Seperti yang mereka duga, ternyata dia pulang ke kampungnya, Kampung Gurubale. Kendati polisi berhasil menemukan Kampung Gurubale, tapi gagal menemukan jejaknya. Setelah situasi dianggap aman, gepokan duit milik majikan digunakannya untuk membeli rumah yang kemudian ditempati bersama istri dan seorang anaknya.Â
Menyusul beberapa hari kemudian dia membeli kios dan berjualan barang kelontong di Pasar Malabere, berjarak sekitar empat kilometer ke utara dari kampungnya. Kabar  kesuksesannya merantau menyebar di seantero kampung. Gelang emas yang melilit di kaki istrinya menjadi buah bibir kaum perempuan di majelis taklim ketika itu.
Beberapa tahun kemudian teman-temannya yang juga kembali ke kampung tak seorang pun yang bercerita ihwal kasusnya. Mereka tutup mulut dan tetap menjaga rahasia, sehingga tak seorang pun warga kampungnya yang tahu.Â
Sekalipun ada yang bercerita tentang kehidupan di rantau, mereka hanya bercerita tentang hal yang baik-baik saja. Kalau ada yang bertanya, mengapa  mereka tak lagi merantau?  Mereka menjawab, karena mereka selalu rindu kampung halaman, suatu alasan yang mudah diterima akal sehat karena merantau bukan budaya warga Kampung Gurubale.
***
"Apa yang bisa aku serahkan kepada Koh Shun Lie demi menebus kesalahanku." Batinnya merana. Waktu telah berlalu, lebih dari tiga puluh tahun. Dia baru didera rasa bersalah yang luar biasa. Inilah puncak penyesalannya, penyesalan yang seakan tidak tepat waktu. Dia ingin meminta maaf dan mengembalikan uang majikannya. Jika diukur dengan nilai uang sekarang jumlahnya meningkat puluhan kali lipat.Â
Dia menggelapkan uang majikannya ketika harga emas 24 karat per gramnya tujuh ribu lima ratus rupiah. Sekarang harga emasnya lebih dari lima ratus ribu per gram, suatu jumlah yang tak mungkin dia dapat mencapainya.Â
Namun tekadnya bulat, dia akan mencari mantan majikannya, sampai titik darah penghabisan. Andai pun mantan majikan telah tiada dia akan mencari ahli warisnya untuk menyerakhan uang pengganti sebanyak yang dia punya. Jumlahnya tentu masih jauh dari jumlah yang sepantasnya. Andaipun nyawa yang harus dia bayarkan, dia siap, demi menebus kesalahan di masa lalunya. Â
***
Sebuah insiden mengagetkan, Avanza putih tercebur di parit dengan ketinggian air sekitar dua meter, di depan ruko, di kawasan perumahan elite Galing Semprong. Menurut saksi mata, mobil baru saja selesai ganti oli dan hendak parkir, tapi kemudian meluncur mundur tak terkendali dan menerabas trotoar hingga melompat ke parit sedalam hampir dua meter.Â
Karena masih musim hujan airnya cukup dalam, sehingga mobil hanya tampak bagian atasnya. Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian segera melakukan pertolongan.Â