Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matamu Katarak

11 Juni 2024   13:12 Diperbarui: 12 Juni 2024   06:00 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekira setengah jam berlalu, tibalah gilirnku. Petugas memasukkan data di komputernya. Tak berapa lama, diberinya aku secarik kertas dan diarahkan ke poli mata, lurus mentok belok kiri. Ada belasan orang yang antre di depan ruang praktek dokter spesialis mata, dokter Sri Nawung. Mulailah aku menikmati antrean, menanti dipanggil.

Seketika aku teringat cetusan Mas Tarino, teman kerjaku,  dalam obrolan santai soal Adisty. “Matamu katarak!”  Adisty adalah teman kerja kami yang kerap diperbincangkan karena hanya dia yang berstatus janda dan masih muda. Terjadilah perdebatan kecil, menurutku Adisty cantik, atau setidaknya ada manisnya. Sembarangan saja Mas Tarino mengatakan mataku katarak. Perdebatan kami hanya sebatas soal cantik dan tidak. Sungguh perdebatan yang tiada guna karena kami telah beristri. Maskipun begitu setidaknya sebagai laki-laki kami masih normal dan bisa menghibur diri.

Jika benar mataku katarak pasti akan merepotkan sekaligus mengerikan jika harus dioperasi. Sejujurnya, operasi mata menjadi momok bagiku. Terbayang akibatnya jika operasinya gagal.

Menit demi menit berlalu. Satu demi satu pasien dipanggil dan masuk setelah pasien yang di dalam keluar. Hawa sejuk membuatku bertambah mengantuk. “Bapak Sukirman!” Seketika aku terhentak begitu mendengar namaku dipanggil.

Aku masuk. Cek pengelihatan dipandu oleh perawat. Lensa demi lensa dicoba. Huruf-huruf pada panel dengan beberapa ukuran pada jarak sekira tiga meter ada yang terbaca dan ada yang tidak. Payah mataku melihat huruf yang lebih kecil, tak jelas bentuknya. Daya lihat mata kanan sedikit lebih baik dari mata kiri.  

Pemeriksaan awal selesai. Aku dipersilakan kembali menunggu di luar. Satu demi satu pasien dipanggil, keluar-masuk. Benarkah mataku katarak? Belum ada jawaban. Dokter Sri Nawung belum memeriksanya.

Kurang dari setengah jam kemudian namaku dipanggil untuk masuk melalui pintu kiri, tempat prakter dokter Sri Nawung. Mataku diperiksa dengan alat serupa di optik, mungkin mananya refractometer, entah autorefractor. Kutanya, apakah ada katarak?

“Tidak, hanya kering.” Dokter meneteskan cairan ke mataku guna membantu pemeriksaan. Aku dipersilakan menunggu di luar sekira lima menit.Pada saatnya aku kembali masuk dan diperiksa dengan alat  tadi. Selesai pemeriksaan suster mengarahkan agar secarik kertas atas namaku dilegalisir di konter administrasi. Aku pun pamit. “Kacamatanya dipakai yah Pak!” pungkas perawat ramah seakan-akan aku bakal diberi kacamata di rumah sakit ini.

Dari konter administrasi aku diarahkan ke apotek untuk menerima obat tetes mata. Antre sebentar. Obat tetes mata diberikan. “Kacamatanya bisa diambil di optik terdekat yang bekerjasama dengan BPJS ya Pak.”

Aku gembira karena mataku tidak menderita katarak. Berarti klaim dokter pertama di puskesmas dan ucapan Mas Tarino itu tidak benar. Apakah harus kuambil kacamata gratisnya? Tentu. Sayang jika tidak diambil. Hanya perlu waktu beberapa menit tibalah aku di optik J. Kuserahkan secarik kertas hasil pemeriksaan dokter Sri Nawung.

Pelayannya yang cantik mengeluarkan contoh kacamata yang biayanya ditanggung BPJS. Kuamati bingkai kacamatanya. Katanya, lensa yang akan diberikan sesuai dengan catatan dokter. Dia juga menunjukan kacamata lain yang lebih bagus dan bisa dibeli. Pilihannya beragam dengan harga beragam pula. Dengan mengukur ketersedian dana sampailah pada pilihan kacamata dengan bingkai yang kurasa cocok dan lensa fotokromik, disertai lensa baca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun