Tentu saja istriku ikut. Walaupun dia tidak menjawab. Dia pikir mungkin 'terkunci di dalam rumah' itu benar-benar modus. Modus supaya aku datang ke rumahnya.
Berdua kami pun berjalan ke rumah Si Janda.
'Sayang istriku ada, mungkin saja ini benar-benar modus.' Gak jelas, apakah saya berkata demikian dalam hati, atau tidak.
Kami perlu berkeliling, karena rumahnya persis di belakang rumahku namun di blok yang berbeda. Jadi rumahku dan rumah Si Janda itu saling belakang-membelakangi. Model posisi rumah-rumah di perumahan begitu.
Sampai di rumahnya, betul saja. Si Janda sedang berdiri di balik jendela rumahnya. Dan kulihat pula anak laki-lakinya sedang duduk di depan rumah.
"Kenapa, Bu?" Istriku langsung inisiatif bertanya, sambil tersenyum. Tapi menurutku senyum istriku kali ini aneh. Lain dari biasanya.
"Itu, Bu. Anak saya si Adi lagi marah-marah, HP-nya rusak, gak bisa maen game. Dia lalu keluar rumah dan mengunci pintu dari luar," jawab Si Janda.
Aku langsung berpaling ke Si Anak yang sedang duduk. "Adi kenapa marah-marah, ga kasihan sama ibu? Itu ibu terkunci gak bisa keluar."
Boro-boro menjawab, si Adi, yang masih kelas 5 SD, hanya melengos.
"Lalu kuncinya sekarang di mana, Bu?" tanya istriku lagi.
"Itulah dia, Bu. Kuncinya dilempar Adi ke halaman rumah yang depan itu," jawab Si Janda sambil menunjuk rumah yang ada di depan rumahnya.