....
Aku tidak pernah menyangka mimpi itu memberi isyarat padaku, tapi aku terlalu buta. Sampai pada akhirnya, aku melupakan isyarat dari mimpi itu begitu saja, tanpa mencoba berpikir kembali.
      ....
Empat tahun berselang, hubungan kami sudah semakin dekat. Hari ini adalah anniversary kami yang ke 7 tahun, lagi-lagi Dannis berhasil menyentuh hatiku. Di hari spesial kami ini, ia datang dengan membawa segenggam bunga mawar putih kesukaanku dan kotak kecil berwarna merah yang ia keluarkan dari dalam saku jasnya.Â
Ia bersimpuh di hadapanku dan meraih tangan kananku, membuka jemariku dan melingkarkan cincin manis bertuliskan nama kami di jari manisku. Hadirin yang menyaksikan, memberi tepuk tangan dan bersorak riuh dalam suasana yang membuat jantungku tidak berhenti berdegup. Tanganku dingin dan lemas, seakan tubuh ini melayang dalam kebahagiaan. Dannis, ia membuatku semakin percaya, ia adalah jodoh dari kuasa.
      ....
Aku sangat mempercayai Dannis, seperti aku percaya pada papa. Aku yakin Dannis bisa membahagiakan aku kelak, seperti papa membahagiakan aku dan mama selama ini.
      ....
Penyakit jantung papa kambuh lagi, terpaksa papa harus dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat secara intens. Setelah mendengar kabar dariku, Dannis segera datang ke rumah sakit, ia menemani aku yang sedari tadi menangis sesegukan. Dannis berusaha menenangkan aku dan mama di depan ruang rawat papa.Â
Tiba-tiba dokter dan suster menghampiri kami, ternyata ada suatu hal yang ingin papa sampaikan padaku. Aku bergegas masuk ke dalam dan melihat kondisi papa yang memprihatinkan, di tubuhnya terpasang berbagai alat penopang kehidupannya. Perlahan aku mendekati papa dan berusaha menahan air mata.
Samar-samar kulihat mata papa terbuka perlahan, mulutnya bergerak sedikit demi sedikit. Aku berusaha mengartikan kata demi kata yang papa lontarkan. Setelah kuselami, aku tidak percaya akan ucapan papa. Terlebih, aku sendiri mengenal betul siapa orang yang papa maksud, orang itu adalah kekasihku sendiri, Dannis.Â