Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melihat Wajah Istri untuk Pertama Kalinya

29 Agustus 2023   13:57 Diperbarui: 29 Agustus 2023   14:11 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung, dalam biodata yang diberikan Kak Indra kemarin ada terselip foto akhwatnya. Semula saya tidak ingin melihat foto itu, tetapi saya sudah menduga pasti orangtua akan bertanya sudah bertemu atau belum dengan 'calon'. Dan pertanyaan ibuku tadi membenarkan dugaan saya.

"Sudah, Bu. Bahkan sudah melihat wajahnya," jawabku pelan sambil menunduk.

Tentu saya tidak berbohong. Yang saya maksud kenal adalah tahu karakternya, dan Kak Indra dengan guru ngaji 'calon istriku' itu menjamin dia memiliki karakter atau akhlak yang baik. Mengenai melihat wajah pun saya tidak berbohong. Karena saya pernah melihatnya walau hanya di foto.

Ibuku diam mendengar jawabanku.

Yang membuat hati kedua orangtuaku akhirnya luluh adalah karena selama SMA saya tidak termasuk anak yang pendiam, atau bahkan pemalu. Jangankan punya pacar, bergaul dengan teman-teman lelaki saja jarang. Lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan membaca.

Setelah kedua orangtuaku setuju, esoknya saya kembali ke Bandung untuk mengabarkan persetujuan orangtua saya. saya memberitahu melalui Kak Indra yang menjadi penghubung komunikasi saya dengan pihak 'calon istri'.

Alangkah kagetnya saya, saat Kak Indra mengatakan bahwa hari Sabtu nanti itu calon mertuaku menginginkan langsung aqad, tidak hanya khitbah (melamar). Kak Indra menyampaikan beberapa alasannya.

Bercampur rasa. Kaget, senang, dan bingung. Senang karena pihak 'calon istri' sudah menerima. Bingungnya, bagaimana mengabarkan ke orangtuaku? Sedangkan untuk mengajak mereka melamar saja perlu diskusi yang alot.

Tidak menunggu hari esok, saya kembali ke kampung. Sampai di rumah malam. Tentu saja orangtuaku kaget melihat saya pulang, dan lebih kaget lagi mendengar kabar yang saya bawa.

Dengan berbagai argumen saya membujuk orangtua untuk mau menerima tawaran untuk langsung aqad nikah. Setelah pembicaraan yang lebih lama dari diskusi kemarin, orangtua pun setuju.

Esoknya, hari jumat, semua sibuk. Kakakku belanja membeli beberapa barang untuk 'seserahan', dan keperluanku nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun