Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemah di Belakang Rumah

9 November 2022   11:29 Diperbarui: 30 Januari 2023   01:42 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*** 

Sebutlah namanya Lie Chin Sih. Usahanya bergerak dalam bidang distribusi mesin kompresor pabrik dengan wilayah pemasaran pulau Jawa. Dialah bosnya yang ke mana-mana disopiri oleh Jumanta untuk menjual dan melayani purna jual. Permintaan bos belum dipenuhi Jumanta, yakni suntik vaksin tahap satu. Jumanta meminta maaf karena belum sempat.

Tengah malam, sebuah pesan masuk di HP Jumanta bahwa bosnya sakit. Namun tidak berarti kerjanya libur. Bosnya memerintahkan agar Jumanta menjemput adiknya di Karawang untuk diantar ke Kalideres. Adik bos yang katanya warga negara Cina itu sepintas tampak biasa saja sehingga tak ada kekhawatiran Jumanta terhadapnya. Dia duduk di kursi baris tengah mobil innova yang disopirinya. Karena tak ada tugas lain Jumanta kembali lebih cepat. Namun dengan kondisi badan yang agak berbeda, setelah mengandangi mobil di garasi rumah bos, dalam perjalanan naik sepeda motor Jumanta mampir ke klinik Esa Medika untuk memeriksakan diri. Menunggu hasil tes PCR (Polymerase Chain Reaction) perlu waktu hampir tiga jam. Begitu hasilnya ditunjukkan, Jumanta kaget. Dirinya positif terpapar virus korona alias covid-19! Hal itu dikabarkannya kepada istrinya. Dia diminta tidak segera pulang dan cari akal bagaimana sebaiknya agar keluarga tidak tertular. Setelah berpikir beberapa saat Jumanta meminta istrinya menyediakan tempat di belakang rumah, bekas kandang ayam. Begitu tiba, Jumanta langsung menuju tempat istirahat yang telah disediakan. Jumanta kemudian mengabari ketua RT melalui telepon.  Ketua RT-nya menanggapi, "Bagus, itu lebih baik. Lebih baik isolasi mandiri di rumah. Tempat karantina dikabarkan penuh pasien."  

Istrinya membuka pintu sedikit untuk memberikan titipan dari Ketua RT, sebotol kecil propolis dan vitamin. "Ini dari Pak Erte, suruh diminum."

 "Ning, kau masih hafal nomor PIN ATM-ku?"

"Masih ada catatannya di dompet perhiasan."

"Jika aku tutup usia gunakanlah dengan baik. Uangnya memang tidak banyak, mudah-mudahan bisa membantu."

Seketika air mata istrinya meleleh. "Kakak, jangan berkata begitu. Kakak pasti sembuh."

"Seluruh badanku sakit. Sakit sekali."

"Semangatlah kakak, bertahanlah."

"Yah, mudah-mudahan. Kalian tenang saja. Aku akan berusaha untuk sembuh. Sudah yah jangan mendekat. Akan lebih susah kita jika semuanya tertular."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun