Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-Hati, 6 Efek Negatif Media Sosial Ini Mengancam Anda

7 Januari 2025   09:35 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Efek negatif medsos, sumber: dokpri uripwid

Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur lagi, banyak dari kita tanpa sadar menghabiskan waktu dengan ponsel di tangan. Notifikasi dari Instagram, TikTok, atau X (dulu Twitter) seakan memanggil tanpa henti. Meski media sosial memiliki manfaat besar, seperti menjadi sumber hiburan, informasi, hingga alat untuk membangun personal branding, penggunaan berlebihan justru bisa membawa dampak buruk.

Artikel ini akan membahas beberapa efek negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan, seperti menurunnya fungsi otak, rasa takut ketinggalan tren, perundungan di dunia maya, hingga terganggunya hubungan sosial.

Enam efek negatif yang akan dibahas tersebut adalah:

Berikut penjelasannya:

1. Brain Rot

Istilah brain rot menggambarkan penurunan kemampuan otak akibat kebiasaan mengonsumsi konten instan di media sosial. Fitur seperti infinite scroll dan video pendek membuat otak terus mendapatkan stimulasi cepat, sehingga melemahkan kemampuan untuk fokus, berpikir mendalam, atau mengingat informasi penting. Akibatnya, kita jadi lebih mudah bosan pada aktivitas yang membutuhkan konsentrasi lebih, seperti membaca buku atau belajar.

Lebih buruknya lagi, brain rot dapat menguras energi mental, membuat kita merasa lelah meski fisik tidak melakukan aktivitas berat. Jika dibiarkan, kreativitas juga akan terpengaruh karena otak terlalu sibuk mengolah informasi dangkal yang sering kali tidak relevan.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO adalah perasaan takut ketinggalan tren atau momen yang sedang dinikmati orang lain. Misalnya, saat melihat teman-teman memposting liburan, menghadiri konser, atau mencoba tempat makan baru, Anda mungkin merasa hidup Anda kurang menarik.

Efek FOMO tidak sepele. Ini dapat memicu rasa insecure, keinginan untuk selalu terlihat "ikut" dalam tren, hingga tekanan mental akibat membandingkan diri dengan orang lain. Sayangnya, perasaan ini sering kali hanya ilusi karena apa yang ditampilkan di media sosial belum tentu mencerminkan kehidupan sebenarnya.

3. FOPO (Fear of Other People's Opinions)

Hampir sama dengan FOMO, ada istilah lain, yaitu FOPO. FOPO adalah ketakutan terhadap pendapat orang lain. Di media sosial, fenomena ini sering muncul ketika seseorang terlalu memikirkan bagaimana orang lain melihat atau menilai dirinya. FOPO dapat memicu rasa cemas, takut membuat kesalahan, atau bahkan menghambat ekspresi diri.

Selain itu, tentu saja. FOPO atau ketakutan yang berlebihan akan mengganggu karir atau pekerjaan terganggu. Misalnya, seorang penulis yang terkenan penyakit ini akan terganggu produktivitasnya dalam menulis, karena takut dikritik, takut dianggap tulisannya jelek, dan sebagainya. Begitupun dengan pekerjaan yang lainnya.

4. YOLO (You Only Live Once)

Sebaliknya dengan FOMO dan FOPO, YOLO adalah prinsip hidup yang sering dikaitkan dengan keberanian mengambil keputusan impulsif. Meskipun YOLO memiliki sisi positif, seperti mendorong kita untuk berani mencoba hal baru, tapi jika diterapkan tanpa kendali, bisa berujung pada keputusan yang tidak bijak, seperti berbelanja berlebihan atau mengejar popularitas instan di media sosial.

Maka, hati-hati dengan komentar, "Hidup ini hanya sekali, kapan lagi kalau gak sekarang?" Terutama saat ada godaan untuk melakukan hal-hal yang negatif.

5. Cyberbullying

Perundungan di dunia maya, atau cyberbullying, adalah fenomena yang semakin sering terjadi. Komentar negatif, penghinaan, atau penyebaran rumor dapat dilakukan dengan mudah oleh pelaku yang sering kali bersembunyi di balik akun anonim.

Efek cyberbullying tidak hanya membuat korban merasa tidak berdaya, tetapi juga dapat menyebabkan stres, depresi, hingga keinginan untuk mengisolasi diri. Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dalam berkomentar di media sosial dan melaporkan akun-akun yang merundung orang lain.

6. Phubbing

Phubbing adalah kebiasaan mengabaikan orang di sekitar karena terlalu sibuk dengan ponsel. Contohnya, ketika sedang makan bersama keluarga atau teman, bukannya berbincang, perhatian justru tertuju pada layar ponsel.

Kebiasaan ini tidak hanya mengurangi kualitas hubungan sosial, tetapi juga dapat menimbulkan perasaan tidak dihargai pada orang lain. Jika terus dilakukan, phubbing dapat merusak hubungan, baik dengan pasangan, keluarga, maupun teman.

Menghindari Dampak Negatif Media Sosial

Bagaimana cara menghindari dampak negatif media sosial? Langkah pertama adalah menyadari bahwa media sosial hanya alat, bukan penguasa hidup. Gunakan media sosial dengan tujuan jelas, seperti mencari informasi bermanfaat atau berkomunikasi dengan teman. Jangan buang waktu dengan scroll tanpa tujuan.

Menghindari brain rot dapat dilakukan dengan mengganti waktu konsumsi konten instan dengan aktivitas yang melatih otak, seperti membaca buku atau mencoba hobi baru. Sedangkan untuk mengatasi cyberbullying, jangan ragu untuk memblokir atau melaporkan pelaku. Yang sangat penting dari Cuberbullying ini adalah jangan sampai kita justru menjadi pelaku, walaupun tujuannya hanya iseng atau main-main.

Sementara untuk melawan FOMO dan FOPO, fokuslah pada apa yang benar-benar membuat Anda bahagia. Ingat, kebahagiaan tidak harus datang dari validasi orang lain. Jika perlu, lakukan social media detox dengan mengurangi penggunaan ponsel selama beberapa hari untuk mengembalikan fokus pada dunia nyata.

Akhirnya, kurangi menggunakan media sosial, terutama phubbing. Upayakan untuk menyisihkan waktu khusus untuk menjauh dari ponsel, terutama saat bersama orang tersayang. Hubungan yang terjalin di dunia nyata jauh lebih berharga daripada notifikasi apa pun di layar Anda.

Dengan pendekatan yang bijak, kita bisa memanfaatkan medsos secara optimal tanpa harus terjebak dalam efek negatifnya. Yuk, kendalikan media sosial sebelum ia mengendalikan hidup kita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun