Amr bin al-Hadhrami sebagai pimpinan rombongan tentu tidak mau begitu saja menyerah. Tanggung jawab membawa hasil perdagangan sampai di Mekkah ada di pundaknya. Sehingga dia segera menyambut serangan salah seorang pasukan Muslim yang menerjangnya.
Rupanya Abdullah bin Jahsy yang berusaha melumpuhkannya. Setelah Abdullah bin Jahsy memperhatikan dan yakin bahwa Amr bin al-Hadhrami adalah pimpinan rombongan, dia mengarahkan serangannya ke Amr bin al-Hadhrami.
Adu pedang pun tak terhindarkan. Tak heran kalau Amr bin al-Hadhrami ditunjuk oleh pemuka Quraisy untuk memimpin kafilah dagang. Rupanya dia punya kemampuan dalam bermain pedang. Saling serang, saling sabet di antara dua pemimpin pasukan pun berlangsung seru.
Dalam satu kesempatan Amr bin al-Hadhrami berhasil menyapu kaki Abdullah bin Jahsy. Sehingga pemimpin pasukan Muslim itu terjengkang dan jatuh terguling. Tubuh Abdullah menelungkup dengan punggung menghadap langit.
Tidak mau membuang kesempatan, Amr bin al-Hadhrami mengangkat pedangnya tinggi-tinggi berusaha menusukannya ke punggung Abdullah bin Jahsy. Namun, malaikat maut belum punya agenda mencabut nyawa Abdullah bin Jahsy. Tiba-tiba sebuah anak panah meluncur, berhenti tepat di leher Amr bin al-Hadhrami.
Amr bin al-Hadhrami kaget, sesuatu menembus lehernya, bahkan dia tidak sempat berteriak. Dengan mata melotot dan kedua tangan memegang leher yang berdarah, tubuhnya ambruk.
Melihat pimpinannya roboh tak bernyawa, rombongan kabilah Quraisy pun semakin kalang kabut. Mereka berlarian meninggalkan barang dagangan. Namun, sial bagi Utsman bin Abdullah dan Hakam bin Kaisan. Mereka tertangkap.
Abdullah bin Jahsy yang sudah bangkit, memperhatikan mayat Amr bin al-Hadhrami yang terbaring kaku dengan anak panah menancap di lehernya. "Siapa tadi yang melepaskan anak panah?"
"Aku, ya Abdullah!" jawab Waqid bin Abdullah at-Tamimiy.
Kebimbangan menghiasi wajah Abdullah bin Jahsy. Bercampur rasa ingin menegur Waqid bin Abdullah dengan ingin mengucapkan terima kasih. Kalau saja, yang dilakukan Waqid bukan untuk menyelematkan nyawanya, ingin sekali dia menegurnya. Bahkan ingin memarahinya. Bagaimanapun hal yang sudah diwanti-wanti sejak awal supaya tidak terjadi, malah terjadi. Jatuh korban jiwa.
"Bagaimanapun ini sudah terjadi. Biarlah aku yang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Rasulullah." Pelan Abdullah bin Jahsy berkata seraya mendekati Waqid bin Abdullah.