"Haus nih, tadi kita lupa beli air!"
"Tahan, lah, paling satu setengah jam lagi," jawabku.
"Haus kayaknya bisa ditahan, tapi ini nih, urinku sudah gak bisa ditahan."
"Ah, dasar beser, lu!" balas Bambang.
Lima belas menit kemudian.
"Alhamdulillah ..., kayaknya di depan ada cahaya lampu, semoga itu warung," kataku sambil terus mengendalikan setir.
"Semoga saja itu warung, dan buka." Joko terlihat senang.
Semakin mendekat semakin jelas, cahaya itu berasal dari lampu yang menggantung di depan sebuah warung. Saya yakin itu sebuah warung, karena di depannya ada tempat duduk lebar, yang bisa diduduki empat atau lima orang pengunjung warung.
"Buka nggak, Ndi?" tanya Joko.
"Belum kelihatan, semoga saja."
Setelah sampai di depan warung, ternyata masih buka. Suasana sepi, tidak ada pengungjung. Setelah kami turun baru kelihatan ada dua orang tua, laki-laki dan Perempuan, di dalam warung. Karena kebelet ingin BAK, Joko langsung mendekat, "Permisi, Pak, Bu, boleh ikut ke kamar kecil?"