Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Belajar menebar kebaiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mempelai Perempuan

17 November 2021   17:04 Diperbarui: 18 November 2021   18:39 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pusat kemewahan  berada di area pelaminan. Yang menyita perhatian para tamu adalah adanya mobil sedan merah marun belum berplat nomor menambah kesan glamor. Kukira mobil itu harganya mahal. Tak kudapati informasi, apakah mobil itu untuk dipakai oleh Boncu atau pinjaman dari pemilik daeler kenalan Bos Tomang.

Saat kedua mempelai berfoto-foto dengan tamunya ada seorang berumur yang rasa-rasanya aku pernah melihatnya. Dari gesturnya yang berinteraksi dengan mempelai perempuan, kukira dia ibunya. Aku juga ingat pada surat undangan tertera nama mempelai perempuannya. Sahrina Wandira Putri. Melalui pelantang suara  pembawa acara di panggung musik dangdut pun menyebut nama kedua orang tua mempelai perempuan beserta alamatnya. Ibunya bernama Endarti dan ayahnya bernama Kapten Daryono. Aku penasaran, apakah mempelai perempuan adalah orang yang pernah menjadi siswaku di SMA sekira sembilan tahun silam?

Aku penasaran. Kuamati dengan saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata betul, dia adalah Sahrina, siswa binaanku yang drop out akibat persoalan keluarga. Dia masih muda. Kini usianya sekira dua puluh lima tahun, lebih muda tujuh tahun dari mempelai pria.

***

Waktu sekolah Sahrina terbilang cewek terpandang karena kecantikannya. Hal itu diungkapkan oleh beberapa teman sekelasnya. Demikian juga pendapat beberapa guru yang mengajarnya. Namun soal absensi, alpanya paling baanyak. Sehari masuk, tiga hari bolos pun pernah beberapa kali terjadi. Sebagai wali kelas aku agak terlambat mengetahuinya. Saat aku tanya, mengapa dia sering tidak masuk, alasannya macam-macam. Dia mengaku sakitlah, sibuklah, bantu ibulah, bantu bapaklah, bahkan mengantar pacar ke dokter.

Sahrina jadi puast perhatian. Semua guru yang masuk kelas menanyakannya, mengapa dia sering tidak hadir. Padahal dalam perjanjiannya Sahrina akan rajin masuk sekolah. Jika alpa dalam tiga bulan pertama, kenaikan kelasnya akan dibatalkan. Dalam tiga bulan awal Sahrina memang selalu hadir. Namun setelah itu penyakit malasnya kumat lagi.

Aku menghela napas dan geleng-geleng kepala ketika ditanya guru lain tentang Sahrina. Wejanganku masuk telinga kiri, keluar di telinga kiri pula. Setelah dinasihati  karena kemarin tidak masuk sekolah, dua atau tiga hari ke depannya tidak masuk lagi. Begitu seterusnya, sehingga diperkirakan kehadirannya tidak memenuhi syarat kenaikan kelas. Pada kenaikan kelas yang lalu, naik kelasnya pun melalui perdebatan alot dalam rapat pleno dewan guru, antara tinggal kelas atau naik kelas.

Jika tidak mengalami kemajuan Sahrina berpeluang tidak lulus. Ancaman akan dikeluarkan dari sekolah ditanggapinya dengan sikap dingin. Sanksi skorsing berupa tidak boleh masuk sekolah tiga hari berturut-turut juga tidak berefek jera. Orang tuanya pun tidak kooperatif, tidak mau datang ketika diundang untuk datang ke sekolah dengan alasan kesibukan.

Dari tiga kali kunjungan ke rumahnya dan percakapan dengan Sahrina sendiri, serta catatan dari wali kelas sebelumnya banyaklah informasi yang diperolehnya terkait latar belakang keluarga yang berimbas pada keadaannya. Sahrina merupakan anak satu-satunya, tinggal berdua bersama ibunya. Ayahnya yang berprofesi sebagai tentara tinggal di asrama bersama keluarganya. Endarti, ibunda Sahrina berstatus sebagai istri siri. Kesibukan Endarti adalah menjalankan usaha catering dengan melayani kebutuhan konsumsi sejumlah karyawan di sebuah pabrik sepatu. Sahrina sendiri tidak banyak dituntut membantu ibunya. Pikir ibunya hal itu agar Sahrina mendapatkan keleluasaan untuk belajar. Sahrina sering sendirian di rumah. Ponsel menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya. Sebagian besar waktunya tersita untuk bermain-main dengan ponsel.

Berawal dari media sosial Sahrina mengenal Ferdian, seorang mahasiswa yang tinggal di tempat kost dan masih bergantung para biaya orang tuanya. Ferdian sering berkunjung dan sesekali pergi bersama Sahrina. Hubungan Ferdian dengan Endarti pun kian dekat. Ferdian seolah menjadi penganti peran ayah Sahrina. Ferdian sering dimintai bantuan membantu pekerjaan Endarti.

Endarti tidak dapat menolak ketika Ferdian ingin kost di rumahnya. Ferdian menyerahkan sejumlah uang sewa kepada Endarti. Sementara itu, seiring waktu karena tidak dapat membayar SPP, kuliah Ferdian terancam bangkrut. Hal itu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Padahal kiriman orang tuanya tiap bulan tak pernah terputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun