Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Prinsip Hidup seorang Muslim

7 Juli 2024   22:55 Diperbarui: 8 Juli 2024   06:04 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia tergolong orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dia tergolong orang yang celaka." (HR. Al Hakim).

Hadis di atas sangat tepat kalau kita renungi di momen pergantian tahun, seperti hari ini. Ya, hari ini adalah hari pertama di tahun 1446 Hijriah, dan kemarin adalah hari terakhir dari tahun 1445 Hijriah. Artinya, hari ini waktu yang tepat mengevaluasi diri, dihubungkan dengan hadis di atas. Apakah kehidupan kita selama tahun 1445 H -- dibandingkan kehidupan selama tahun 1444 H -- lebih baik, tetap saja, atau lebih buruk?

Bersyukurlah dengan mengucap hamdalah jika lebih baik, ber-istighfar-lah jika tetap, dan bertaubatlah jika lebih buruk.

Sekarang, menghadapai tahun baru 1446 H, tentu kita menginginkan kondisi kehidupan yang lebih baik dari tahun kemarin. Jangan sampai kehidupan kita tetap saja, apalagi kalau lebih buruk.

Ada empat prinsip yang harus kita pegang, supaya kehidupan kita di tahun 1446 H menjadi lebih baik, dan terus meningkat lebih baik lagi.

Imam Abu Dawud, salah seorang ahli hadis dan termasuk 7 imam ahli hadis (Imam al-Sab'ah), telah mencatat 500 ribu hadis, dan menyeleksinya menjadi 4.800 hadis, yang kemudian menuliskannya di kitabnya, Sunan Abi Dawud.

Beliau berkata, "Cukup bagi seorang Muslim untuk bekal keagamaannya empat hadis saja, yaitu:

  • Hadis yang mengatur hubungan kita dengan Allah SWT,
  • Hadis yang berhubungan dengan kewajiban seseorang terhadap dirinya sendiri,
  • Hadis yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain,
  • Hadis yang mengatur hubungan seseorang dengan usahanya sehari-hari."

Jadi, menurut Imam Abu Dawud, dari 4.800 hadis yang ada di dalam kitabnya, cukup 4 hadis kita pahami untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Jadikan 4 hadis tersebut sebagai prinsip hidup kita.

Prinsip 1: Perbaiki Hubungan Kita dengan Allah SWT

Imam Abu Dawud memilih hadis berikut untuk dijadikan pedoman kita dalam berhubungan dengan Allah SWT.

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat, atau motivasi, akan mempengaruhi nilai sebuah amal (perbuatan). Dan amal yang diterima oleh Allah SWT adalah amal yang dilandasi niat karena Allah, bukan karena yang lain. Asbabul wurud hadis di atas adalah ada seorang pemuda yang ikut hijrah ke Madinah, tapi motivasinya mengikuti Wanita yang ingin dinikahinya. Maka, amalan hijrahnya tidak menjadi amal saleh di hadapan Allah SWT, dan tidak menghasilkan pahala.

Hidup kita di dunia bukan hidup yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya nanti di akhirat. Di hari kemudian itu, bahagia tidaknya kita, ditentukan oleh banyak-sedikitnya pahala kita. Oleh karenanya, hidup di dunia ini hakikatnya adalah untuk mengumpulkan pahala, sebagai bekal kita di kehidupan nanti.

Dengan selalu berniat karena Allah dalam setiap aktivitas hidup, maka itu akan menghasilkan pahala. Semua aktivitas hidup, baik itu berupa ibadah ritual seperti salat, zakat, puasa, atau membaca al-Quran, maupun aktivitas (ibadah) sosial, seperti menolong orang lain, atau amar ma'ruf nahyi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan).

Bahkan, aktivitas yang bersifat pribadi pun seperti makan, tidur, mandi, dan yang lainnya, selama dilandasi niat karena Allah SWT, semuanya akan menjadi ibadah, dan menghasilkan pahala.

Ini prinsip hidup yang pertama, menurut Imam Abu Dawud. Awali setiap aktivitas hidup kita dengan niat karena Allah SWT.

Prinsip 2: Perbaiki Pola Hidup Kita Sendiri

Imam Abu Dawud memilih hadis berikut sebagai landasan prinsip yang kedua,

"Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat." (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini memiliki tugas, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariat: 56)

Tentu saja beribadah yang dimaksud bukan hanya ibadah ritual, melainkan semua aktivitas manusia selama 24 jam sehari-semalam harus bernilai ibadah, atau diniatkan sebagai ibadah. Dengan demikian, kita tidak akan lagi melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Karena, kalau tidak ada manfaatnya maka itu tidak akan masuk kategori ibadah.

Bahkan, saat melakukan perbuatan yang tidak ada manfaatnya, kita sangat mungkin terjerumus melakukan perbuatan dosa. Karena seringkali, berawal dari hal yang tidak bermanfaat -- atau main-main -- lah, seorang manusia tergelincir ke dalam perbuatan dosa.

Berawal dari main game, lama-lama terjerumus ke bermain judi slot.

Berawal dari senda gurau di grup WA, ujung-ujungnya bergosip, menggunjing, atau memfitnah.

Berawal dari iseng chat WA, berujung ke hubungan terlarang.

Dan banyak lagi.

Memang, di era media sosial saat ini, perguliran waktu serasa makin cepat. Asyik scroll-up scroll-down, tak terasa 1 jam kita habiskan begitu saja. 

Menurut situs katadata yang rilis tanggal 16/02/2024, rata-rata penduduk Indonesia menggunakan media sosial setiap hari selama 191 menit, atau 3 jam 11 menit. Indonesia pun masuk 10 besar negara terbanyak menggunakan media sosial. Rata-rata waktu selama itu habis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.

Meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya adalah prinsip kedua yang harus dipegang seorang Muslim kalua ingin hidup lebih baik.

Prinsip 3: Perbaiki Hubungan dengan Orang Lain

Hadis yang dijadikan Imam Abu Dawud sebagai landasan prinsip ketiga ini adalah,

"Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, pembantu Rasulullah SAW, dari Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau saja prinsip yang sederhana ini berjalan, 'Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri', sepertinya tidak akan ada tindakan kriminal dalam kehidupan ini. Karena, hanya orang tidak normal saja yang melakukan kejahatan pada dirinya sendiri. Itulah idealnya, kita memperlakukan orang lain.

Di hadis lain, Rasulullah SAW memberi motivasi dalam berhubungan dengan orang lain.

"Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya." (HR. Muslim)

Ada 3 cara yang disarankan oleh Rasulullah kepada kita dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu:

  • Melapangkan kesusahannya, atau menolongnya keluar dari kesusahan,
  • Memudahkan kesulitan dalam masalah utang-piutang dengan cara memberi tangguh, atau membebaskannya, ketika kesulitan membayar,
  • Menutupi aib atau kekurangan-kekurangannya.

Prinsip 4: Perbaiki Cara Kita Berusaha

Untuk prinsip keempat ini, Imam Abu Dawud berlandasakan kepada hadis berikut,

"Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barangsiapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya." (HR. Muslim).

Ini prinsip yang harus dipegang saat kita mencari nafkah, baik dengan cara bekerja (menjadi karyawan atau buruh) atau dengan cara berbisnis (dagang, produksi, atau jasa). Carilah yang halal dan jauhi yang haram. Bahkan untuk yang meragukan saja (samar-samar/syubhat) Rasulullah menganjurkan untuk menghindarinya.

Kalau dikerucutkan, ada dua jenis dosa yang dilakukan seseorang dalam usahanya, korupsi dan menipu. Korupsi dilakukan oleh orang yang bekerja, dan menipu dilakukan oleh orang yang berbisnis.

Seseorang melakukan perbuatan dosa dalam mencari nafkah (korupsi atau menipu) dipengaruhi dua faktor, yaitu dari dalam dirinya sendiri (internal) dan dari luar (eksternal). 

Ada 4 hal yang menjadi pemicu dari dalam, yang dikenal dengan teori GONE. Teori GONE ini dikemukakan oleh penulis Jack Bologna, yaitu singkatan dari Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).

Jack Bologna menulis teori ini saat meneliti penyebab perbuatan korupsi. Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada dasarnya serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam diri koruptor yang serakah. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan, maka akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi. Setelah serakah dan adanya kesempatan, seseorang berisiko melakukan korupsi jika ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan atau penindakan atas pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.

Dengan memahami konsep rezeki, maka seorang Muslim dapat terhindar dari perbuatan korupsi, atau kejahatan yang lain. Salah satu konsep rezeki yang harus dipahami adalah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya di surat Hud ayat 6,

"Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfudz)."

Memahami ayat di atas, tidak sepatutnya seorang Muslim khawatir terhadap rezekinya. Mengkhawatirkan rezeki sama saja tidak percaya dengan kuasa Sang Pencipta. Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW bersabda,

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya. Karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertawakalah kepada Allah wahai sekalian manusia. Carilah rezeki yang baik, ambil yang halal dan tinggalkanlah yang haram." (HR. Ahmad)

Berbekal empat prinsip di atas, mari kita memulai hidup di tahun baru 1446 H. Karena, dengan memegang empat prinsip tersebut, kita tidak hanya akan bahagia di dunia, tetapi juga bahagia di akhirat.

Selamat tahun baru 1446 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun