Abdul Majid beranjak ke depan kelas dengan senyum yang terkesan dibuat-buat. Kepala agak miring ke kiri. Baju putihnya masih polos, belum ada logo OSIS dan tanda lokasi sekolah.
"Masukkan bajumu!"
"Baik, Pak."
Abdul Majid terdiam, lalu menengadah, seperti mencari sesuatu di langit-langit, sesekali menyeringai. Dia kesulitan untuk bercerita.
Pak Darmin mencoba membimbing, "Suatu ketika, Kakek ..."
Abdul Majid mengikuti, tapi tak mampu meneruskannya.
"Kakek..."
"Kakek keriput karena sudah tua..."
Siswa lain tertawa, seketika kelas gaduh.
"Ya ampun. Kamu belum membaca ceritanya, yah?"
Abdul Majid menyeringai. "He he he he he bapak tahu saja!" Suaranya seperti orang kerasukan makhluk astral. Gerak-geriknya menyebalkan Pak Darmin.