Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Senja yang Berkabung di Pelataran Bulan Mei

22 Januari 2022   21:49 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:20 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penolakan yang aku berikan, tidak serta merta membuatnya gentar untuk mundur. Ia mencoba mendekat dan berusaha untuk bersabar meruntuhkan tembok hati yang membatu di balik karang. Tidak pernah sekalipun ia berkeluh dan mengadu kepada mama, hanya saja mama pasti tahu isi hatinya.

Lima tahun berlalu, rupanya tembok hatiku sedikit demi sedikit runtuh, kerikil yang berjatuhan, menghujam kesadaranku, bahwa dunia tidak selalu setuju dengan segala tindakanku. 

Tapi, lagi-lagi tidak ada yang berubah dari sosoknya, ia tetap ada dengan senyuman yang sama dalam kasih yang selalu ia tebarkan sebagai pelindung bagi aku dan mama.

Di luar sana, ia begitu dikagumi dan dipuja, aku akui itu pantas untuk ia dapatkan. Bagaimana tidak? Di saat seluruh orang memanfaatkan kedudukan dan jabatan untuk mendapatkan kepuasan, ia tetap menjadi sosok yang sederhana. 

Begitu sederhana, sampai-sampai ia tidak mau orang lain mengetahui dirinya yang sebenarnya, termasuk aku dan mama.

Bodohnya aku tidak menyadari hal itu dan enggan untuk mengakui kesalahanku, tapi semesta menyiapkan skenario yang indah antara aku dan ia. Kami memiliki kesamaan dalam berbagai hal, seperti aliran musik yang kami sukai atau selera makan yang kami jumpai.

Menghabiskan malam di tengah kota, menggunakan motor vespa kesayangannya yang disulap menjadi kereta kencana. 

Melewati lampu jalanan yang berdiri gagah, sesekali memberikan kehangatan bagi seorang anak dan ayah yang bila dilihat begitu bahagia. Menikmati kekhidmatan sebagai seorang manusia, aku diberikan ruang dan waktu untuk menjadi diriku yang seutuhnya.

Tanpa harus menjadi orang lain ataupun meniru orang lain. Aku tidak tahu, sejak kapan pastinya aku merasa nyaman didekatnya, merasa aman saat bersamanya, dan merasa sepi jika ia tidak ada.

Namun, aku tetaplah aku dengan segala kesombongan dalam diriku yang tidak mau untuk berkata jujur, apalagi mengakui kesalahanku yang telah membencinya sejak lama. Harus kuakui mama tidak pernah salah memberinya kesempatan untuk masuk ke dalam kehidupan kami yang telah hampa dan kosong oleh raga.

Banyak hal yang kupelajari darinya, kesederhanaan, kejujuran, ketulusan, dan kesabaran, terutama kepercayaan menggoreskan cerita tersendiri bagi aku dan mama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun