sadar, bukan sekedar menangkap simbolnya, namun sampai ke esensinya dan tidak tanggung-tanggung dalam mengekploitir manfaatnya.
Rahasia terakhir Jack Welch, adalah memanfaatkan setiap gejala global yang muncul. Yakin akan revolusi bisnis lain sedang dalam perjalanan, Jack Welch bergerak secara agresif kearah internet pada tahun 1999. Ketika memutuskan untuk memasuki internet, Welch melakoninya dengan keseriusan yang tinggi guna memaksimalkan manfaatnya. Keputusan tersebut memberi impak yang nyata bagi peningkatan profit perusahaan. Dua tahun kemudian disaat Jack Welch meletakkan jabatannya, usaha GE yang berhubungan dengan e-business sudah menghasilkan penghematan biaya tambahan sebesar $19 milyar (hal.180, 185).
Pemanfaatan internet saat ini sudah umum dilakukan diberbagai perusahaan, namun cara pemanfaatannya yang membedakan mereka satu sama lain. Sangat banyak yang sudah mamakai namun seolah tidak sadar sudah menggunakan, sehingga tidak tahu bagaimana memaksimalkan manfaatnya. Tentunya akan menjadi sulit untuk menjawab pertanyaan berapa besar keuntungan perusahaan yang sudah Anda raih dari internet?
Esensi 29 rahasia leadership Jack Welch: Berubahlah dengan sadar dan total.
Dari rahasia terakhir dapatlah kita menangkap esensi dari keseluruhan 29 rahasia Jack Welch yang ditulis Robert Slater. Jack Welch berpedoman pada “kesadaran akan perubahan” dan “melakukan perubahan dengan sadar”. Namun untuk itu dia harus memiliki SDM berkarakter change agent yang tercermin dari kalimatnya diatas yaitu: “Anda tidak mampu memiliki siapa saja yang berjalan melalui pintu gerbang sebuah pabrik atau kedalam sebuah kantor yang tidak memberikan 120%. Seorang leader yang baik ahli dalam menumbuhkan, mengembangkan dan mengelola agen-agen perubahan. Bagaimana kiatnya sehingga mereka dibuat betah bertahan dalam waktu yang panjang.
Seluruh langkah yang diambil dilakukan dengan sepenuh hati dan sepenuh daya juang. Mulai dari membangun visi melalui tinjauan internal dan eksternal, mengindentifikasi perubahan yang perlu dan melakukan perubahan tersebut secara total, yang dengan kreatif dilengkapinya dengan strategi berlapis melawan kelembamam yang cenderung malas dalam confort zone. Secara keseluruhan proses tersebut dihayatinya bagai samurai legendaris Musashi berjuang menelusuri batas antara hidup dan mati….sangat total.
Untuk itu jelaslah makna pesannya; bahwa tidak ada kata setengah-setengah dalam melakukan perubahan guna mengantisipasi tantangan dimasa depan. Landasi perubahan dengan pemahaman esensi nilai perubahan itu sendiri yaitu menjadikan masa kini lebih baik dari masa lampau, dan menjadikan masa mendatang lebih baik dari masa sekarang. Lakukanlah sepenuh hati…… tidak peduli sebesar apapun Anda diantara rentang waktu tersebut (by: zbu/09/07).
Kunjungi juga:
Terobosan seorang CEO Astra dalam membangun lingkungan positif di http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2015/01/23/seni-developmental-organization-seni-mendukung-orang-lain-untuk-berkembang-703442.html
PCE (policy control engine) di http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2015/01/05/kebijakan-sebagai-akar-masalah-ekonomi-nasional-dan-sistem-kendali-implementasi-kebijakan-sebagai-solusi-700518.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H